Tahap-1 : Potensial terjadinya pertentangan dan ketidakcocokan. Sumbernya bisa datang dari komunikasi yang berlebihan atau terlalu sedikit; Struktur organisasi dengan spesialisasi terlalu tinggi, tujuan tak sesuai, style leadership dan sistem rewrad; Variabel personal seperti kepribadian, emosi dan nilai-nilai.
Tahap-2: Kognisi dan personalisasi. Setiap pihak mendefinisikan konflik serta memutuskan apa sesungguhnya knflik yang dihadapi dengan membedakan : perceived conflict (adanya ketidakcocokan) dan felt conflict, individu yang terlibat secara  emosional.
Tahap-3:Â Intentions atau niat. Tahapan menjawab bagaimana cara memutuskan untuk bertindak dengan cara tertentu yang tepat. Â Disini niat menangani konflik terdiri dari 2 dimensi kunci, yaitu perlunya assertiveness atau ketegasan dengan mengukur sejauhmana pihak-pihak memenuhi keprihatinannya sendiri. Dan dimensi coopoerativeness atau kerjasama.
Tahap-4:Â Tahapan behavior atau perilaku meliputi pernyataan, tindakan dan reaksi yang dilakukan pihak-pihak berkonflik, yang biasanya sebagai upaya terang benderang mengeksekusi niat mereka sendiri. Harus diwaspadai terjadinya bias antara niat dengan tindakan.
Tahap-5: Outcomes atau hasil, hanya dua dua kemungkinan utama yaitu fungsional atau disfungsional. Hasil fungsional memungkinkan keputusan berkualitas, merangsang dan mendorong kreatifitas dan inovasi, minat dan keingintahuan diantara anggota kelompok dan menyediakan media bertukar opini yang dibutuhkan hingga terjadinya perubahan. Sedangkan hasil disfungsional akan menimbulkan ketidakpuasan  yang berdampak pada banyak hal seperti komunikasi buruk, menghancurkan semangat kelompok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H