Mohon tunggu...
Dea Yurida
Dea Yurida Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat hidup

Kulineran, vacation, jalan2, seni, puisi, nyanyi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nestapa

10 Juli 2024   22:34 Diperbarui: 10 Juli 2024   22:41 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tersadar dari lamunan
Terbangun dari kesendirian
Terasa pahit ketidakpastian
Lebih pahit dari ketidakjujuran

Mendadak bisu
Lidah pun kelu
Tak bergerak hanya membisu
Tak beranjak diam membeku

Jiwa yang meronta
Hati yang memelas penuh nestapa
Tertikam ucapan yang menggelora
Terhujam cacian yang membahana

Tertatih...
Berjalan merintih
Meniti jalanan berduri
Tanpa alas kaki

Terpaku...
Terpukau manis rayuan kata
Terpikat wajah sang casanova
Terjerat perangkap tali asmara

Hangat pelukan
Harap bisa jadi sandaran
Setinggi asa seindah angan
Sejumput cinta yang tercampakkan

Hampir usai
Telah selesai
Telah tercabut hingga akarnya
Telah terangkat hingga benihnya

Tertimbun angkuh
Hanya mampu mengeluh
Hanya bisa mengangguk patuh
Hanya tersisa hati yang rapuh

Janji...
Tak akan terulangi
Tersakiti...
Cukup hanya kali ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun