Edward D Bono (1967)  yang pertama mengembangkan lateral thinking, telah berkemabang pada ranah manajemen dan kepemimpinan secara luas. Misalnya, Richard L Daft (2018) dalam bukunya The Leadership, mendefinisikan Lateral Thinking sebagai seperangkat  teknik sistematis yang digunakan  untuk mengubah konsep dan persepsi mental dan menghasilkan hal yang baru. Sehingga, orang bergerak kesamping mencoba persepsi yang berbeda, konsep yang berbeda, dan titik masuk yang berbeda untuk mendapatkan solusi baru.Â
Artinya, berpikir lateral tidak lagi mengandalkan cara berpikir ortodoks atau klasik tradisional yang tampaknya  tidak logis. Didalamnya, ada hubungan mental berpikir yang tidak biasa yang berkaitan dengan kemungkinan dan apa yng mungkin akan terjadi.
Sesungguhnya, sudah banyak perusahaan besar semacam Boeing, Nokia, IBM dan Nestle yang sudah duluan menerapkan cara berpikir lateral bagi karyawannya. Terutama untuk merespon dan menjawab tuntutan perubahan global yang sangat cepat dan tubulensi beruah hari demi hari.
Penerapan lateral thinking, memberikan kesempatan seluas-luasnya pada karyawan  untuk menggunakan secara maksimal otak kiri dan kanan mereka dalam berkreasi menemukan solusi terbaik yang dihadapi. Bahkan, ketika jawabannya tidak ada di dalam otak mereka pun, mereka harus mencari ditempat lain, artinya "kreatif dan inovatof".
III. Bagaimana Mengaktifkan Lateral Thinking?
Bagi karyawan, berpikir lateral tidak bisa otomatis akan bekerja dengan efektif. Harus diaktifikan oleh Pemimpin sebagai bagian kunci dalam Leading Change ataupun Leading Creative People atau Employee.Â
Untuk itu, seorang leader harus mampu membangun sebuah ekosistem atau enviroment yang kondusif bagi semua orang menjadi kreatif dan berani berpikir secara lateral dan bukan lagi linier.Â
Pertama, seseorang membutuhkan sebuah spesifik kotak agar dia bisa terlokalisir dan disana menerapakan berpikir lateral. Seseorang akan terbantu memusatkan konsentrasinya  pada sebuah situasi atau masalah yang hendak diselesaikan dengan kreatif. Bisa juga dalam bentuk sebuah produk, atau metode dan memecahkan masalah dalam beberapa bagian.Â
Kedua, izinkan waktu jeda - allow pauses, yang menjadi sumber energi dan kreatifitas seseorang  yang akan muncuk ketika seseorang diberi cuti untuk mengerjakan sebuah masalah dan berusaha mengubah cara menyelesaikannya.Â
Hasil penelitian terbaru menjelaskan bahwa waktu jeda akan mengaktifkkan  berbagai bagian otak seseorang sehingga muncul kreatifitas yang unik. Cara jeda ini sebagai bagian agar seseorang mengalamai pengembaraan pikiran terkait dengan masalah yang sedang dihadapinya.  Sebab, ketika seseorang terlalu keras memikirkan sesuatu dalam kondisi tertekan maka sangat mungkin akan kehilangan ide-ide kreatif dan baru yang sangat dibutuhkan.
Setiap karyawan memiliki waktu atau golden moment  yang berbeda untuk munculnya ide-ide baru, bahkan gagasan gila sekalipun akan muncul. Bisa saja di kamar mandi, ditempat tidur, di perjalanan, atau dimana saja. Untuk itu, menjadi kebutuhan seseorang untuk memiliki ruang yang spesifik dan tenang untuk mengeskplor otaknya.
Ketiga, kembangkan intuisi kreatif.