Mohon tunggu...
Yuri Joe
Yuri Joe Mohon Tunggu... -

Senang berkebun dan sering mendapatkan diri berimajinasi di luar batas Silakan berkunjung ke blog saya, www.kulitkunyit.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Spek Si Kelinci

7 Mei 2016   18:01 Diperbarui: 7 Mei 2016   18:07 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya dan Engkong beberapa bulan yang lalu pindah ke rumah baru di sebuah perumahan dengan sistem security 24 jam, di dalam komplek perumahan terdapat sebuah kawasan kecil berisi rumah dari no 1-100 tanpa rumah nomor 4, 13, 40-49, juga tidak ada nomor rumah berakhir dengan angka 4. Setiap pemilik rumah memiliki kartu member yang digunakan untuk di-scandi depan pos security supaya plang jalan bisa terbuka. Setiap warga luar yang ingin masuk ke dalam harus meninggalkan KTP di pos. Dengan begitu keamanan akan terjaga dan setiap rumah disitu tidak memiliki pagar.

Di seberang rumah saya, Stella, anak kecil gendut, putih dan bermata sipit itu selalu berbicara dengan suaranya yang sangat kecil, seolah-olah pita suaranya terbenam oleh lemak-lemak lehernya. Pernah sekali dia berkata begini ke saya, "Klo mo ngomong sama engkong aku harus teriak." Dibalas olehku dengan tawa. Icha, teman Stella, anak seumuran Stella, Icha berjilbab dan ceria. Apabila sudah bermain di jalanan, teriakan dan tawanya terasa seperti satu perumahaan ini bisa medengarnya dengan jelas. Anwar, adik Icha, masih kecil, mungkin berumur dua tahun. Kemana-mana Anwar selalu mengikuti Icha. Sepeda kecilnya pun sepeda bekas Icha yang berwarna pink. Setiap kali Engkong memberi makanan ke Anwar, Anwar dengan senang menerima makanan itu dan langsung balik badan lari ke rumah untuk menyimpan makanannya, kalau sedang lapar atau makanan terlihat sangat enak, akan dilahap langsung di depan Engkong. Nah, kalau Engkong memberi makanan dalam jumlah banyak, beberapa menit kemudian mamanya Anwar yang datang.

Di salah satu sudut jalan ada sebuah lahan kosong, disana ada kandang kecil berisi seekor kelinci putih abu. Kelinci itu sudah ada sebelum saya pindah kesini. Dari cerita Stella, itu kelinci dia, dulu namanya King sekarang namanya Spek. Menurut dia lebih gampang dipanggil Spek daripada King. Spek cuma kelinci biasa, Stella bilang papanya beli di lembang. Menurut saya, Spek sudah kegendutan. Biasanya setiap sore Spek dikeluarkan dari kandang, dikasih wortel, dielus-elus dan dikembalikan lagi ke kandang.

Suatu hari sepertinya anak-anak itu tahu bahwa kelincinya sudah kegendutan, harus disuruh jalan-jalan atau malah anak-anak itu mau kelinci itu ikut mereka sepedaan. Waktu itu kebetulan hanya ada Engkong yang ada di rumah, jadi ini versi cerita dari Engkong.
"Saya lagi baca koran di teras depan. Tiba-tiba ada suara ibu-ibu teriak, saya langsung cepat-cepat angkat kepala saya (menurut engkong cepat tapi sebenarnya gak akan secepat itu) dan lihat ke sebelah sana (kanan rumah). Eh, ternyata yang teriak Ani sambil lari-lari."

Ibu Ani, ibu-ibu yang rumahnya ada di deretan seberang antara rumah saya dengan kandang Spek. Ibu Ani berbadan gendut, cara jalannya sangat lambat, lambatnya seperti dibuat-buat. Kalau berbicara dengan dia agak lama, pasti mengeluh kakinya sakit, kaki cepat capek dan lain lain. Kata anak-anak (sambil berbisik) "jalannya kayak siput."

Balik lagi ke cerita Engkong
" Si Ani, teriak-teriak sambil lari-lari nunjuk ke arah anak-anak. Saya kaget, koq bisa ya jalannya secepat itu, jadi saya ke depan loh. Saya kira Ani jagoan bisa pake sepatu roda, pas dilihat gak mirip sepatu roda, kayaknya sandal jepit. Gak tau sandal swallow atau supermen. Ibu Ani nyamperin anak-anak, anak-anak lagi naik sepeda. Ani bilang gini "Itu gak boleh gitu, nanti kelincinya mati. Lepasin talinya." Anak-anak turun dan jongkok ke depan kelinci. Pas udah deket saya lihat sandalnya Ani, ah, mana, cuma sandal biasa pakenya salah lagi, yang kanan kuning kiri ungu, Ya udah deh saya liatin itu anak-anak lagi apa. Tau gak si Icha sama Stella lagi apa? Si Spek, dikalungin pake rafia trus ditarik sambil naik sepeda. Emangnya itu kelinci, guguk ya? Hahaha.....Pinter tuh anak-anak bisa kepikiran gitu. Hahahahaha....."
"Emangnya Spec bisa ngikutin?"
"Ya enggalah. Sampe keseret-seret gitu itu kelinci gendutnya. Makanya si Ani teriak-teriak sampe bisa lari cepet banget. Hahahahhaa....."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun