"The discipline of desire is the background of character" - John Locke
Disiplin Karyawan
Pengelolaan sumber daya manusia yang efektif tidak hanya berhenti pada melakukan tahapan rekrutmen, seleksi, penilaian, pelatihan, dan kompensasi sebagai inti dari fungsi-fungsi operasional manajemen sumber daya manusia, sebab hal-hal ini dapat dilakukan secara mekanistik dan rutin disetiap HRD
Persoalan penting yang harus dijawab adalah, apa yang dilakukan oleh Manajer HRD setelah mendapatkan karyawan dan bekerja secara rutin sesuai job description?
Harus difahami bahwa sebagian besar karyawan mengharapkan lebih dari sekedar proses rekruitmen saja, seperti mereka berharap diperlakukan secara adil dan mendapatkan lingkungan kerja yang aman, hubungan yang positif, etika dan disiplin karyawan sebagai salah satu faktor kunci membangun kesuksesan si karyawan yang pada akhirnya juga keberhasilan perusahaan.
Faktor disiplin menjadi pembeda kunci atas kehebatan kerja setiap karyawan dan bukan karena sangat pinter atau sangat terampil, tetapi disiplin akan mampu mendorong kinerja karyawan pada level tertinggi secara berkesinambungan.
Pemahaman tentang disiplin menyentuh beragam aspek atau dimensi yang harus dicermati dengan baik.
Disiplin adalah kualitas kemampuan berperilaku dan bekerja secara terkendali yang melibatkan kepatuhan terhadap aturan atau standar tertentu.
Disiplin adalah praktik membuat orang mematuhi aturan atau standar perilaku, dan menghukum mereka jika tidak mematuhinya.
Jika Anda merujuk pada suatu aktivitas atau situasi sebagai suatu disiplin, yang Anda maksudkan adalah, agar berhasil dalam aktivitas atau situasi tersebut, Anda perlu berperilaku dengan cara yang dikontrol dengan ketat dan mematuhi aturan atau standar tertentu.
Jika seseorang didisiplinkan karena kesalahan yang dilakukannya, maka ia akan dihukum karenanya.
Jika Anda mendisiplinkan diri untuk melakukan sesuatu, Anda melatih diri Anda untuk berperilaku dan bekerja dengan cara yang terkontrol dan teratur.
Tujuan dari disiplin adalah untuk mendorong seorang pekerja agar berperilaku bijaksana dalam bekerja, di mana bijaksana berarti menaati peraturan dan ketentuan. Dan pada dasarnya, disiplin diperlukan ketika seorang karyawan melanggar suatu peraturan.
Prosedur disipliner yang tepat penting karena beberapa alasan. Di satu sisi, hubungan karyawan yang positif membutuhkan kepercayaan, dan hanya sedikit tindakan personel yang akan merusak kepercayaan seperti halnya disiplin yang sewenang-wenang.
Masalah hukum juga penting. Sebuah hasil survei menerbitkan putusan arbitrase yang menyatakan bahwa keterlambatan telah memicu disiplin dan/atau pemecatan. Ketika arbiter membatalkan keputusan pemberi kerja, hal ini biasanya disebabkan oleh prosedur disipliner yang tidak memadai---misalnya, pemberi kerja gagal menjelaskan apa yang dimaksud dengan "keterlambatan".
Prosedur disipliner yang tidak adil dapat menjadi bumerang dalam hal lain. Misalnya, hal ini dapat memicu perilaku buruk karyawan yang bersifat pembalasan.
Pilar Disiplin Karyawan
Merujuk pada Gery Dessler (2018), Human Resources Management, menegaskan bahwa mendisiplinkan karyawan seringkali tidak dapat dihindari, namun disiplin semacam itu harus berakar pada kebutuhan untuk bersikap adil. Manajer membangun proses disiplin yang adil berdasarkan tiga pilar: peraturan dan regulasi, sistem hukuman progresif, dan proses banding.
Pilar-1: Rules and Regulations
Aturan dan Peraturan. Proses disipliner yang dapat diterima dimulai dengan serangkaian aturan dan regulasi disipliner yang jelas. Peraturan tersebut harus mencakup masalah-masalah seperti pencurian, perusakan properti perusahaan, mabuk-mabukan di tempat kerja, dan pembangkangan.
Contoh aturan meliputi: kinerja yang buruk tidak dapat diterima. Setiap karyawan diharapkan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan efisien serta memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.
Alkohol dan obat-obatan tidak bisa dicampuraduk dengan pekerjaan, dan penggunaan keduanya selama jam kerja dan pelaporan untuk pekerjaan di bawah pengaruh keduanya dilarang keras.
Tujuan dari peraturan ini adalah untuk memberi tahu karyawan sebelumnya tentang perilaku apa yang dapat dan tidak dapat diterima. Beritahu karyawan, sebaiknya secara tertulis, apa yang tidak diperbolehkan. Buku pegangan karyawan harus memuat peraturan dan ketentuan
Pilar-2: Progessive Penalities
Hukuman Progresif. Sistem hukuman progresif adalah pilar kedua dari disiplin yang efektif. Berat ringannya hukuman biasanya bergantung pada pelanggaran dan berapa kali pelanggaran tersebut terjadi.
Misalnya, sebagian besar perusahaan mengeluarkan peringatan atas keterlambatan pertama yang tidak dapat dimaafkan. Namun, untuk pelanggaran keempat, pemecatan adalah hal yang biasa
Pilar-3: Appeals Process.Â
Proses Banding. Pilar ketiga ini menunjuk pada tujuan dari proses banding adalah untuk memastikan bahwa pengawas menerapkan disiplin secara adil.
Perusahaan yang sudah mapan dan well-managed menerapak secara konsisten program multi langkah perlakuan adil yang dijamin untuk mendisiplinkan karyawannya tanpa kecuali, sehingga setiap orang merasa diperlakukan adil kendati hal terkecil sekalipun.
Walapun proses banding memang penting namun bukan merupakan obat mujarab dalam menangani penyimpangan kedisiplinan karyawan, seringkali pengusaha dapat mengurangi dampak disiplin yang tidak adil dengan menangkapnya saat mengajukan banding.
Namun, beberapa perilaku pengawasan mungkin tidak mungkin diatasi dalam praktiknya. Misalnya, perilaku yang menyerang identitas pribadi dan/atau status sosial karyawan sulit untuk diperbaiki. Ini penting diingat bahwa hukuman sangat tidak pantas jika tampaknya dimotivasi oleh balas dendam.
Untuk Siapa Disiplin?
Kapan disiplin itu dilakukan dan untuk siapa disiplin diberlakukan?
Ini pertanyaan konyol, tetapi sangat mendasar ketika bicara tentang masalah disiplin kerja karyawan, karena aspek disiplinn menjadi pengikat seluruh proses perilaku karyawan.
Bila dicermati secara konkrit, maka sesungguhnya disiplin itu diperuntukkan bagi karyawan yang melanggar disiplin itu sendiri, dan tidak dibutuhkan bagi mereka yang memiliki disiplin kerja.
Nampaknya simple tetapi membutuhkan strategi mengerjakannya. Dalam kenyataan, jumlah karyawan yang tidak disiplin relatif sedikit bahkan "segelintir karyawan" tetapi efeknya sangat merusak  suasana kerja. Dan bila tidak diselesaikan secara cepat dan tepat akan semakin menjadi masalah besar yang sangat mengganggu.
Dalam kenyataan, jumlah karyawan yang tidak disiplin relatif sedikit bahkan "segelintir karyawan" tetapi efeknya sangat merusak  suasana kerja. Dan bila tidak diselesaikan secara cepat dan tepat akan semakin menjadi masalah besar yang sangat mengganggu
Yupiter Gulo, 1 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H