Mohon tunggu...
Yuri Alfrin Aladdin
Yuri Alfrin Aladdin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan mantan jurnalis

Dosen pada sebuah perguruan tinggi sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Analisis Identifikasi Kelemahan Mahasiswa Berbahasa Jurnalistik

15 Juli 2020   00:19 Diperbarui: 15 Juli 2020   00:39 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan media cetak dan daring untuk dapat  menjaga mutu pemberitaan serta mendapat kepercayaan tinggi dari pembacanya adalah dengan merekrut jurnalis dari para sarjana yang baru lulus, terutama dalam bidang ilmu komunikasi.

Jurusan ilmu komunikasi yang memang secara khusus mengajarkan disiplin ilmu jurnalistik seharusnya menjadi andalan perusahaan pers dalam merektrut sumber daya para jurnalis baru yang berkualitas tinggi.

Namun kenyataannya, masih banyak keluhan dari perusahaan  media terhadap mutu para sarjana lulusan ilmu komunikasi dari berbagai perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri, terutama dalam hal kemampuan ragam bahasa Indonesia jurnalistik.

Salah satu contoh, pengamatan yang saya lakukan terhadap 40 responden mahasiswa program studi ilmu komunikasi pada sebuah universitas swasta terkemuka di Jakarta Utara menunjukkan masih adanya kelemahan mereka dalam penerapan bahasa jurnalistik.  Kelemahan ini kemungkinan besar memang berasal dari lemahnya penguasaan bahasa Indonesia saat mereka di SMA.

Para mahasiswa saat mengerjakan tugas-tugas jurnalistik seringkali mengabaikan pakem-pakem ragam bahasa jurnalistik . Hal ini berakibat tugas jurnalistik yang dihasilkan mahasiswa masih memerlukan penyuntingan dan belum betul-betul memenuhi standar berita yang siap dipublikasikan.

Karena itu , saya melakukan sebuah penelitian sederhana terhadap para mahasiswa saya tersebut  untuk mengidentifikasi pada elemen-elemen mana saja dari 17 elemen ragam bahasa jurnalistik yang paling tidak dikuasai para mahasiswa   tersebut,

Tujuh belas elemen utama ragam bahasa jurnalistik, yakni :  1.Sederhana, 2.Singkat,3.Padat, 4.Lugas, 5.Jelas, 6.Jernih, 7.Menarik, 8.Demokratis, 9.Populis, 10.Logis, 11.Gramatikal, 12.Menghindari kata tutur, 13.Menghindari kata dan istilah asing, 14.Pilihan kata (diksi) yang tepat, 15.Mengutamakan kalimat aktif, 16.Menghindari kata atau istilah teknis, 17.Tunduk kepada kaidah etika.

Bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa yang digunakan oleh para jurnalis dalam membuat produk jutrnalistik (Haris Sumadiria : 2006). Ragam bahasa ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan bahasa indonesia baku, terkecuali gayanya yang sederhana, singkat, padat, lugas, jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis serta tunduk pada kaidah dan etika bahasa baku (Hikmat Kusumaningrat : 2009).

Menurut  Tri Adi Sarwoko (2007), bahasa yang digunakan media massa verstandar pada bahasa baku, tetapi pemakaian bahasa baku di media massa memang berbeda. Struktur kalimatnya lebih longgar, tidak normatif.

Bahasa jurnalistik berada di antara ragam bahasa baku resmi dan santai, antara bahasa lisan dan tulisan. Dalam bahasa lisan, struktur kalimat dan pilihan katanya jelas sangat tidak cermat. Ketika disdalin menjadi bahasa tulis di media massa, tentu saja struktur kalimat dan pilihan katanya harus diperbaiki. Bagaimanapun bahasa tulis memiliki aturan-aturan yang tak dapat dilanggar.

Bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa yang digunakan para jurnalis, redaktur m dan pengelola media massa dalam menyusun, menyajikan, memuat, menyiarkan, dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting. Tujuannya supaya isi berita mudah dipahami dan cepat ditangkap maknanya (Sumadiria : 2006).

Hasil  survei kecil-kecilan yang saya lakukan terhadap 40 mahasiswa tersebut  menunjukkan terdapat empat kesalahan tertinggi yakni :1.Kalimat yang menggunakan bahasa/kata tutur (15%), 2.Penggunaan kata/istilah asing (10%), 3.Kesalahan gramatikal (10%), 4.Tidak menguatamakan kalimat aktif (10%).

Contoh kesalahan menggunakan bahasa tutur : "Dia nggak tahu kalau dia bakalan jadi seorang pegiat di masa depan." Kata "nggak" dan "bakalan": adalah gaya bahasa tutur, bukan gaya bahasa tertulis.

Contoh kesalahan  penggunaan istilah asing : "Dia adalah seorang 'survivor' kekerasan seksual. Kata 'survivor' sudah ada serapannya dalam bahasa Indonesia , yakni penyintas.

Contoh kesalahan gramatikal yang ditemui, seperti kalimat : "Dengan piawai dan berwibawa  ketika dia berbicara dan memberikan penjelasan tentang isu itu". Kalimat tersebut menggantung.

Contoh kesalahan tiudak menggunakan kalimat aktif : "...Para korban KDRT banyak dibantu oleh para penyintas". Kalimat tersebut merupakan kalimat pasif.

Ada beberapa saran untuk memperbaiki kemampuan mahasiswa dalam berbahasa jurnalistik, yakni pada bidang penjurusan ilmu komunikasi sebaiknya memiliki mata kuliah khusus, yakni mata kuliah bahasa jurnalistik, karena tidak semua jurusan ilmu komunikasi di perguruan tinggi memiliki mata kuliah ini.

Selain itu, sebaiknya pada mata kuliah bahasa jurnalistik ini lebih ditekankan pada empat elemen penting yang kurang  dikuasai mahasiswa yakni 1.Kalimat yang menggunakan bahasa/kata tutur, 2.Penggunaan kata/istilah asing, 3.Kesalahan gramatikal, 4.Tidak mengutamakan kalimat aktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun