Mohon tunggu...
Yus Afiati
Yus Afiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar di PAI,Institut Pembina Rohani Islam Jakarta

Seorang ibu rumah tangga yang belajar dan mengajar, menanamkan akar agama yang kuat kepada generasi muda untuk menjadi manusia yang manfaat, mencari ridho Allah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jika Masih Sayang

7 Oktober 2021   09:56 Diperbarui: 12 Oktober 2021   07:57 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Masih Sayang

Hitam dan putih ataukah abu-abu
Maksud hati seperti dua puluh tahun yang lalu
Merogoh kantung celana tersisa sepuluh ribu
Pikirnya biarlah kubeli  merek yang murah dulu

Lelaki lima puluh tahun itu menepis tangan yang berdebu
Apa yang bisa kuusahakan agar dapur ngebul selalu
Ingin menangis dan berteriak tapi tabu
Ingin menghiba dan meminta tapi malu

Pulang tangan hampa berjalan sekaku batang bambu
Panjang angan tak kira masa berlalu
Resah hasrat ingin muda menggebu
Rasa diri tak punya membuat lidah kelu

Semburat wajah wanitanya setia menunggu di sela pohon tebu
Pikiran menyeruak mengira alangkah rendah jika lelakinya cuma benalu
Sudah satu dasa warsa tak lagi  dibelikan bumbu
Genderang perang kerap bertalu

Bagai tak diharap pulang jika tak ada hasil senilai daging lembu
Lelaki mulai memalingkan hati mengincar bidadari begitu halu
Nafsu genit menarik dirinya melupakan nasihat ibu
Pelampiasan diri mengejar mimpi terlalu

Kembali wanitanya  menengok terumbu
Santapan hari ini demi anak-anakku kuperjuangkan tak pandang bulu
Jika lelaki usai merajut rindu bercumbu
Wanita sebagai ibu tak pernah usai tunaikan tugas, merintih tertusuk sembilu

Sepertiga malam yang hening wanitanya memohon kepada Yang Maha Kuasa agar tersingkaplah kebenaran di balik kelambu
Tak lah mudah tanpa bimbingan Tuhan Yang Maha Tahu
Nafkah lahir tak tercukupi begitu pun nafkah batin, apalah arti berbakti seumpama babu
Bertahan demi mendidik anak, tak henti bermunajat badai pasti berlalu

Bersimpuh menyeru Gusti Allah dengan ketegaran, Laa haula walaa quwwata illaa billahi 'aliyyil 'azhim.

Depok, 7 Oktober 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun