Mohon tunggu...
Yusminiwati
Yusminiwati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Langkah besarmu di masa depan dimulai dari langkah kecilmu hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Asesmen Sebagai Bukti Pembelajaran

31 Oktober 2023   08:08 Diperbarui: 31 Oktober 2023   08:15 6326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan rangkuman dari video penjelasan tentang Modul Memahami Asesmen dari Platform Merdeka Mengajar yang dikemukakan oleh Dr. Drs. Rachmadi Widdiharto, M.A yang merupakan Direktur GTK Dikdas, Ditjen GTK.

Pada awal video, diberikan penjelasan awal mengenai pengertian asesmen. Asesmen merupakan salah satu bukti atau informasi untuk memahami proses pembelajaran yang akan, sedang, dan telah dilaksanakan. Materi asesmen ini memberikan pemahaman makna asesmen dalam fungsinya yang lebih berpihak kepada murid dan membantu murid mendapatkan pembelajaran yang bermakna bukan sekadar laporan yang berisi angka dan hasil belajar saja.

Sebagai contoh dalam kelas, ketika guru berkata kepada siswa:

"Anak-anak, minggu depan kita akan ujian.

Bagaimana tanggapan kebanyakan siswa kita?

Apakah: siswa merasa senang atau siswa mengeluh karena akan diadakan ujian. Atau mungkin saja guru pernah mendapati orang tua siswa yang ikut cemas ketika anak-anak mereka menghadapi asesmen apapun, misalnya Penilaian Harian, Penilaian Tengah Semester, dan Penilaian Akhir Tahun.

Kecemasan orang tua tentu beralasan, umumnya asesmen dipahami sebagai tahap penilaian atau bahkan penghakiman untuk menentukan apakah siswa berhasil menguasai materi yang telah diajarkan. Kadang, asesmen juga digunakan untuk mencari siswa siapa saja dengan ranking tertinggi atau lima besar.

Apakah tujuan pelaksanaan asesmen? Apakah untuk keperluan mengisi rapor? Atau untuk menentukan siswa yang pintar atau tidak? Siapa yang melampaui KKM dan yang tidak? Biasanya, asesmen dilakukan pada akhir penyampaian materi, berupa soal-soal yang sama untuk dikerjakan semua siswa. Dan hasilnya berupa nilai atau angka yang  mewakili kemampuan masing-masing siswa. Cara pandang asesmen sekadar sebagai alat untuk menghasilkan nilai, cenderung menghasilkan informasi yang terbatas dan bahkan ini bisa kontraproduktif dengan semangat pembelajaran.

Jika asemen dipandang sebagai alat penghasil nilai, maka: informasi yang akan dihasilkan juga terbatas, kontraproduktif dengan semangat pembelajaran. Apa akibatnya? Siswa yang mengalami kendala dalam menguasai materi akan mendapatkan nilai kurang. Pada saat yang sama, siswa yang cenderung mahir akan mendapatkan nilai baik. Tetapi, nilai tersebut hanya sebatas mengukur level pengetahuan saja. Tanpa memberi mereka peluang untuk meningkatkan pencapaian sesuai dengan kemampuan mereka.

Secara bertahap, melalui pembelajaran dengan paradigma baru, cara pandang terhadap asesmen pun bergeser. Asesmen tidak lagi sekadar menjadi tahap pelaporan dan penilaian kemampuan siswa, tetapi dipandang sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan, dan pencapaian hasil belajar.

Dengan demikian, tujuan utama asesmen antara lain memantau atau memonitor kualitas pembelajaran serta sebagai umpan balik perbaikan pembelajaran. Apa perbedaan antara keduanya? Karena memiliki fungsi memantau atau monitoring, asesmen bertujuan untuk memahami posisi siswa dalam rentang pembelajaran tertentu. Dengan demikian, perkembangan belajar siswa dapat teramati dari waktu ke waktu.

Informasi dari hasil asesmen akan membantu guru, siswa, orang tua, dan sekolah untuk melakukan evaluasi serta perbaikan pembelajaran selanjutnya. Artinya, yang menjadi perhatian kita bukan perihal siswa mendapatkan nilai berapa, tetapi apakah kemampuan mereka berkembang dibandingkan dengan kemampuan awalnya.

Selain itu, asesmen berfungsi memetakan progress/kemajuan hasil belajar siswa.

Apa maksudnya?

Dengan informasi yang diperoleh melalui asesmen yang efektif, guru bisa mengetahui:

1.    Apa yang saat ini dipahami siswa dari apa yang dipelajari?

2.    Apa yang bisa dilakukan guru dengan kemampuan prasyarat atau pengetahuan siswa sebelumnya yang bisa membantu pemahaman siswa terhadap materi yang sedang disampaikan ?

3.    Apa yang harus dilakukan guru ketika siswa salah/keliru memahami materi yang disampaikan?

4.    Kapan dan bagaimana guru bisa mulai menyampaikan materi baru?

5.    Dukungan apa yang diperlukan siswa di kemudian hari agar pembelajaran lebih optimal?

Dengan demikian, terlihatlah bahwa prinsip-prinsip asesmen adalah sebagai berikut:

1. Asesmen adalah bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran

Peran asesmen adalah memfasilitasi pembelajaran dan menyediakan informasi yang utuh. Untuk apa? Untuk umpan balik bagi guru, murid, dan orang tua sebagai panduan dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.

2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi umpan balik.

Guru memiliki keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.

3. Asesmen dirancang secara adil,  proporsional, valid, dan dapat dipercaya atau reliabel.

Mengapa demikian? Agar asesmen dapat digunakan untuk menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya/tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap siswa.

4. Asesmen merupakan laporan kemajuan belajar dan pencapaian siswa bersifat sederhana dan informatif.

5. Hasil asesmen digunakan oleh siswa, guru, tenaga kependidikan, dan orang tua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Dari uraian di  atas, asesmen bukan hanya ditujukan untuk mengevaluasi siswa. Asesmen juga berguna bagi guru untuk mengevaluasi diri, khususnya caranya dalam mengelola pembelajaran, dan pada gilirannya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Asesmen yang efektif juga akan membantu guru dalam mengambil keputusan apa yang harus diajarkan (lagi) dan apa yang tidak perlu diajarkan lagi. Apa yang sudah baik dan apa yang masih perlu diperbaiki lagi.

Kesimpulan:

Asesmen bukanlah alat untuk menghasilkan nilai. Tetapi merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan, perkembangan, dan pencapaian belajar murid.

 

Sumber: Ditjen GTK Kemendikbud, 2021

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun