Mohon tunggu...
Resga Permata
Resga Permata Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Negosiasi Perdagangan Global di Tengah Ketegangan Perang Dagang AS-Tiongkok

10 Juli 2024   17:04 Diperbarui: 10 Juli 2024   17:08 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak dapat dipungkiri, geopolitik dan geoekonomi terus berubah dengan cepat seiring berjalannya waktu. Konflik dagang yang terjadi pada Amerika Serikat dan China merupakan topik hangat dalam diskusi ekonomi global saat ini (Sonny, 2020). Konfli tersebut bermula ketika Amerika Serikat mengalami peningkatan defisit perdagangan. Peningkatan defisit tersebut mendorong Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menandatangani kebijakan pengenaan tarif impor atas produk-produk dari China. Kebijakan ini memicu ketegangan antara kedua negara, yang keduanya dikenal sebagai kekuatan ekonomi utama dunia. Sebagai tanggapan terhadap kebijakan tersebut, China menerapkan bea masuk yang lebih tinggi pada impor dari Amerika Serikat.

Perdagangan adalah aktivitas transaksi antara satu pihak dengan pihak lain atau beberapa pihak lainnya. Dalam konteks perdagangan, terdapat dua kategori utama yaitu perdagangan dalam negeri (domestik) dan perdagangan lintas batas (internasional). Perdagangan internasional terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat berada di negara yang berbeda, sehingga transaksi tersebut berlangsung dalam skala global. 

Berita mengenai perdagangan internasional saat ini sering membahas perang dagang antara dua negara besar yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia, yaitu Amerika Serikat dan China, yang telah menyebabkan melemahnya ekonomi global. Perang dagang dimulai karena Trump merasa tidak puas dengan neraca perdagangan negaranya yang secara konsisten mengalami defisit dengan China. Untuk memperbaiki neraca perdagangan AS, ia memilih langkah proteksionisme.

Beberapa dampak dari perang dagang terhadap neraca perdagangan antara AS dan China, serta terhadap ekonomi global sebagai berikut:
1. Pemicu Perang Dagang AS-China
Perang dagang dimulai pada saat Presiden Donald Trump mengenakan biaya penjualan impor terhadap produk-produk China ketika tahun 2018. Meskipun demikian, AS dan China terus melakukan perdagangan ekspor-impor meskipun dalam kondisi yang tidak biasa dan hingga saat ini. Persaingan antara kedua negara dalam masalah perdagangan ini berlangsung tanpa ada konflik fisik namun berlangsung lama. Langkah-langkah ini didorong oleh riset AS yang mengidentifikasi beberapa faktor yang menjadi pengaruh terhadap keputusan tarif impor kedua negara. Pertama, China dituduh memanipulasi nilai mata uang Yuan terhadap dolar AS untuk merugikan AS. Kedua, China merupakan negara yang menjadi penyumbang terbesar terhadap defisit perdagangan AS. Ketiga, terdapat kontroversi mengenai pencurian kekayaan intelektual pada beberapa perusahaan China yang menyalin hak cipta AS, seperti pada produk laptop, handphone, dan barang lainnya, yang kemudian dijual dalam jumlah besar ke AS.

2. Dampak Terhadap Neraca Perdagangan AS
  Konflik perdagangan ini menunjukkan bahwa meskipun ekspor-impor antara kedua negara terus berjalan, perdagangan AS–China mengalami perubahan yang signifikan, berakibat pada surplus atau defisit. AS sangat merasakan dampaknya ketika ekspor mereka mengalami defisit, mempengaruhi perusahaan domestik dan petani yang mengandalkan permintaan ekspor dari China, terutama untuk komoditas pertanian. Hal tersebut berdampak juga pada pelemahan mata uang AS dan meningkatkan risiko terhadap stabilitas politik dan ekonomi AS sebagai tujuan investasi.

3. Dampak Terhadap Neraca Perdagangan China
Saat ini, China memiliki kelebihan ekspor dalam neraca perdagangannya, sedangkan AS menghadapi kekurangan. Namun, Produk Domestik Bruto (PDB) AS tetap terjaga dengan baik. Penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2018 dan 2019, PDB AS adalah yang tertinggi di dunia. PDB merupakan indikator yang mengukur nilai total produksi barang dan jasa suatu negara dalam periode waktu tertentu, sering kali digunakan untuk mengestimasi pendapatan nasional.

4. Dampak Perang Dagang AS–China Terhadap Ekonomi Global
Kebijakan yang diimplementasikan AS dan China bukan saja berdampak pada ekonomi kedua negara, tetapi juga berpengaruh terhadap ekonomi global. Indonesia, sebagai salah satu mitra dagang utama kedua negara, turut merasakan dampaknya. Pelemahan ekonomi AS dan China dapat mengurangi permintaan barang dari Indonesia, karena setiap penurunan satu persen dalam ekonomi AS dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,05 persen. Demikian juga, apabila terjadi penurunan satu persen dalam pertumbuhan ekonomi China akan menyebabkan dampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,27 persen.

Meskipun konflik dagang yang terjadi pada AS dan China menghasilkan berbagai dampak, terdapat juga peluang yang dapat dimanfaatkan. Perlambatan ekonomi yang dialami beberapa negara akibat perang dagang AS-China seharusnya mendorong negara-negara di kawasan ini untuk meningkatkan kerja sama ekonomi dan perdagangan. Di tingkat ASEAN, perang dagang ini seharusnya menjadi motivasi untuk menyelesaikan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Di dalam negeri, Indonesia semestinya aktif meningkatkan investasi melalui partisipasi dalam kerangka Trade Investment Framework Agreement yang sudah berjalan dengan AS.

KESIMPULAN
Konflik perdagangan antara AS dan China yang dimulai ditahun 2018 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap neraca perdagangan keduanya dan ekonomi global. Di satu sisi, AS mengalami defisit yang mempengaruhi sektor pertanian dan stabilitas ekonomi serta politiknya. Di sisi lain, China mengalami surplus dalam neraca perdagangannya, meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) AS tetap tinggi. Dampak global dari perang dagang ini juga dirasakan oleh negara-negara mitra dagang utama, termasuk Indonesia, yang mengalami penurunan permintaan ekspor. Meski demikian, perang dagang ini juga membuka peluang bagi negara-negara di kawasan ASEAN untuk mempererat kerja sama ekonomi dan perdagangan, serta mendorong penyelesaian perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Indonesia perlu memanfaatkan momentum ini dengan aktif mendorong investasi melalui kerangka Trade Investment Framework Agreement yang sudah berjalan dengan AS. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun