Syekh Maulana Ishaq adalah seorang ulama yang berasal dari Samarqand, yakni daerah di dekat Bukhara-Rusia Selatan. Beliau adalah salah seorang ulama periode pertama yang dikirim oleh Sultan Turki Ustmani ke nusantara, dengan spesialisasi ahli pengobatan.
Beliau datang ke tanah Jawa pada 1404 Masehi, bersama dengan ayahnya Syekh Maulana Ahmad Jumadil Qubro (Husein Jamaluddin), dan kakaknya, Syekh Maulana Malik Ibrahim. Kisah karomah Syekh Maulana Ishaq berawal saat beliau datang di Gresik tanah Jawa kemudian ke Blambangan. Syekh Maulana Ishaq dikenal sebagai ayah dari Sunan Giri alias Raden Paku.
Makam Syekh Maulana Ishaq ada yang meyakini berada di Gresik, tidak jauh dari alun-alun tepatnya di kompleks makam Maulana Malik Ibrahim di Desa Gapurosukolilo, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik. Makam tersebut sering dikunjungi peziarah. Namun ada juga yang berkeyakinan bahwa makam Syekh Maulana Ishaq berada di Desa Kemantren, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.
Berdasarkan penelitian Fasih Ulum, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, kedatangan Syekh Maulana Ishaq ke Desa Kemantren, terjadi sebanyak dua kali. Pertama di tahun 1443 M bertepatan dengan kelahiran anaknya yang bernama Raden Paku.
Kedua sekitar tahun 1473 M setelah kembali dari Pasai. Syekh Maulana Ishaq menetap di Desa Kemantren, dan menyebarkan Islam kepada masyarakat setempat dengan cara-cara yang damai, sopan dan santun, tidak dengan kekerasan, dan juga dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan sosial budaya yang menjadi kesukaan dari masyarakat pada saat itu.
Dalam hal ini metode dakwah yang dilakukan oleh Syekh Maulana Ishaq adalah mengajak masyarakat untuk mengikuti agama Islam secara bijaksana (dakwah bil-hikmah).
Dengan menggunakan metode dakwah bilhikmah yang mempunyai arti bijaksana, dengan menggunakan akal budi yang mulia, dan hati yang bersih.
Ada beragam cara yang dilakukan oleh Syekh Maulana Ishaq dalam berdakwah menyebarkan agama Islam di Desa Kemantren. Pada bidang pendidikan, sebagaimana yang pernah dilakukan di Kerajaan Blambangan dalam berdakwah yaitu mendirikan masjid.
Syekh Maulana Ishaq dalam menyebarkan Islam di Desa Kemantren, juga mendirikan sebuah masjid. Pendirian masjid ini merupakan upaya dakwah yang pertama kali dilakukannya. Memang cara seperti ini kerap dilakukan oleh para wali sebagai basis dalam menyebarkan Islam.
Masjid merupakan tempat yang memiliki banyak fungsi. Masjid digunakan sebagai tempat untuk kegiatan salat berjamaah, belajar mengaji, untuk acara-acara keagamaan, dan bahkan untuk tempat tidur. Dalam hal ini masjid memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam terutama dalam bidang pendidikan.
Sebab, masjid pada saat itu juga digunakan sebagai pondok pesantren bagi para murid-muridnya atau para pengikutnya.
Untuk bidang pendidikan, Syekh Maulana Ishaq berpusat di masjid tersebut, dan dalam pengajarannya Syekh Maulana Ishaq mengajarkan tentang, Ilmu syariat agama Islam, tentang iman dan taqwa, tentang kehidupan sosial masyarakat dan ilmu tasawuf.
Masjid seperti ini menjadi tempat yang penting dan signifikan dalam komunitas muslim, sebagai tempat pembelajaran agama Islam dari guru ke murid. Keberadaan masjid yang digunakan sebagai pondok pesantren ini merupakan lanjutan dari sistem pembelajaran pada masa Hindu-Budha yang disebut dengan mandala.
Di samping mendirikan masjid sebagai sarana pendidikan, Syekh Maulana Ishaq juga membangun Bayang Gambang. Bayang Gambang merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk bermusyawarah untuk membahas strategi sekaligus tempat pengajaran ilmu agama untuk para pengikutnya.
Revitalisasi kawasan tersebut telah beberapa kali dilakukan. Lorong peziarah menuju makam, misalnya, dibuat layaknya bangunan Jawa masa silam. Begitu juga bagian gapura yang menghadap laut.
Jejak Syaikh Maulana Ishaq di Kemantren sangat kuat. Selain makam dan masjid yang berada di sisi timurnya, sumur yang dipercaya dibuat oleh Syaikh Maulana Ishaq juga masih mengalir. Lokasinya persis di bawah masjid. Sumur ini airnya tawar. Padahal, dulu lokasinya dikelilingi laut.
Sumarji bercerita, masjid yang bernama Al Abror memang sudah direnovasi. Tapi, bangunan intinya yang berupa kayu jati yang merupakan legasi Syaikh Maulana Ishaq masih utuh.
Di antaranya, parkirnya luas dan fasilitas seperti toilet gratis. Ini yang berbeda dengan lokasi lainnya, pengelolaan kawasan makam Syaikh Maulana Ishaq ditangani Makbaro Maulana Ishaq, sedangkan parkirnya dikelola Bumdes.
Ada gazebo-gazebo yang bersih, sangat sesuai untuk peziarah yang istirahat. Tak jauh darinya ada banyak tempat cuci tangan beserta sabun pembersihnya dengan air yang mengalir segar. Peziarah juga akan dimanjakan dengan puluhan pohon sawo kecik yang selalu rajin berbuah.
Bila ingin membawa oleh-oleh, ada sentra UMKM yang menyediakan aneka ikan panggang dengan harga yang relatif murah. Es kelapa muda/degan juga tersedia banyak jumlahnya. Tempat-tempat foto juga tersedia di tepi pantai tak jauh dari area makam. Pantai yang eksotik baik pemandangan ataupun penyertanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H