Â
Dunia Tanpa Sekat
Borderless world atau dunia tanpa sekat benar-benar bukan lagi mitos, tetapi menjadi kenyataan yang dihadapi oleh semua orang di bawah kolong langit ini dengan segala macam dampak yang tidak bisa dihindari, tetapi harus dikelola, diantisipasi dan dimanfaatkan.
Dunia tanpa sekat menegaskan semakin tidak berfungsinya kekuasaan setiap negara secara administratif, bahkan peraturan dan hukum yang ada selalu terlambat berada jauh di belakang dinamika dunia tanpa sekat yang terus bergerak.
Bordeless world hendak menampilkan dunia ini dengan beragam negara, benua dan manusia di dalamnya hanya sekedar sebagai sebuah desa saja, seperti yang ditulis oleh Raymond McLeod, Jr dalam bukunya Management Informatios System (1995), dengan mengatakan bahwa dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dunia ini seperti layaknya Global Village yang dapat dikendalikan hanya dengan ujung jari.
Guru besar Ilmu Manajemen, Richard L. Daft dalam buku teksnya berjudul MANAGEMENT (2020), dalam Chapter#4, memulai dengan dengan membahas A Borderless World sebagai keniscayaan bagi semua pelaku bisnis dan ekonomi.Â
Di antara para manajer, CEO, pemimpin dan pengendali bisnis berskala internasional, isolasi dari kekuatan internasional tidak mungkin lagi, semuanya pelaku sedang menuju pada penataan ulang terkait dunia tanpa batas.
"Kenyataan yang dihadapi sebagian besar manajer adalah bahwa isolasi dari kekuatan internasional tidak mungkin lagi. Organisasi di semua bidang sedang ditata ulang di sekitar tujuan menangani kebutuhan dan keinginan yang melampaui batas-batas nasional."
Sekitar 10 tahun yang lalu, seorang John Hering, Top CEO dari sebuah perusahaan keamanan di bidang selular dengan pelanggan sebanyak 170 negara yang menggunakan sekitar 400 jaringan di seluruh dunia mengingatkan bahwa "keseluruhan pola pikir sekat/berbatas sudah dilenyapkan", telah semakin terbukti menjadi kenyataan.
"The whole boundary mindset has been obliterated" - John Hering, Top CEO Lookout, Inc.
Pandemi Covid-19 yang sudah menyentuh seluruh dunia secara global, mengkonfirmasi tentang dunia saat ini tidak lagi memiliki sekat antara satu negara dengan lain, antara satu wilayah ke wilayah lain.Â
Penyebaran virus corona tidak lagi berada dalam satu negara tetapi terus menyebar keseluruh dunia.
Fakta kritis yang semua harus menyadari bahwa dunia tanpa sekat menunjukkan kejahatan dunia maya berlevel internasional merupakan salah satu prioritas utama karena batas dinamika elektronik antar negara hampir tidak ada lagi, terutama dominasi media sosial secara global yang mampu menghancurkan sekat antar negara, wilayah dan zona waktu. Sungguh memang dunia ini telah menyatu menjadi "desa global"
Dunia tanpa sekatan menjadi kenyataan yang sedang diperhadapkan bagi umat manusia dan melakukan adaptasi dengan semua dampak yang muncul, setiap organisasi dan setiap manajer tidak lagi terisolasi dari kekuatan internasional karena tiga sebab berikut:
- Hambatan perdangan semakin berkurang
- Komunikasi lebih cepat dan lebih murah
- Selera konsumen menyatu
Sedemikian rupa sehingga setiap perusahaan mengelola kebutuhan dan keinginan konsumen yang melampaui batas-batas nasionalnya sendiri, dan memasuki wilayah negara bahkan belahan dunia lainnya.
Globalisasi
Sesungguhnya dunia tanpa sekat ini sudah lama diramalkan oleh para pakar, terutama sejak terminology globalisasi menjadi pengikat pembahasan-pembahasan isu secara dunia yang menjadi concern bersama oleh seluruh pemimpin negara di dunia ini.Â
Artinya, satu negara tidak bisa lagi memisahkan diri dengan negara lain, karena ada saling tergantungan dalam memenuhi kebutuhannya, baik barang dan jasa, maupun proses produksi yang harus dilakukan.
Awalnya, memang semua memiliki kekuasaan dan kekuatan yang beragam untuk saling menempatkan diri pada posisi bargaining yang kuat untuk bisa mengendalikan yang lain.Â
Tetapi, sekarang tidak lagi, karena kekuatan untuk mengendalikan yang lain semakin berkurang, dan karenanya semuanya berada dalam satu interaksi saling ketergantungan yang ketat.
Fakta menjelaskan bahwa bisnis, seperti halnya kejahatan, telah menjadi bidang global yang terpadu.Â
Peristiwa, ide, dan tren yang memengaruhi organisasi di satu negara kemungkinan besar juga akan memengaruhi mereka di negara lain, sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi
Globalisasi mengacu pada sejauh mana perdagangan dan investasi, informasi, ide-ide sosial dan budaya, dan kerja sama politik mengalir antar negara, di mana salah satu hasilnya adalah negara, bisnis, dan orang menjadi semakin saling bergantung.Â
Fakta ini dibuktikan dengan mengalirnya sumber daya yang dimiliki dan dibutuhkan oleh dan untuk satu negara ke negara lain, yang semakin hari semakin sulit dihambat oleh satu negara.
Pola Pikir Global - Global Mindset
Siapapun Anda, lembaga manapun Anda, negara apapun Anda, mau eksis dan berhasil dalam dunia tanpa sekat?
Pilihannya hanya ada satu yaitu miliki global mindset, kuasai dan kembangkan terus menerus karena dunia yang sedang dihadapi akan terus berevolusi dengan cepat bahkan revolusi di sejumlah area.Â
Dan karenanya, hanya negara yang cepat berubah menyesuaikan diri dengan dunia tanpa sekat yang bisa berhasil dan mengendalikan yang lain.
Pola pikir global dapat didefinisikan sebagai kemampuan manajer untuk menghargai dan mempengaruhi individu, kelompok, organisasi, dan sistem yang mewakili karakteristik sosial, budaya, politik, kelembagaan, intelektual, dan psikologis yang berbeda.
Berhasil di tingkat global membutuhkan lebih dari sekadar keinginan untuk menjadi global dan seperangkat keterampilan dan teknik baru; itu mengharuskan manajer dan organisasi mengembangkan pola pikir global.
Karena semakin banyak manajer menemukan diri mereka bekerja di negara asing atau bekerja dengan perusahaan asing di negara mereka sendiri.
Mereka membutuhkan pola pikir yang memungkinkan mereka untuk menavigasi melalui ambiguitas dan kompleksitas yang jauh melebihi apa pun yang mereka temui dalam tanggung jawab manajemen tradisional mereka.
Seorang manajer dengan pola pikir global dapat melihat dan menanggapi banyak perspektif yang berbeda pada saat yang sama daripada terjebak dalam pola pikir domestik yang melihat segala sesuatu dari perspektif budayanya sendiri.
Mengembangkan global mindset berarti kemampuan manajer untuk menghargai dan mempengaruhi individu, kelompok, organisasi, dan sistem yang mewakili karakteristik sosial, budaya, politik, kelembagaan, intelektual, dan psikologis yang berbeda. Kembangkan dengan melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda
Memiliki pola pikir global berarti membutuhkan keterampilan, pemahaman, dan kompetensi dalam tiga dimensi kunci sekaligus, yaitu
- Cognitive dimension
- Psychological dimension
- Social dimension
Cognitive dimension. Dimensi kognitif berarti mengetahui tentang lingkungan global dan bisnis global, memahami secara mental bagaimana budaya berbeda, dan memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan perubahan global yang kompleks.
Psychological dimension. Dimensi psikologis adalah aspek emosional dan afektif. Ini termasuk menyukai beragam cara berpikir dan bertindak, kemauan untuk mengambil risiko, dan energi dan kepercayaan diri untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga dan tidak pasti.
Social dimension. Dimensi sosial menyangkut kemampuan untuk berperilaku dengan cara yang membangun hubungan
Ketiga dimensi ini menjadi ukuran kemampuan sebuah negara menjadi bagian penting dalam sebuah dunia tanpa sekat melalui aktifitas ekonomi, bisnis, politik, bahkan juga sosial budaya.
Pada tataran ini, sesungguhnya semua negara memiliki peluang yang sama untuk dalam sebuah dunia tanpa sekat. Termasuk Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H