Mohon tunggu...
yurnaldi panduko rajo
yurnaldi panduko rajo Mohon Tunggu... -

menulis telah mengantarkannya menjelajah dunia imajinasi, dunia maya, dunia kata-kata, dan dunia nyata --dari benua Asia, Eropa, Afrika, hingga Australia. bersama sastrawan Hamsad Rangkuti, mengikuti pertemuan penulis dunia di Inggris, 2004. telah menulis dan mengeditori sejumlah buku. juga telah memberikan pelatihan kepada ribuan calon wartawan, wartawan, sarjana, mahasiswa, siswa, pejabat humas/public relation.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mentawai, Surga Wisata Dunia dengan Tujuh Ikon

8 Juni 2016   12:11 Diperbarui: 8 Juni 2016   21:22 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisatawan berangkat untuk surfing di Silabu, Mentawai. (Foto Yurnaldi)

 Khusus hutan di Pulau Siberut, karena terpisah dari daratan kawasan barat Indonesia sejak 500.000 tahun silam, memiliki flora dan fauna yang endemik dan paling langka di dunia. Atas dasar itu, pada tahun 1981 dengan dukungan dunia internasional dan Unesco, Pemerintah Indonesia menyetujui dan menetapkan Pulau Siberut sebagai Cagar Biosfer yang keenam di

Indonesia.

 Karena Pulau Siberut merupakan pulau yang paling istimewa di lepas pantai Sumatera dan menjadi Cagar Biosfer Dunia, pada tahun 1993 Menteri Kehutanan menetapkan kawasan seluas 190.500 hektar sebagai taman nasional, dengan nama Taman Nasional Siberut (TNS).

Hutan Mentawai yang masih asri dan menyimpan kekayaan flora dan fauna endemic di dunia. (Foto Yurnaldi)
Hutan Mentawai yang masih asri dan menyimpan kekayaan flora dan fauna endemic di dunia. (Foto Yurnaldi)
Di balik hutannya yang lebat dan asri, tersimpan ratusan jenis tanaman obat. Selama ini tetumbuhan obat baru dimanfaatkan sebatas untuk pengobatan tradisional oleh sikerei. Padahal, menurut pakar tanaman obat dari Universitas Andalas, Padang, Prof Dr Dayar Arbain, kalau potensi tanaman obat ini dikelola dengan mendirikan pabrik farmasi, jangankan Mentawai, Indonesia bisa kaya, tak perlu berutang.

Banyak perusahaan farmasi asing seperti dari Jepang dan Jerman yang mengincar tanaman obat asli Indonesia/Mentawai ini. Dayar Arbain memiliki sejumlah hak paten tanaman obat dan sudah ditawar banyak negara, tapi tah hendak dia jual.

Menurut data pada Pusat Studi Tumbuhan Obat Universitas Andalas, di kawasan hutan Mentawai terdapat 209 jenis tumbuhan obat. Kemampuan masyarakat Mentawai memanfaatkan tumbuhan obat hingga 85 persen dan mampu mengobati 31 macam penyakit.

Sementara penelitian Ave dan Sunito dari WWF mencatat, melebihi data yang ada pada Pusat Studi Tumbuhan Obat Universitas Andalas Padang. Hasil penelitiannya, sikerei di Kepulauan Mentawai mengetahui 223 jenis tumbuhan yang bisa dipakai dan mereka bisa mengobati 129 jenis penyakit dari ramuan tumbuh-tumbuhan itu.

Hutan Mentawai selain menyimpan kekayaan tanaman obat, juga tempat tumbuh dan berkembangnya fauna endemik. Menurut mantan Kepala Taman Nasional Siberut, Sugeng Hariady, kebanyakan mamalia (65 persen) yang ada di Siberut adalah satwa endemik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.

"Di seluruh dunia tidak ada kepulauan kecil lain yang mempunyai tingkat satwa endemik seperti Mentawai. Yang terkenal adalah primata Mentawai; tiga jenis monyet dan satu jenis siamang. Juga 15 macam burung endemik dan ratusan jenis tanaman," katanya.

Sebagai gambaran, Simakobu (Simias concolor) adalah jenis monyet paling langka di Indonesia. Mempunyai hidung pesek, ekor seperti babi, dan mempunyai bulu dua macam warna, yaitu abu-abu tua dan kuning keemasan.

Joja atau Lutung Mentawai (Presbytis potenziani) sangat mudah diidentifikasi karena mempunyai ekor panjang, wajah putih, dan jambul hitam. Dapat ditemukan jika mengikuti suaranya pada pagi hari. Bokkoi atau Beruk Mentawai (Macaca pagensis), belakangan jarang terlihat dan pengetahuan tentang jenis ini terbatas. Bokkoi berbeda dengan beruk di daratan Sumatera dan dapat ditemukan di seluruh hutan, termasuk hutan bakau dan ladang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun