Saya baru menyadari, benar-benar menyadari bahwa Kompasiana ini merupakan sebuah blog. Yah, artinya selama ini tulisan-tulisan saya, yang kerap kugunakan dengan gaya menulis artikel, sungguh keliru. Hahaha...
Nyatanya memang kurang cocok. Terlalu berat, toh, Kompasiana juga bukan media cetak atau media e-news. Hal itu, karena, media ini harusnya digunakan untuk mencurahkan pikiran pribadi yang---mungkin---tidak dapat tertuang di media lain, yakni Facebook, misalnya.
Facebook dengan wall status yang dapat digunakan untuk menulis, bahkan artikel panjang sekalipun, rasanya kurang cocok. Apa yang anda pikirkan ?---begitulah tulian di wall status FB yang mengawali, apa yang hendak kutulis. Tere Liye sering menuliskannya disitu, karena, mungkin Kompasiana masih kurang populer---jauh dibanding---daripada media penemuan Mark Zuckenberg itu.
Hehehe...
Ya, tidak mengapa.. toh, rasanya, media ini dapat digunakan juga bagi mereka yang menulis artikel, tetapi tak dimuat di media cetak atau e-news. Disini, di media ini, kita seperti meraba, hendak menuliskan apa dan memang tak dapat apa-apa selain kepuasan, karena tulisan kita ada yang membacanya, selain diri kita sendiri.Â
Berbeda dengan FB yang mendapatkan like begitu banyak dan komentar atau malah sangat berbeda dengan media cetak, karena juga mendapatkan honor juga perhatian khalayak luas seperti tokoh dan semacamnya. Sedangkan, media ini hanya memberikan kita kepuasan semata. Dan, itulah yang seharusnya orang biasa dapatkan.
Disinilah, ketrampilan menulis kita dilatih. Dan berapa banyak orang yang tertolong, setelah menulis disini kemudian perlahan ia mendapatkan tempat (kolom) di media cetak. Itulah impian saya. Wakwkawa...
Dulu, saya mempunyai blog dan wordpress. Bahkan, saya sampai mendatangi perempuan itu, teman yang saya sukai, untuk memberi masukan mengenai blog. Ia punya blog dan saya kesengsem, kok bisa ia membuat blog sebagus itu. Nyatanya, jujur, saya lemah dalam berusaha. Lebih menikmati isi blog, membacanya, daripada membuatnya. Duh!
Kompasiana memberikan tempat baru, yang tak perlu juga memodifikasi sedemikian rupa. Namun, saya juga ingin mempunyai blog, layaknya salah satu penulis favorit saya Agus Noor, yang kini dimana ia tak lagi menulis atau mengupdate wordpressnya.
Seorang penulis bahkan mengatakan dengan kejam dan sadis bahwa kompasiana ini merupakan blog killer. Artinya, blogger akan musnah, begitu wordpress. Padahal, dua media itu juga harusnya masih mendapat tempat. Nyatanya, saya lebih mengembangkan Kompasiana. Ahhahah.. yah, itu karena saya belum berusaha mencari mentor untuk mengupgrade blog ataupun wordpress dengan sungguh-sungguh.
Memang, di masa sekarang, apa masih ada orang yang membaca blog?