Jika Masih Sayang
Hitam dan putih ataukah abu-abu
Maksud hati seperti dua puluh tahun yang lalu
Merogoh kantung celana tersisa sepuluh ribu
Pikirnya biarlah kubeli  merek yang murah dulu
Lelaki lima puluh tahun itu menepis tangan yang berdebu
Apa yang bisa kuusahakan agar dapur ngebul selalu
Ingin menangis dan berteriak tapi tabu
Ingin menghiba dan meminta tapi malu
Pulang tangan hampa berjalan sekaku batang bambu
Panjang angan tak kira masa berlalu
Resah hasrat ingin muda menggebu
Rasa diri tak punya membuat lidah kelu
Semburat wajah wanitanya setia menunggu di sela pohon tebu
Pikiran menyeruak mengira alangkah rendah jika lelakinya cuma benalu
Sudah satu dasa warsa tak lagi  dibelikan bumbu
Genderang perang kerap bertalu
Bagai tak diharap pulang jika tak ada hasil senilai daging lembu
Lelaki mulai memalingkan hati mengincar bidadari begitu halu
Nafsu genit menarik dirinya melupakan nasihat ibu
Pelampiasan diri mengejar mimpi terlalu
Kembali wanitanya  menengok terumbu
Santapan hari ini demi anak-anakku kuperjuangkan tak pandang bulu
Jika lelaki usai merajut rindu bercumbu
Wanita sebagai ibu tak pernah usai tunaikan tugas, merintih tertusuk sembilu
Sepertiga malam yang hening wanitanya memohon kepada Yang Maha Kuasa agar tersingkaplah kebenaran di balik kelambu
Tak lah mudah tanpa bimbingan Tuhan Yang Maha Tahu
Nafkah lahir tak tercukupi begitu pun nafkah batin, apalah arti berbakti seumpama babu
Bertahan demi mendidik anak, tak henti bermunajat badai pasti berlalu
Bersimpuh menyeru Gusti Allah dengan ketegaran, Laa haula walaa quwwata illaa billahi 'aliyyil 'azhim.
Depok, 7 Oktober 2021