Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tanpa Politik, Karier Anda Mentok

30 Desember 2023   20:33 Diperbarui: 31 Desember 2023   09:02 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trade-off kepentingan karyawan|sumber: stock.adobe.com

Namun Anda mungkin bertanya-tanya,mengapa politik harus ada dalam organisasi? Bukankah mungkin sebuah organisasi bebas politik? Jawabannya, “Itu mungkin—tetapi itu tidak mungkin”

Organisasi memiliki individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan kepentingan yang berbeda. Hal ini menimbulkan potensi konflik mengenai alokasi sumber daya yang terbatas, seperti anggaran, ruang kerja, serta kumpulan gaji dan bonus. 

Jika sumber daya berlimpah, semua konstituen dalam suatu organisasi dapat mencapai tujuan mereka. Namun karena terbatas, tidak semua kepentingan bisa terpuaskan.

Selain itu, keuntungan yang diperoleh oleh satu individu atau kelompok sering kali dianggap merugikan orang lain dalam organisasi (baik mereka yang termasuk dalam organisasi tersebut atau tidak). Kekuatan-kekuatan ini menciptakan persaingan antar anggota untuk mendapatkan sumber daya organisasi yang terbatas.

Trade-off kepentingan karyawan|sumber: stock.adobe.com
Trade-off kepentingan karyawan|sumber: stock.adobe.com

Mungkin faktor terpenting yang mengarah pada politik dalam organisasi adalah kesadaran bahwa sebagian besar “fakta” yang digunakan untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas dapat ditafsirkan. Ketika mengalokasikan gaji berdasarkan kinerja, misalnya, apa yang dimaksud dengan kinerja yang baik? Apa saja peningkatan yang memadai? Apa yang dimaksud dengan pekerjaan yang tidak memuaskan?

Di tengah-tengah kehidupan organisasi yang besar dan ambigu inilah—di mana fakta tidak bisa menjelaskannya sendiri— maka harus diakui dan diterima kenyataan bahwa office politics dan/atau politik berkembang biak dengan suburnya.

Situasi ambigu menyuburkan praktik politik organisasi|sumber: stock.adobe.com
Situasi ambigu menyuburkan praktik politik organisasi|sumber: stock.adobe.com

Karena sebagian besar keputusan harus dibuat dalam iklim ambiguitas—dimana fakta jarang bersifat objektif sehingga terbuka untuk ditafsirkan—orang-orang di dalam organisasi akan menggunakan pengaruh apa pun yang mereka bisa untuk mendukung tujuan dan kepentingan mereka. Hal ini tentu saja menimbulkan aktivitas yang kita sebut politik. “Upaya tanpa pamrih yang dilakukan seseorang untuk memberi manfaat bagi organisasi” dipandang oleh orang lain sebagai “upaya terang-terangan untuk memenuhi kepentingannya.

Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan apakah sebuah organisasi bisa bebas politik, kita dapat menjawab ya—jika semua anggota organisasi tersebut memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, jika sumber daya organisasi tidak langka, dan jika hasil kinerjanya sesuai benar-benar jelas dan obyektif. Namun hal tersebut tidak menggambarkan dunia organisasi di mana sebagian besar dari kita hidup.

Haruskah saya Berpolitik?

Apabila memperhatikan hasil survey yang sudah dikemukakan dan menginginkan jenjang karier yang terus meningkat, maka jawabannya "seorang karyawan harus berpolitik", karena peluang berhasilnya mencapai 51%, ketimbang hanya mengandalkan kerjakeras, kreatif saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun