Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mana lebih Penting, Populasi atau Sampel? "Mahasiswa: Sampel!"

27 November 2021   18:31 Diperbarui: 27 November 2021   19:15 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disinilah sesungguhnya tugas para dosen penguji skripsi menjadi tidak ringan karena harus mampu meyakinkan diri mereka bahwa mahasiswa ini layak jadi sarjana dengan kriteria yang ditetapkan oleh institusinya. Mereka harus memiliki strategi untuk melawan COPAS dan Plagiat si mahasiswa.

Artinya, bila si dosen penguji lengah, karena memang tidak kualifait menguji atau beragam soal lainnya, maka mahasiswa bisa sajha lolos dengan segala kebiasaan COPAS yang ada.

Budaya COPAS ini merupakan indikasi lemahnya kualitas akademik seseorang, karena tidak saja malas membaca tetapi juga malas untuk melakukan kajian, sintesa, verifikasi, dan sebagainya. Ini akan berakhir dengan lemahnya metodologi berpikir, dan dipastikan dilapangan nyata kualiatas si mahaswa ini juga akan terpengaruh negatif.

Membangun Budaya Kualitas Akademik 

Kebijakan Mas Menteri Nadiem Makarim dengan MBKM merupakan terobosan yang komit pada kualitas akademik yang tidak hanya jago di teori tetapi handal di dalam implementasi bahwa menjadi pioner pada kreatitifitas, inovasi dan kemandirin berpikir dan bertindak. 

Kualitas lulusan | sumber : tvpworld.com
Kualitas lulusan | sumber : tvpworld.com

Pesan pentingnya, hanya lulusan yang berkualitaslah yang akan memenangkan persaingan di lapangan kerja DUDI alias Dunia Usaha dan Dunia Industri. Kampus akan berlomba untuk mendorong lulusannya compatibel dengan DUDI itu, sebab aspek ini menjadi salah aspek kunci dalam menilai sebuah institusi pendidikan tinggi itu unggul atau tidak.

Tidak ada jalan pintas, setiap perguruan tinggi harus mampu membangun budaya akademik berbasis kualitas yang kompatibel dengan kebutuhan DUDI. Harus mampu membangun isntrumen yang efektif agar semua Proses Pembelajaran terimplmentasi dalam DUDI, sedemikian rupa sehingga dunia kampus menjadi dinamika yang kencang bagi semua mahasiswa berorientasi DUDI.

Membangun budaya kualitas akademik yang kuat tidaklah mudah, karena butuh waktu yang cukup agar semua pelaku utama dalam institusi harus seia sekata, sepikiran dan sejalan.

Yupiter Gulo, 27 November 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun