D. stanza 1 Poem entitled "english version"
Then, within the eternal embrace of twilight,
a light beam was born from Puti Reno,
flowed through the vein into Minangkabau,
entwined with knowledge and artistry,
like dew resting on the edges of leaves,
pierced the mists of time, slicing the silence of ages.
Bundo Raudha, we name thee,
not a whisper, in the annals of time,
words that have pierced into the earth,
to touch the deep root of enau palm,
planting shoots of hope in parched and dry land,
turning forests into life's very heartbeat,
threading dreams within knowledge's green,
intertwined threads of insight merge in culture's tale,
where to learn is not just to rationalize,
but to be the unseen breath behind thy written words.
E. Translation Techniques
1. Transposition
Keberagaman struktur gramatikal antara bahasa sumber dan bahasa sasaran, misalnya "melahirkan tunas harapan" menjadi "nurturing sprouts of hope". Struktur frasa diubah untuk mengikuti kaidah bahasa Inggris.
2.Modulasi
Perubahan sudut pandang atau cara penyampaian makna, misalnya "mengiris sunyi zaman" menjadi "slicing through the silence of ages". Di sini, frasa disesuaikan dengan idiom bahasa Inggris agar terdengar lebih alami.
3. Terjemahan Harfiah
Beberapa frasa diterjemahkan secara literal tanpa mengubah makna atau struktur, seperti "mengubah hutan menjadi nadi kehidupan" menjadi "transforming forests into the pulse of life".
4. Penerjemahan Idiomatik
Penyesuaian terjemahan agar sesuai dengan idiom bahasa sasaran, contohnya "memberikan sayap pada jiwa-jiwa yang tertunduk" diterjemahkan menjadi "granting wings to weary souls", menggunakan idiom bahasa Inggris untuk menyampaikan makna yang lebih mendalam.
5. Penerjemahan Eksplisit
Menambahkan unsure-unsur tertentu dari teks sumber tidak terlihat tujuannya untuk memperjelas makna, seperti "di mana ilmu tak lagi sekadar logika" dalam bahasa Inggris "where learning transcends mere logic" dengan penambahan kata "mere" untuk menegaskan makna.
F. Strategi Terjemahan
1. Adaptasi
Menyesuaikan istilah budaya Minangkabau kolar ke budaya yang lebih umum atau universal dalam bahasa Inggris. Contohnya, "Bundo Kanduang" diterjemahkan menjadi "Bundo Kanduang, guardian of essence", di mana "guardian of essence" lebih bisa dipahami oleh pembaca internasional. 2. Dinamic Translation
Menerjemahkan makna kandungan puisi dan keindahannya agar lebih bisa diterima dengan baik dalam bahasa sasaran. Misalnya, terjemahan dari "Engkau ucapkan kata tanpa tepuk tangan" menjadi "Your words, spoken without applause", menggeser fokus dari frasa literal ke makna lebih abstrak.
3. Penerjemahan Kontekstual
Penerjemahan yang disesuaikan dengan konteks dalam puisi. Contohnya, "ilmu dan seni berpadu" diterjemahkan menjadi "where knowledge and artistry entwine", yang menunjukkan penciptaan itu dalam konteks budaya dan seni lebih universal.
4. Pemadanan Semantik
Membuka pembicaraan terhadap, seperti "Upita Agustine, nama penamu" menjadi "Upita Agustine, your pen name", yang menjaga makna emosional dan simbolik dari nama pena tersebut.
5. Penghilangan
Beberapa elemen yang terlalu spesifik dalam bahasa sumber dihilangkan untuk menjaga kelancaran dalam bahasa sasaran, misalnya tidak semua detail budaya lokal diterjemahkan secara literal jika dapat menyulitkan pemahaman pembaca bahasa Inggris.
G. Evaluasi
Dalam proses penerjemahan puisi dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris, evaluasi dapat dilakukan dengan melihat apakah unsur-unsur utama puisi-makna, gaya bahasa, irama, dan rima-dipertahankan dalam terjemahan. Evaluasi juga mencakup penilaian terhadap seberapa baik terjemahan tersebut dapat mengomunikasikan pesan yang diinginkan oleh penyair asli. Ke depan, perlu dilakukan evaluasi apakah puisi terjemahan terdengar natural dalam bahasa target tidak kehilangan keindahan dan makna dalam menghadapi kedalaman makna versi aslinya.
H. Kesimpulan
Menerjemahkan puisi bukanlah tugas yang mudah, karena membutuhkan keseimbangan antara menerjemahkan makna literal dan menjaga keindahan estetika puisi. Penerjemah harus peka terhadap aspek-aspek sastra yang ada dalam puisi, termasuk makna tersirat, simbolisme, dan nuansa emosional. Agar hasil terjemahan puisinya bagus, seorang penerjemah seharusnya tidak hanya mempelajari kedua bahasa yang terlibat, melainkan juga budaya dan konteks dari masing-masing bahasa.
I. Rekomendasi
Latihan dan pembacaan berulang-ulang terhadap berbagai karya puisi dalam kedua bahasa dapat meningkatkan sensitivitas penerjemah terhadap unsur-unsur sastra, sehingga hasil terjemahan dapat lebih mendekati puisi asli.