Mohon tunggu...
Yusdin Rukka
Yusdin Rukka Mohon Tunggu... -

Buruh tulis biasa dan Makassar asli. Akun facebook Yusdin Rukka

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pinjamkan Tiongha Itu 'Ahok' Tiga Bulan Saja (Part I)

26 Agustus 2014   06:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:33 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408983777861635324


Basuki
SEPAK Terjang Busuki Cahaya Purnama atau Ahok memimpin ibu kota Jakarta cukup memikat. Selain dari sikap tegas dan gaya ceplos-ceplosnya, dia adalah pemimpin anti kumunafikan.

Cukup iri rasanya kepada Jakarta yang memiliki pemimpin seperti Ahok. Kami di Sulsel juga ingin pemimpin seperti si 'Tiongha' itu.

Saya tidak bisa mengklaim seluruh masyarakat Sulsel menginginkan Ahok, tapi saya yakin orang yang mengenal dekat watak Ahok akan berpendapat seperti saya. Konsep keadilan sosial (bukan bantuan sosial) dari dia sudah cukup membuktikan keperpihakannya sama yang lemah.

Belum lagi dengan segala sikap 'buldusernya' terhadap jajaran pegawai Pemprov DKI. Pinjamkan Ahok. Pinjamkanlah untuk memberangus oknum pegawai pemerintahan di Sulsel, cukup 3 bulan saja.

Ahok bukan berarti tanpa cacian bagi sebagian masyarakat di Sulsel. Sering saya mendengar etnis dan agamanya menjadi dasar kebencian terhadapnya. Tapi itu mereka yang tidak mengerti. Tidak paham dan tidak mampu melihat niat tulus dari Ahok.

Keinginan meminjam Ahok juga karena sikap muak saya melihat pejabat di Sulsel. Pejabat yang begitu bangga dengan predikat WTP dari BPK tanpa memperhatikan kawan dekatnya atau jajarannya sudah menjadi terangka di Kejaksaan. Pejabat Congkak dengan hadia Adipura tanpa mau melihat kanal disamping rumahnya penuh dengan sampah. Aku muak.

Aku muak, mereka hanya mau bercerita tentang keberhasilannya. Menstimulasi masyarakatnya dengan kalimat peningkataan 'pendapatan per kapita masyarakat' tanpa peduli masyarakat desanya masih ada yang makan singkong. Mereka hanya sibuk mengurusi citranya di media massa.

Begitu tidak paham dengan jajaran SKPD di Jakarta, tapi di Sulsel para pejabaat SKPDnya adalah mereka orang dekat pak Gubernurnya. Entah itu Adiknya, Besannya atau tim suksesnya saat pencalonannya dulu. Sang boss nampak sudah lupa kesalahan para Kepala dinasnya ketika mereka sudah tunduk dan mencium tangan sang boss.

Para pejabat ini juga adalah pembenci. Pembenci terhadap tokoh politik yang dilihatnya lebih sukses dan karirnya lebih cemerlang darinya. Mereka tahunya mencaci dari belakang.

Mereka terlalu politis dari setiap tindakan dan ucapannya. Kami butuh pemimpin seperti Ahok. Pemimpin berkata apa adanya. Baik dibilang baik dan yang salah tetaplah salah, tanpa ada rasa takut terhadap partainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun