Mohon tunggu...
Yurida Zani
Yurida Zani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Penyuka kucing dan hal kreatif

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pencemaran Udara di Jakarta: Perbincangan Lokal yang Tak Tergambarkan di Panggung Global

10 Agustus 2023   10:40 Diperbarui: 10 Agustus 2023   10:43 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pencemaran udara di Indonesia, terutama di Jakarta, telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun masalah ini telah menjadi topik hangat di level nasional, keterbatasan perhatian global tampak mencolok. Beberapa faktor memainkan peran penting dalam perbedaan ini.

Twitter
Twitter

Beberapa waktu lalu, chef terkenal Renatta Moeloek melalui akun Twitternya mengungkapkan perbedaan perlakuan terhadap pencemaran udara di Jakarta dan di negara-negara lain. Ia menyoroti bahwa Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta secara konsisten berada di atas angka 170 selama bertahun-tahun, kategori "berbahaya bagi kesehatan". Tweetnya menciptakan perbincangan yang menarik.

Tampaknya, reaksi terhadap pencemaran udara bervariasi di seluruh dunia. Di beberapa negara, AQI di angka 150 saja sudah mendapatkan perhatian besar. Instruksi untuk tetap berada dalam ruangan, menutup jendela, menggunakan masker, dan menggunakan purifier udara menjadi umum. Namun, mengapa Jakarta belum mengadopsi tindakan serupa?

Salah satu faktor yang mungkin menjelaskan perbedaan perhatian global adalah skala masalah. Warga Jakarta mungkin telah terbiasa dengan masalah pencemaran udara karena berlangsung secara kronis. Ini menjelaskan mengapa tanggapan global tidak sekuat tanggapan lokal.

Peran media sosial juga berpengaruh. Platform global cenderung memberikan perhatian lebih besar pada masalah yang memiliki dampak global, sementara pencemaran udara di Jakarta mungkin kurang menarik bagi mereka.

Selain itu, perbedaan prioritas berita antar negara turut berperan. Masalah lingkungan di negara lain yang lebih parah atau peristiwa penting lainnya sering mendominasi berita global. Hal ini bisa menjadikan pencemaran udara di Jakarta terpinggirkan.

Secara kesimpulan, meskipun pencemaran udara di Jakarta telah menjadi perbincangan intens di level lokal, perhatian global masih terbatas. Kombinasi persepsi lokal, media sosial, dan perbedaan prioritas berita menjelaskan fenomena ini. Meningkatkan kesadaran global terhadap masalah ini adalah tantangan, namun juga peluang bagi Indonesia untuk memimpin dalam mengatasi masalah ini.

Dengan mendorong pertanyaan mengapa perbedaan ini terjadi, kita memicu diskusi tentang peningkatan kesadaran global terhadap masalah lingkungan yang signifikan. Dengan kerjasama lintas negara dan pemahaman akan dampak pencemaran udara, kita dapat mendorong tindakan bersama dengan dampak jangkauan global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun