Selain menggunakan teknologi, pendidikan tentang etika penulisan dan konsekuensi plagiat juga sangat penting. Institusi akademis perlu memberikan pelatihan yang memadai kepada mahasiswa dan staf untuk memastikan pemahaman yang kuat tentang pentingnya integritas akademik.
Promosi budaya akademik yang berpusat pada integritas dan kejujuran juga diperlukan untuk menciptakan lingkungan di mana plagiat tidak diterima. Kolaborasi antara institusi akademis, penerbit, dan lembaga pendanaan juga penting dalam memerangi plagiat, dengan fokus pada pengembangan pedoman dan standar yang jelas serta penguatan mekanisme untuk mendeteksi dan menindak pelanggaran etika penulisan.
Dalam menghadapi tantangan plagiat, tidak ada solusi instan. Namun, dengan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan pendidikan, teknologi, penegakan hukum, dan kerjasama antar lembaga, kita dapat membangun lingkungan akademis yang lebih jujur, transparan, dan berintegritas. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat melindungi integritas penelitian dan publikasi ilmiah, serta memastikan bahwa penulis yang jujur dan berbakat dihargai dan dihormati.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Â
·  Roig, M. (2017). Avoiding plagiarism, self-plagiarism, and other questionable writing practices: A guide to ethical writing. Harvard University Press.
·  Park, C. (2003). In other (people's) words: plagiarism by university students--literature and lessons. Assessment & Evaluation in Higher Education, 28(5), 471-488.
·  Pecorari, D. (2003). Good and original: Plagiarism and patchwriting in academic second-language writing. Journal of Second Language Writing, 12(4), 317-345.Top of Form
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H