Mohon tunggu...
Yupiter Sulifan
Yupiter Sulifan Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik di sekolah lanjutan atas negeri di Sidoarjo

Seorang pendidik yang minat di dunia pendidikan, fotografi, lingkungan, kesehatan, sejarah, agrobis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menyelami Penyebab Banjir di Waru

11 Maret 2022   18:38 Diperbarui: 11 Maret 2022   18:47 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak Kamis (10/3) sore beberapa kawasan di kecamatan Waru Sidoarjo terendam banjir. Bahkan beberapa diantaranya masuk ke rumah warga. Seperti yang terpantau di desa Janti, Kedungrejo, Wedoro, Bungurasih, Kureksari, Kepuhkiriman, Wadungasri, Berbek dan beberapa kawasan di daerah tambak.

Bahkan ada ruas jalan yang terendam banjir hingga Jumat (11/3) sore, seperti di ruas jalan Kolonel Sugiono Kureksari. Banjir mencapai 30 cm atau sedalam ukuran roda sepeda motor.

Memang banjir ini terjadi setelah hujan deras sekira satu jam, Kamis (10/3) menjelang sore. Warga memperkirakan, selama hujan ada banjir dan setelah hujan reda, banjir biasanya surut. Tapi, kali ini banjir masih bertahan hingga Jumat. Warga yang rumahnya ada di sepanjang pinggir sungai Buntung mengatakan kalau air sungai meluap hingga ke permukiman warga.

Bahkan, banyak juga yang masuk ke dalam rumah, terutama dari belakang, dapur. "Air sungai Buntung meluap tidak seperti biasanya," ujar Yani warga desa Janti yang seluruh halaman rumahnya terendam air.

Selain curah hujan yang tinggi, air sungai Buntung yang meluap sering menjadi kambing hitam banjir di kawasan Waru. Kalau mau jujur, kalau curah hujan yang tinggi, ini memang alam. Tapi kalau air sungai Buntung yang meluap, diantara penyebabnya karena banyaknya sampah yang memenuhi permukaan sungai.

Entah sampah dari rumah tangga, pasar lama, tanaman enceng gondok yang tumbuh subur juga masih sering terlihat serean sandal dibuang di sungai. 

Serean sandal adalah nukilan sampah dari perajin sandal berupa sisa-sisa sol/spon sebagai bahan baku sandal. Sampah ini bila dibakar akan menimbulkan asap hitam pekat yang menyesakkan dada. Makanya ada yang membuangnya di sungai dan nyangkut di jembatan sehingga memenuhi permukaan sungai. 

Banyaknya sungai kecil yang tidak berfungsi lagi di beberapa desa. Padahal sungai-sungai kecil ini bisa sebagai alternatif membuang air hujan ke sungai Buntung. Juga selokan yang tidak dimaksimalkan di tiap-tiap RT juga bisa menyebabkan aliran air tidak lancar.

Daya serap tanah yang rendah/kecil terhadap air hujan. Andai diadakan Biopori secara massal, ini akan bisa memperlancar penyerapan air hujan ke dalam tanah. 

Sedikitnya vegetasi di pinggir-pinggir sungai sehingga daya serap air ke tanah juga kecil.  Pengerukan sedimen atau lumpur sungai Buntung mulai dari desa Ketegan hingga kawasan tambak juga harus dilakukan secara serempak. Ini akan menambah volume air sungai Buntung sehingga daya tampungnya bisa lebih banyak. 

Tapi, sebaik-baik teori, usul, saran tapi kalau tidak ada realisasi realisasinya juga sia-sia. Apalagi didukung oleh masyarakat yang kurang menyadari arti penting tidak boleh membuang sampah di sungai. Pola pikir dan perilaku masyarakat harus diubah untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal, sirnanya banjir di kota Waru. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun