Senyum berseri menghias siang yang terik
Ajakan makan siang disambut sukacita
Sungguh ini tawaran yang menarik
Bagai pucuk dicinta ulam liba
Belum kenyang bolehlah kau balik
Bawalah pulang untuk keluarga
Saat ini kau bernasib baik
Teman berasa saudara
Seminggu berlalu diajak lagi berpiknik
Bersantap berdua impaslah lapar dahaga
Senyaring tawa diihentak musik
Bertautlah hati nikmati suasana
Tidaklah menyangka hujan rintik-rintik
Kian basah pula baju dan celana
Tentulah jiwamu kini tergelitik
Kawanmu baik tak terkira
Disodorkan seratus ribu secarik
Kau pun terima dengan gembira
Tak kuasa menunda meski sedetik
Lebih dari cukup untuk belanja
Tak lama maka kawanmu itu berbisik
Empat lembar ratusan ribu tolong diterima
Sampaikan untuk saudarimu yang cantik
Semoga titipan ini sampai kepadanya
Terheran mengapa rasa kawanmu terbalik
Untukku terlalu sedikit kasih uangnya
Menduga kawanmu berbuat licik
Hatimu kini merasa kecewa
Inilah awal kau kehilangan simpatik
Tak ingatkah pertama kau rasa bahagia
Bertubi-tubi harimu sungguh asyik
Bertemu sahabat pelipur lara
Melihat rezeki orang lain berubah panik
Lupakan diri untuk mensyukuri yang ada
Kau telah curi kebahagiaanmu yang unik
Panas hati karena membandingkannya
Jangan kau curi kebahagiaanmu setitik
Demi kau inginkan yang lebih berharga
Ku harap jadilah pribadi yang terdidik
Jauhi iri dengki dan buruk sangka
Depok, 25 Juli 2023
--yusfi--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H