Mohon tunggu...
Yus Afiati
Yus Afiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar di PAI,Institut Pembina Rohani Islam Jakarta

Seorang ibu rumah tangga yang belajar dan mengajar, menanamkan akar agama yang kuat kepada generasi muda untuk menjadi manusia yang manfaat, mencari ridho Allah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kutitip Rindu pada Lelakimu

30 November 2021   23:06 Diperbarui: 1 Desember 2021   02:04 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kutitip Rindu Pada Lelakimu

======================

Hari ini pertama kali aku menginjakkan kaki di rumah hijau nan sejuk. Seperti sudah kenal lama kami berjabat tangan cipika-cipiki dan berpeluk. Dengan senyum ramah wanita berbadan ramping itu mempersilakan aku duduk. Kami sama-sama tersenyum agak kikuk

Hampir bersamaan kami berucap apa kabar sambil mengangguk.Sambil tersenyum dia mendengarkan maksudku untuk menjenguk. Dengan senang hati menerimaku sambil  menepuk-nepuk. Tenang saja kita bisa bertemu kapan pun selagi tak sibuk.

Dalam hatiku kagum alangkah polos dan lembut ini makhluk. Ingin sekali berterus terang siapakah aku, tapi khawatir jiwanya remuk. Selama ini aku menyimpan rindu dan rasa indah yang tak lapuk.Untuk lelaki yang kini menyatu dengannya dalam satu biduk

Akulah wanita lain yang sering mengisi hari-hari  bersama lelakinya meski jauh di pelupuk. Kisah remaja kami dalam kasih tak sampai hingga saling rindu merasuk. Akulah yang sekian lama mengambil malam-malam indah bersama lelakinya saat hatinya ceruk.

Hingga tersadar ruang jiwa kami sudah tak layak untuk sekedar berasyik masyuk. Luapan emosi rindu cukup semusim jeruk. Sebentar saja, akhirnya aku terpaksa menerima keputusan tak lagi berkomunikasi karena berakibat buruk. Pasti lebih baik daripada disebut sebagai penusuk.

Indahnya berbagi tak berlaku dalam cinta yang khusyuk. Tak sanggup kuakui dan kusimpan rapat saja dalam lubuk. Tak sanggup kusebut diriku  berhati busuk. Aku yakin tak mau menyakiti sesama makhluk meski rinduku terlempar jauh hingga ke ufuk.

Bolehkah aku berteman dekat denganmu sama-sama mencintai satu lelaki meski hanya kau yang berhak memeluk dan merajuk. Biarkan daun-daun berguguran tertiup angin yang meliuk-liuk. Asalkan aku menjadi di antara daun-daun yang menikmati hembusan angin yang saling menubruk. Aku cuma nitip rindu jagalah lelakiku sebagai lelakimu, jadikan seindah mahligai permata yakut dan lukluk.

Depok, 30 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun