Mohon tunggu...
Yupiter Sulifan
Yupiter Sulifan Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik di sekolah lanjutan atas negeri di Sidoarjo

Seorang pendidik yang minat di dunia pendidikan, fotografi, lingkungan, kesehatan, sejarah, agrobis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perpustakaan Tangkal Hoaks

7 Maret 2022   18:01 Diperbarui: 7 Maret 2022   18:06 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nawawi A Manan (kiri) memberikan hibah 5 buku karyanya, Menguak Misteri Presiden ke 7 Indonesia kepada salah seorang pengurus NU Tambaksumur (dok pri)

"Iqra'...iqra'...iqra', kata-kata inilah yang pertama kali didapat Nabi Muhammad SAW kala menerima wahyu pertama kali di gua Hira. Mengapa kata-kata Iqra diulang hingga tiga kali? Ini yang harus menjadi telaah kritis kita terutama di era saat ini," kata penulis, Nawawi A. Manan kala menjadi pemateri dalam acara Pelatihan Jurnalistik, 6 Maret 2022 di Rumah Fitri desa Tambaksumur Waru Sidoarjo, Jawa Timur.

Diacara yang digelar oleh pengurus ranting Nahdlatul Ulama Tambaksumur ini cak Wawi, begitu Nawawi A. Manan disapa, memaparkan pentingnya membaca bagi setiap umat Islam. "Membaca itu, membaca apa saja, ya terutama membaca artikel, karya sastra, majalah, koran ataupun buku-buku tak ubahnya memasukkan beraneka ilmu ke dalam otak kita," urai cak Wawi dihadapan peserta Pelatihan Jurnalistik yang terdiri dari pengurus dan anggota Banom (Badan Otonom) dan Lembaga di jajaran PRNU Tambaksumur. Peserta juga berasal dari lembaga pendidikan yang ada di desa Tambaksumur, TK Muslimat, MINU dan SMP Ardhitama.

Masih menurut cak Wawi, membaca selain memasukkan aneka ilmu ke dalam otak kita juga ini sebagai proses budaya intelektual. "Artinya, dalam membaca nanti lambat laun akan muncul rasa penasaran, lalu muncullah pertanyaan-pertanyaan yang ini bila dikelola dengan baik kan melahirkan kriktik yang membangun. Bukan kritik yang sifatnya merusak atau hanya olok-olok, nggedabrus dan sia-sia," kata redaktur tabloid dinas pendidikan Sidoarjo, PENA.

Olok-olok ataupun nggedabrus, lanjut cak Wawi, ini lama kelamaan akan menjadi fitnah. "Saat ini yang sering kita baca dan lihat munculnya berita-berita palsu atau hoaks. Terutama di media sosial, hoaks itu hampir tiap hari berseliweran. Dengan kata lain, kegiatan membaca yang kita lakukan ini bisa menangkal hoaks. 

Bermacam buku yang kita baca dengan tema yang berbeda ini tak ubahnya sebagai bahan referensi dalam otak kita. Bilamana ada berita atau kabar yang tidak jelas kepastiannya, bisa kita kaitkan dengan pengetahuan yang sudah kita daaptkan dari membaca tadi," papar cak Wawi.

Dalam kesempatan ini, cak Wawi menghibahkan lima bukunya yang berjudul Menguak Misteri Presiden ke 7 Indonesia kepada pengurus ranting NU Tambaksumur. "Buku karya saya ini sebagai pancingan bagi pengurus NU Tambaksumur agar segera merealisasikan keberadaan perpustakaan. Perpustakaan dengan beragam koleksi bukunya bila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya akan bisa menangkal hoaks," harap cak Wawi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun