Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gaya Komunikasi Pemimpin Sukses: Mulai dari Pikiran dan Hati

31 Juli 2023   14:24 Diperbarui: 13 Agustus 2023   01:56 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Komunikasi mulai dari Pikiran dan Hati |sumber: freepik.com

Komunikasi merupakan salah satu instrument implementasi fungsi kepemimpinan dalam suatu organisasi, dan pada bagian ini harus diakui banyak pemimpin lemah bahkan gagal karena tidak memiliki kemampuan minimal berkomunikasi. Sedemikian rupa sehingga pesan-pesan kunci tidak tersampaikan dengan tepat. Akibatnya, kinerja karyawan tidak optimal, yang pada akhirnya capaian organisasi tidak tidak maksimal.

Ilustrasi Komunikasi mulai dari Pikiran dan Hati |sumber: freepik.com
Ilustrasi Komunikasi mulai dari Pikiran dan Hati |sumber: freepik.com
Komunikasi yang dimulai dari pikiran dan hati, menegaskan bahwa seorang pemimpin harus memiliki pikiran yang jernih dan terang benderang tentang sebuah persoalan sebelum mengungkapkannya kepada orang lain. Dan harus digumuli dengan hati yang bersih dan penuh welas asih ketika menyampaikan pesan-pesan itu melalui kata-kata, kalimat kepada karyawan.

Disini bagian kritisnya, ketika pemimpin berkomunikasi tetapi tidak dimulai dari pikiran dan hati, maka pesan yang disampaikan akan bias alias menyimpang, tidak saja dari kata dan kalimat yang keluar dari mulut si pemimpin, tetapi juga cara menyampaikannya, intonasi dan kecepatan bersuara, ekspresi dan Bahasa tubuhnya, serta pilihan-pilihan kata yang keluar.

Semuanya akan tercermin dan tersimpulkan apakah pemimpin ini berkomunikasi dari pikiran dan hatinya, atau bukan? Artinya, apa yang disampaikan seperti bukan apa yang dipikirkan dan diniatkan dari dalam hatinya.

Pemimpin berkomunikasi yang dimulai dari pikiran dan hati menempatkan karyawan bukan sebagai obyek semata, apalagi hanya sekedar diperintah dan iindoktrinasi untuk bekerja dan bekerja, tetapi karyawan dianggap equal dengan dirinya, bahkan melayani karyawan sedemikian sehingga pesan yang disampaikan diterima sebagai bagian dari eksistensi mereka dalam organisasi.

Dengan strategi dasar seperti itu, dipastikan karyawan tidak akan merasa dipaksa, dituntut tetapi sebaliknya mereka memahami sebagai bagian dari keberadaan dan tanggungjawabnya dalam perusahaan.

Strategi Komunikasi dari Pikiran dan Hati.

Meminjam terminology yang dipakai oleh Daft (2018) dalam Leadership, menjadi Leader as Communication Champion hanya bisa dicapai dengan memulainya dari Pikiran dan Hati, bukan dari tindakan apalagi dari perintah sana perintah sini.

Bilan pilihannya menadi Communication Champion, maka strategi komunikasi harus mengacu pada orang-orang yang berbicara melintasi batas dan tingkat hirarki tentang visi keompok atau organisasi, tema strategis kritis dan nilai-nilai yang dapat membantu mencapai hasil yang diinginkan.

Hal ini hanya bisa diwujudnyatakan apabila si pemimpin menjadi fasilitator percakapan/pembicaraan dengan tiga tahapan berikut ini :

  • Mengajukan pertanyaan dan secara aktif mendengarkan orang lain untuk memahami sikap dan nilai, kebutuhan dan tujuan serta keinginan pribadi masing-masing.
  • Menetapkan aacara percakapan dengan menggarisbawahi tema strategis utama yang terkait langsung dengan keberhasilan perusahaan
  • Memilih jalur komunikasi yang tepat dan mengajak untuk melakukan dialog dan bukan perdebatan yang tidak berguna.

Open communication |Sumber: images.search.yahoo.com
Open communication |Sumber: images.search.yahoo.com
Sederhananya, pemimpin yang dimulai dari hati dan pikiran selalu memenuhi unsur minimal yaitu open communication, asking question dan listening. Cara ini sangat ampuh untuk menempatan si pemimpin dan yang dipimpin berada dalam gelombang yang sama, tataran yang setara, visi dan tujuan yang sama dan pada akhirnya akan menjadi sebuah sinergi yang maha dahsyat.

Mudahkah melakukan ini? Tentu tidak semudah yang dibayangkan, tetapi sangat mungkin dikerjakan secara sederhana ketika si pemimpin memulainya dari pikiran dan hati, seperti yang dipesankan oleh Sang Budha lebih dari 2.500 tahun silam. Bila tidak percaya, silakan mencoba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun