Hari ini sudah berbulan-bulan lamanya aku tidak juga menemui terang
Pada malam-malam sunyi aku terus mendengarkan celoteh Ego yang terus membuatku jauh dan jauh
Tak ingat aku menemui siang, atau memang kini semua hanya tentang rembulan
Namun rembulanku tertutup awan, diantara kabut dan bilasan hujan
Kadang aku berpikir tentang tetesan kesejukan
yang mungkin mengalir jika aku turuti Ego
Aku tak bisa bedakan mu lagiÂ
Kau bersembunyi menjadi waham-waham yang terus kuturuti
Yah aku menurutimu ketika kau buat aku bersinar, menancapkan tombak kekuasaan atas diriku
Kemudian kau membuatku terus bergeliat dalam waktu-waktu yang tak kuingat siapa sebenarnya Aku
Ketika akhinya aku memutuskan menerimamu dalam bagian diriku
membagi aku menjadi milik kita
kamu meninggalkanku
bersembunyi dalam bisikan hati yang tak pernah aku dengar lagi
Hidupku menjadi runtuh
Peluh dan sakit yang terus kau basuh dalam jiwaku
Aku mencari siangku, mencari matahariku
Kini yang kurasakan hanya panas dan kelam
Aku tak akan menulis jurnal-jurnal lagi
Apa yang bisa aku ceritakan tanpamu
Siapa yang akan menariku dalam lubang ketakutan
Menopengiku dalam senyum kebahagiaan
Menarik kakiku melangkah ada didepan?
Aku tak ingin bercerita tentang waktu-waktu aku menunggumu
tentang keinginanku menggores luka
tentang air mata yang tak juga mengalir
Aku membayangkan kita melawan Dunia
Tapi kini aku sadar
Kita beda dunia
Mungkinkah kau kembali padaku
Membagi jiwa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H