Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memimpin Perubahan dengan Menggunakan AI

15 Desember 2023   10:41 Diperbarui: 15 Desember 2023   18:24 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Leading change | Sumber : recapeg.com 

"Semakin banyak Anda mempelajari hal yang benar, semakin baik, semakin lebih baik kemungkinan dalam sistem kehidupan manusia, semakin besar kapasitas untuk melakukan transformasi positif'' - David Cooperrider, pencipta metodologi AI

Klimaks tugas dan tanggungjawab serta keberhasilan seorang pemimpin  terletak dalam satu kata kunci, yaitu change atau perubahan. Pemimpin yang tidak membuat perubahan yang signifikan selama memimpin itu artinya pemimpin itu tidak efektif alias gagal. Dan kalau seorang pemimpin tidak efektif, sebaiknya dia mengundurkan diri, atau diberhentikan sebagai pemimpin.

Tuntutan perubahan menjadi kebutuhan sebuah perusahaan, tidak saja karena dipaksa oleh perubahan lingkungan eksternal (seperti perubahan  teknologi, ekonomi, hukum dan peraturan, trend sosial, globalisasi, kompetisi market), tetapi juga dorongan perubahan dari dalam perusahaan itu sendiri. Ketika pemimpin mampu mengelola perubahan dengan cepat, tepat dan efisien maka organisasi akan bertumbuh dan berkembang secara berkesinambungan.

Problematika perubahan ini menjadi kompleks ketika kecenderungan perubahan semakin tinggi dan cepat sekali bahkan menimbulkan turbulensi sehingga sulit memprediksi apa yang akan terjadi kemudian. Dan karenanya, hanya para pemimpin yang sungguh-sungguh menjadi agen perubahan yang mampu memimpin dengan efektif.

Menerapakan pendekatan AI, atau Appreciative Inquiry merupakan salah instrument yang efektif memimpin perubahan dalam situasi yang penuh ketidakpastan.

Pendekatan AI, Appreciative Inquiry

Pendekatan Appreciatuve Inquiry, AI, merupakan teknik untuk memimpin perubahan yang melibatkan individu, tim, atau seluruh organ dan orang dalam organisasi dengan memperkuat pesan-pesan positif dan berfokus pada pembelajaran dari kesuksesan

Appreciative inquiry a technique for leading change that engages individuals, teams, or the entire organization by reinforcing positive messages and focusing on learning from success (Richard T. Daft, 2023, Leadership – Experience)

Daripada melihat situasi dari sudut pandang apa yang salah dan siapa yang harus disalahkan, AI mengambil pendekatan yang positif dan afirmatif dengan bertanya, “Apa yang mungkin terjadi?” atau Apa yang ingin kita capai?''. Pertanyaan-pertanyaan kreatif yang mampu membangun kesadaran dan kesigapan mengelola perubahan.

Misalnya, daripada melihat masalah seperti penurunan penjualan, pendekan AI akan menyelidiki apa yang membuat penjualan meningkat. Menyusun topik dengan tepat—untuk menyelidiki apa yang benar dan bukan apa yang salah—sangat penting bagi keberhasilan AI karena AI menjauhkan orang dari sikap menyalahkan, membela diri, dan menyangkal, serta menetapkan kerangka kerja positif untuk perubahan.

Seperti yang dikatakan David Cooperrider, salah satu pencipta metodologi AI, ''semakin banyak Anda mempelajari hal yang benar, semakin baik, semakin lebih baik kemungkinan dalam sistem kehidupan manusia, semakin besar kapasitas untuk melakukan transformasi positif.''

‘‘the more you study the true, the good, the better, the possible within living human systems, the more the capacity for positive transformation.’’

Harus diakui bahwa pendekatan Appreciative Inquiry sangat menarik dan cenderung fun serta sesungguhnya sangat sederhana, dalam praktek dapat diterapkan pada beragam organisasi baik dalam skala besar atau kecil, baik organisasi sosial, publik maupun dan terutama dalam perusahaan. Penerapananya juga tidak sangat terikat dengan situasi maupun fasilitas yang ada. Karena pendekan AI berfokus pada mengasah dan melatih cara bersikap dan berpikir setiap karyawan terhadap masalah dihadapi dengan focus pada menemukan titik kritis perubaan mengarah pada solusi yang diinginkan.

Richad T. Daft mengemukakan ada 4 tahap menerapan pendekatan AI mengelola perubahan, yaitu:

  • Discovery - Mengidentifikasi dan menghargai yang terbaik dari apa yang ada
  • Dream - Membayangkan apa yang bisa terjadi; menciptakan sebuah visi.
  • Design - Merumuskan rencana aksi untuk mencapai apa yang seharusnya
  • Destiny – mempertahankan pencapaian tujuan yang diinginkan kedepan

The RED TEAM :  Penerapan AI

Ketika manajer umum (GM) kilang minyak tempat mereka bekerja meminta untuk “membayangkan kembali organisasinya,” sekelompok insinyur muda yang dikenal sebagai Tim Merah tentu saja bertanya-tanya apa maksudnya  si GM ini.

GM mengatakan dia ingin kilang tersebut menjadi tempat terbaik untuk bekerja di organisasi besar minyak dan gas Timur Tengah. Keberhasilan tersebut, lanjutnya, diukur dari tingkat kebahagiaan 1.600 pekerja di kilang tersebut. Kebahagiaan di kalangan pekerja, menurut GM, akan meningkatkan keselamatan, kinerja, dan produktivitas.

Kemudian, Tim Merah segera mulai berdiskusi satu sama lain dan mengidentifikasi permasalahan serta rekomendasi potensial untuk membuat kilang menjadi tempat yang lebih menyenangkan untuk bekerja. Selanjutnya, mereka memutuskan bahwa mendapatkan masukan dari karyawan lain adalah ide yang bagus.

Mereka datang dengan tema sederhana, berdasarkan kata ''Senyum'', yang bertujuan untuk menghubungkan orang-orang dan mendapatkan ide-ide mereka tentang cara meningkatkan semangat, motivasi, dan kebahagiaan.

Dengan menggunakan Model AI, tim meminta orang-orang untuk berbagi pengalaman terbaik mereka bekerja di kilang (Discover), sehingga menciptakan suasana yang penuh energi dan menyenangkan. Berikutnya, masyarakat menyumbangkan ide mengenai apa yang mereka pikirkan tentang kilang tersebut jika pengalaman ini menjadi hal yang biasa (Mimpi).

Pada tahap ketiga (Desain), ide-idenya termasuk menemui manajer lebih sering di pabrik, memperkuat hubungan pekerja-penyelia, memperbaiki menu kafetaria, menyediakan kanopi peneduh di area parkir karyawan, dan mengadakan acara apresiasi keluarga karyawan secara rutin. Tim relawan diminta untuk memperjuangkan setiap inisiatif untuk tindakan tindak lanjut guna mewujudkannya (Destiny).

Proses ini telah meningkatkan moral dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam membentuk masa depan mereka sendiri. Masyarakat mempunyai rasa memiliki dan komitmen yang lebih kuat, dan visi untuk menjadi “tempat terbaik di perusahaan untuk bekerja” akan segera menjadi kenyataan.

Leading Change: Sebuah Check-List

Harus disadari bahwa memimpin perubahan tidaklah mudah karena pada umumnya karyawan cenderung menolak/resistan terhadap perubahan karena beragam alasan, termasuk ketika kenyamanan (comfort zone) mereka terganggu bahkan hilang.

Agar pengelolaan perubahan yang diinginkan efektit, seorang pemimpin dapat melakukan pengecekan apakah setiap karyawannya memiliki sikap dan tanggungjawab untuk berubah.

Berikut ini ada 10 pertanayaan, check list, yang bisa diisi secara jujur oleh setiap karyawan dan bisa diketahui derajat sikap tanggungjawab untuk berubah:

  • Saya sering mencoba menerapkan prosedur yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan
  • Saya sering mencoba mengubah bagaimana cara pekerjaan dijalankan agar lebih efektif
  • Saya sering mencoba melakukan perbaikan prosedur pada unit kerja/departemen saya
  • Saya sering mencoba menerapkan metode kerja baru yang lebih efektof bagi perusahaan
  • Saya sering mencoba mengubah peraturan/kebijakan organisasi yang tidak produktif/kontraproduktif
  • Saya sering memberikan saran konstruktif untuk memperbaiki cara kerja organisasi
  • Saya sering mencoba memperbaiki kesalahan prosedur/praktik kerja
  • Saya sering mencoba menghilangkan prosedur yang berlebihan atau prosedur yang tidak dibutuhkan.
  • Saya sering mencoba menerapkan solusi masalah-masalah organisasi yang mendesak
  • Saya sering mencoba memperkenalkan struktur, teknologi pendekatan baru meningkatkan efisiensi

Daftar 10 pertanyaan ini dijawab: BENAR atau SALAH. Kemudian dihitung score/nilai dengan menjumlahkan berapa yang dijawab BENAR, nilai 1 untuk jawaban benar. Dan apabila total score 7-10, si karyawan termasuk CHANGE LEADER, pemimpin perubahan.

Hasil dari Leader Self Insight ini, sangat bermanfaat bagi pimpinan perusahaan untuk merencakan sejumlah program serta beragam pendekatan untuk melatih dan mengembangkan karyawan menjadi Leader Change.

Pesan pentingnya adalah bahwa setiap karyawan harus ditolong agar mereka bisa berubah sesuai dengan keinginan organisasi. Sebab, perubahan itu merupakan kenincayaan, dan tidak ada alasan bagi pemimpin untuk memimpin perubahan. Perubahan itu real atau nyata. Jadi Leader as a change agent!

Yupiter Gulo, 15 Des 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun