Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilemma Pemimpin: Leading Change Vs Status Quo

24 Agustus 2024   12:50 Diperbarui: 25 Agustus 2024   08:00 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

They define themselves as change leaders rather than as people who want to maintain the status quo – Richard L. Daft (2023)

I. Leading Change

Tantangan dan masalah terbesar yang sedang dihadapi oleh setiap pemimpin saat ini dan hari-hari kedepan adalah ketidakpastian yang membingungkan sebagai akibat dari perubahan yang semakin kencang dan turbulent.

Pemimpin yang hebat, baik dan sukses adalah mereka yang focus pada mengelola perubahan itu secara konsisten dan berkesinambungan tanpa jeda dan tanpa lelah, dan bukan lagi sekedar menjaga status-quo yang hanya menghancurkan diri sendiri dan organisasi yang dipimpinnya.

Leading change menjadi isu mendasar dan strategis bagi setiap pemimpin dalam organisasi, baik organisasi bisnis, publik maupun non bisnis, baik top line leader maupun lower line leader, untuk semua level. Kesadaran tentang isu memimpin perubahan menjadi fondasi kokoh meraih keberhasilan menjadi pemimpin hebat.

II. Karakteristik Pemimpin: Leading Change

Perubahan tidak terjadi dengan mudah, namun pemimpin yang baik dapat memfasilitasi perubahan yang diperlukan untuk membantu organisasi beradaptasi terhadap ancaman eksternal dan peluang baru. 

Agar orang-orang di seluruh organisasi dapat memandang perubahan sebagai sesuatu yang positif dan alami, mereka memerlukan pemimpin yang menjadi panutan dalam melakukan perubahan dan memberikan motivasi serta komunikasi agar upaya perubahan tetap berjalan maju.

Hasil-hasil penelitian terbaru telah mengidentifikasi ada 7 karakteristik utama pemimpin yang dapat mencapai proyek perubahan yang efektif dalam kerangka leaders as change agent:

  • Mereka mendefinisikan diri mereka sebagai pemimpin perubahan dan bukan sebagai orang yang ingin mempertahankan status quo.
  • Mereka menunjukkan keberanian.
  • Mereka percaya pada kapasitas karyawan untuk memikul tanggung jawab.
  • Mereka dapat mengasimilasi dan mengartikulasikan nilai-nilai yang mendorong kemampuan beradaptasi.
  • Mereka menyadari dan belajar dari kesalahan mereka sendiri.
  • Mereka mampu mengelola kompleksitas, ketidakpastian, dan ambiguitas.
  • Mereka mempunyai visi dan dapat menggambarkan visi mereka untuk masa depan dengan jelas

III. Pemimpin: Change Agent

Bagaimana seorang leader mampu memimpin perubahan yang dihadapi?

Jawabannya harus dimulai dari kesadaran yang tinggi dari leader bahwa dia sebagai Agen Perubahan (Change Agent), yang artinya poros perubahan yang dibutuhkan organisasi terletak dalam diri si leader itu sendiri.

Sebagai change agent, tidak berarti si leader yang melakukan semua perubahan, sama sekali tidak, tetapi perubahan harus melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi, terutama semua karyawan yang ada di dalam organisasi. Namun, leader yang mendorong, memfasilitasi agar seluruh SDM mengeksekusi perubahan yang dibutuhkan secara berkesinambungan tanpa henti.

Perubahan berawal dari gagasan, tetapi tanpa eksekusi – actions maka perubahan tidak akan pernah terjadi. 

Tindakanlah yang pada akhirnya menjadi ujung tombak terjadinya perubahan. Dengan demikian, action menjadi titik dan area kritis yang harus dicermati secara tepat dan terukur untuk memastikan perubahan sesuai dengan yang diharapkan.

IV. Membangun Creative People

Memimpin perubahan berarti membangun dan mengembangkan karyawan menjadi orang-orang yang creative dalam bekerja dan tidak lagi dalam bentuk rutinitas yang biasa-biasa saja, namun sebagai respons atas dinamika perubahan yang dihadapi.

Mempersiapkan dan mengembangkan karyawan menjadi creative people harus dilakukan dengan benar dan tepat, terencana dan terukur agar perubahan diinginkan dapat terwujud. Oleh karena itu, selain membutuhkan waktu dan biaya yang memadai, tetapi komitmen dari pemimpin menjadi kondisi yang harus dipenuhi, disamping memilih metode dan teknik perubahan yang sesuai kebutuhan organisasi.

Paling tidak ada 5 teknik yang efektif untuk membangun Cretive People dalam organisasi, yaitu:

  • Brainstorming.  Mengumpulkan orang dalam kelompok interaktif melalui jaringan digital. Dalam sistem ini, peserta dapat mengajukan ide secara online, membaca ide yang telah diajukan oleh orang lain, dan mengembangkan atau menambahkan ide-ide tersebut.
  • Lateral thinking. Sekumpulan teknik sistematis untuk mengubah konsep berpikir yang biasa dan menghasilkan konsep-konsep baru.
  • Enable immersion. Mendorong seseorang atau tim untuk mendalami satu area atau topik secara mendalam untuk memicu kreativitas pribadi.
  • Allow pauses. Memberikan waktu jeda atau istirahat dari pekerjaan atau masalah yang dikerjakan sedang dapat memicu kreativitas.
  • Creative intuition. Mengembangkan dan memelihara intuisi kreatif. Ini mengacu pada upaya untuk memperkuat kemampuan untuk mendapatkan wawasan atau ide kreatif secara spontan dan tanpa analisis yang terlalu rasional

Karyawan yang creative dalam bekerja akan menjadi wilayah lahir dan munculnya beragam inovasi sebagai respon terhadap dinamika perubahan yang terus menerus mempengaruhi dan mengganggu organisasi. Inovasi akan menjadi tuntutan kebutuhan ketika perubahan tidak bisa dihindari.

Menjadi tugas dan tanggungjawab leader untuk membantu dan memfasilitasi serta menolong karyawannya menjadi orang-orang yang kreatif  secara kontinyu dan tanpa batas.

Harus diakui bahwa tugas leader tidaklah mudah tetapi tidak ada pilihan lain kalau mau organisasi tetap hidup dan terus berkembang.

Beberapa pemimpin tidak memahami mengapa perubahan sulit bagi banyak orang. Untuk memulai sesuatu yang baru, hal lama harus diakhiri, dan ini sering kali sulit karena kita cenderung terjebak pada apa yang mungkin hilang. Perubahan perilaku sangat bergantung pada perubahan emosi seseorang terhadap situasi. Orang harus melepaskan yang lama secara psikologis dan emosional sebelum bisa menerima yang baru.

Membantu orang berubah berarti memahami dan mengatasi emosi yang terkait dengan akhir dan kehilangan, bukan menyangkal atau mengabaikannya.

Di dalam setiap organisasi, perubahan sering kali menyebabkan hilangnya kekuasaan, prestise, atau rutinitas yang stabil, yang bisa memicu penolakan.

Ketidakpastian tentang bagaimana perubahan akan mempengaruhi mereka juga membuat orang cenderung mempertahankan apa yang mereka ketahui, bahkan jika itu tidak ideal.

Pilihannya ada di tangan si pemimpin itu sendiri, Change Versus Status-Quo, mau memimpin perubahan atau sekedar mempertahan status quo yang biasanya cenderung hanya untuk memelihara dan mempertahankan kepentingan dan kenikmatan saat ini, tetapi sesungguhnya akan menjadi ancaman bagi masa depan organisasi atau perusahaan.

Yupiter Gulo, 22 Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun