Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Catastrophic Gunung Semeru dan Pentingnya Meningkatkan Kesadaran Risiko terhadap Bencana

13 Desember 2021   07:00 Diperbarui: 13 Desember 2021   09:36 2507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Risiko catastrophic untuk membedakan dengan dua jenis risiko lainnya, yaitu Risiko Murni, merupakan peristiwa yang terjadi menimbulkan kerugian, di mana risikonya dapat dialihkan (transfer the risk), seperti kejadian kebakaran bangunan atau aset, huru hara maupun kecelakaan. 

Jenis lain disebut Risiko Spekulatif, suatu peristiwa yang terjadi dapat menimbulkan kerugian, dan risikonya tidak bisa dialihkan ke pihak lain, alias risiko tanggung sendiri (rertention). Berinvestasi saham di bursa efek merupkan contoh tentang ini.

Sesungguhnya, erupsi Gunung Semeru ini bukan baru terjadi kali ini, tetapi sudah berulang sejak sangat lama dan akan terus berulang dalam jangka waktu yang agak lama. 

Artinya, risiko yang ditimbulkannya sudah bisa diantisipasi dengan cermat sehingga dampak korban jiwa bisa diminimalkan bila tidak bisa dihindari secara keseluruhan.

Guguran lava pijar Semeru | sumber : regional.kompas.com
Guguran lava pijar Semeru | sumber : regional.kompas.com

Dalam halaman lamannya, BNPB melaporkan simpul-simpul waktu kejadian erupsi Gunung Semeru ini yang sudah dimulai pada tahun 1818, dan merupakan sejarah yang panjang.

  • Catatan letusan yang terekam pada 1818 hingga 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan. 
  • ada 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik durasi panjang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan. 
  • Aktivitas vulkanik tercatat beruntun 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 -- 1957, 1958, 1959, 1960. 
  • Pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik mencapai 6,4 juta m3. Awan panas mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. 
  • Aktivitas vulkanik berlanjut pada 1978 -- 1989.
  • Aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. 
  • Pada 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter. 

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. 

Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 -- 4 kali setiap jam. 

Karakter letusan vulkanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru. 

Catastrophic dan Kesadaran Risiko 

Melihat dampak erupsi Gunung Semeru kali ini, harus diakui bahwa kesadaran risiko di Indonesia masih sangat lemah, bahkan cenderung mengabaikan, dan setelah kejadian baru semua pada ribut dan malah mencari kambing hitam. 

Padahal sudah bisa diprediksi dan diantisipasi kejadian bencana seperti erupsi ini, dan oleh karenanya bisa diminimalkan dampak, korban jiwa bahkan harta benda sekalipun. Tetapi, inilah fakta di negara ini, mengabikan, dan merasa masih lama lagi kan terjadi sehingga lupa diri dan semuanya hancur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun