Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilih Mana: Pemimpin Hero Versus Humble?

25 Juli 2023   00:21 Diperbarui: 25 Juli 2023   00:48 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin hero | sumber: td.org

Profesor Richard L. Daft dalam buku teksnya berjudul The Leadership Experience (7ed, 2018) menunjukan bahwa Pemimpin Hero itu termasuk dalam Old Paradigm Leader, sementara Pemimpin Humble adalah  New Paradigm Leader.

Pesan penting dari temuan Daft itu, bahwa seorang pemimpin harus mengubah paradigma dalam menjalankan peran dan fungsi kepemimpinannya secara efektif dan berhasil. Berusaha menjadi seorang pahlawan dalam memimpin sudah tidak jamannya lagi, itu sudah usang dan sudah ketinggalan. Sebaliknya, menjadi pemimpin yang rendah hati akan menjadi pilihan terbaik yang dibutuhkan pada saat ini dan masa yang akan datang.

Realitas Baru Dalam Memimpin : Transformasi!

Seorang pemimpin yang masih memegang cara berpikir usang, selain merugikan bahkan merusak sebuah organisasi, tetapi juga akan menciptakan permasalahan dalam dirinya sendiri. Situasi bisa diatasi apabila si pemimpin cepat menyadari dan membuat perubahan, sementara situasi organisasi semakin sulit dan kempleks ketika si pemimpin tidak sadar dan tetap saja merasa diri sebagai hero.

Saat ini dan kedepan, seorang leader menghadapi sebuah perubahan dahsyat dalam semua aspek kehidupan, bahkan yang tidak pernah dipikirkan dan dibayangkan sebelumnya telah menjadi kenyataan baru yang memaksa setiap pemimpin berubah.

Richard Daft mencatat sejumlah hal mendasar dan kunci perlunya perubahan paradigma peminpin, seperti media sosial, globalisasi, mobile commerce, peperangan geopolitik, teknologi terbarukan dan mesin pinter, outsourcing, perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya, telecommuting dan virtual teams, cybercrime, redistribusi kekuatan ekonomi.

Kehidupan berubah | Sumber: techfinancedollar.com
Kehidupan berubah | Sumber: techfinancedollar.com

Intinya, perubahan besar di dunia sedang berlangsung dan ini berarti para pemimpin ini menghadapi tantangan yang tidak dapat mereka lakukan dan hadapi sendiri saja. Dan berusaha menjadi pahlawan untuk menghadapi dan menyelesaikan sendiri situasi itu, sama saja hanya akan “menggali kuburnya sendiri”.

Hasil penelitian Center for Creative Leadership, menemukan 84% pemimpin mengatakan definisi kepemimpinan yang efektif sudah berubah signifikan memasuki abad ke-21, diakui bahwa keterhubungan dan mobilitas sosial menjadi aspek utama dalam memimpin.

Kini, publik meyakini dunia kita sedang mengalami transformasi yang lebih mendalam dan jauh jangkauannya ketimbang yang dialami sejak zaman modern, bahkan sejaak revolusi industri lebih dari 500 tahun yang lalu. Fakta yang tidak bisa dihindari, pemimpin hari ini beroperasi di dunia di mana sedikit yang pasti dan sisanya berubah tanpa henti dengan kecepatan yang sangat tinggi dengan membawa serta ketidakpastian.  

Pemimpin Hero

Pemimpin hero menunjukkan pemimpin sebagai sumber segala kekuatan yang mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan cita-cita organisasi. Sedemikian kuatnya pemimpin, dianggap sebagai pahlawan, sehingga tanpa dia maka organisasi akan ambruk atau tidak sukses.

Dalam perspektif penelitian, pemimpin hero seperti ini mendominasi gaya kepemimpinan mula-mula, bahkan pemimpin dianggap sebagai orang besar  atau Great-Man, sebelum  memasuki abad-21, seperti sekarang ini. Bahkan kisah Hero Leader ini jamak menjadi tema-tema film barat di Amerika Serikat, dengan beragam pernik-pernik tampilan ketika selebrasi pemimpin sebagai hero terjadi.

Banyak pemimpin hero dimasa lalu, tidak saja yang berlatar belakang politik, tetapi juga yang berlatar belakang spiritual keagamaan, dan menjadi referensi kuat yang mengokohkan bahwa pemimpin hero menjadi jawaban bagi keberhasilan sebuah organisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemimpin hero yang tampil dengan ambisius, sangat percaya diri bahkan over self-confifence, tampil bak pemimpin karismatik tetapi telah muncul dan cenderung berada di garis depan terhadap beberapa skandal etis dan kegagalan bisnis beberapa tahun terakhir. Konsekuensinya dalam praktek, pemimpin pahlawan mungkin lebih berisiko dan mengambil keputusan berani, seringkali tanpa mempertimbangkan kebaikan yang lebih besar.

Nampaknya, situasi dan dinamika perubahan yang ada ketika itulah yang menjadi tuntutan munculnya pemimpin hero dan menjadi pola yang banyak diacu oleh pemimpin-pemimpin lainnya. 

Namun, dinamika perubahan yang sedang terjadi, dan terus terjadi ketika memasuki abad-milenial, dengan dominasi intervensi bahkan disrupsi teknologi informasi dan komunikasi, pemimpin hero menjadi usang dan semakin tidak mampu menjawab tantangan yang dihadapi perusahaan dan organisasi.

Pemimpin Humble

Membahas Hero versus Humble, berarti berbicara tentang paradigma sebagai pemimpin. Ini cara berpikir seorang pemimpin yang pada gilirannya akan menentukan pilihan keputusan, tindakan dalam menghadapi dan penyelesaian masalah. Disana ada perbedaan yang sangat signifikan antara paradigma hero versus paradigma humble.

Paradigma pemimpin sebagai pahlawan berfokus pada diri sendiri pemimpin sebagai sumber segala power yang dimiliki. Sedangkan paradigma humble, sebaliknya, bahwa followerlah yang menjadi sumber segala kekuatan pemimpin itu sendiri. Dan karenanya dia harus rendah hati alias humble, bukan mengutamakan diri sendiri, tetapi fokus dan mengutamakan followernya.

Pemimpin Humble | Sumber: linkedin.com
Pemimpin Humble | Sumber: linkedin.com

Paradigma humble itu menekankan pemahaman si pemimpin bahwa menghadapi situasi yang terus berubah, penuh ketidakpastian, maka tidak mungkin si pemimpin menghadapi sendiri seluruh situasi yang cenderung kompleks dan berubah secara turbulent. Maka kebutuhan akan tim kerja dan bukan lagi individual, menempatkan si pemimpin dalam posisi humble. Peran-peran kunci pada tataran implementatif diambil oleh para followernya.

Dalam bukunya berjudul Good to Great and Great by Choice, Jim Collins menyebtukan Humble Leader ini termasuk Pemimpin Level-5. Pemimpin Level-5 seringkali tampak pemalu dan bersahaja dan tidak perlu berada di pusat perhatian. Mereka lebih peduli dengan keberhasilan tim atau perusahaan dibandingkan dengan keberhasilan mereka sendiri.

Pemimpin humble menerima penuh tanggung jawab atas kesalahan, hasil buruk, atau kegagalan, tapi biasanya memberi kredit untuk kesuksesan orang lain. Publisitas tidak menjadi penting baginya, ketimbang menjadi contoh konkrit kerja konkrit secara konsisten dan berorientasi hasil serta problem solving.

Pemimpin yang rendah hati ini dicirikan oleh kekurangan ego yang hampir lengkap, ditambah dengan tekad keras untuk melakukan apa yang terbaik bagi perusahaan dengan ukuran-ukuran yang konkrit dan efektif. Pemimpin yang rendah hati akan meminta nasehat dan meluangkan waktu untuk memikirkan konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakannya.

Mau Pilih Mana?

Dalam dinamika perubahan yang nyaris sulit diprediki kedepan arahnya kemana, maka memilih pemimpin tidaklah semudah membalik tangan,  apalagi menetapkan pemimpin secara instan akibatnya bisa sangat fatal dan berbahaya bagi masa depan perusahaan, atau organisasi bahkan sebuah negara misalnya.

Situasi ini semakin tidak mudah ketika masyarakatnya juga masih terbelakang, atau sangat heterogen dalam banyak hal, akan mempersulit menemukan pemimpin yang mampu menjawab kebutuhan Lembaga untuk sebuah periode kepemimpinan kedepan.

Tidak ada yang keliru dengan leadership style, yang pilihannya sangat banyak, mulai dari yang tradisional, sampai pada pilihan gaya kepemimpinan berbasis kontinjensi. Pada galibnya, semua gaya kepemimpinan bagus kalua situasi yang dihadapi cocok, tetapi sekaligus juga buruk apabila pilihan style tertentu yang dipilih tidak sesuai dengan kondisi para pengikutnya.

Oleh karena itu, tawaran Prof Richard L Daft untuk memilih pemimpin dengan New Paradigm Leader dan bukan Old Paradigm Leader jauh lebih baik ketimbang focus pada style of leadership itu sendiri.

Abraham Lincoln | sumber: annielsen.com
Abraham Lincoln | sumber: annielsen.com

|Yup|240723

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun