Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Seberapa Berani Anda untuk "Fully Disconnect" di Luar Jam Kerja?

21 Agustus 2021   04:55 Diperbarui: 22 Agustus 2021   12:00 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi overload | Sumber: shutterstock via lifestyle.kompas.com

Pertanyaan sederhana, apakah Anda berani untuk memutuskan koneksi di luar jam kerja? Artinya, tidak ada pengecekan surel atau email yang masuk, pun tidak ada pemeriksaan untuk panggilan tidak terjawab. Ini pula berarti, seluruh koneksi berbasis internet yang Anda miliki diputuskan di luar jam kerja. Berani?

Sangat mungkin jawaban Anda sederhana pula, yaitu "bisalah, siapa takut!?"

Tapi, saya ragu apakah Anda bisa mengeksekusinya bila belum pernah mencoba fully disconnect. 

Bila sudah mencoba, saya masih ragu Anda bertahan lama. Artinya, jangan-jangan Anda hanya mampu beberapa jam saja. Atau hanya ketika Anda tertidur. Atau malah, saat jaringan tidak ada. Lebih parah lagi, saat kuota Anda habis! 

Jangan pernah anggap remeh pertanyaan sederhana ini, sebab menyangkut hidup dan pekerjaan Anda. Bahkan bila keliru mengelolanya, Anda bisa berada dalam kesulitan serius.

Salah satu dampak serius pandemi Covid-19 dan diterapkannya Work From Home (WFH) secara masif, terstruktur dan menyeluruh secara global adalah pengelolaan office hour para karyawan, bahkan juga profesional dan CEO. 

Tanpa disadari, ada kekacauan dan bahaya yang mengintip ketika salah mengelola jam kerja yang ada.

Artinya, bekerja 40 jam dalam seminggu menjadi masalah ketika hal itu dilakukan di rumah, bekerja dari rumah, dan dikontrol secara mobile. 

Betulkah Anda bekerja 40 jam seminggu dari rumah, dan Anda dibayar dengan 40 jam itu? Atau, yang terjadi Anda bekerja lebih dari 40 jam, mungkin bahkan ekstrimnya 24 jam dalam sehari, tetapi Anda hanya menerima bayaran untuk 40 jam kerja saja?

Situasi lainnya, jangan-jangan Anda bekerja kurang dari 40 jam dalam seminggu, tetapi Anda menerima gaji untuk 40 jam kerja yang ditetapkan oleh perusahaan? 

Ilustrasi fully disconnect dari jam kerja | Sumber: nytimes.com
Ilustrasi fully disconnect dari jam kerja | Sumber: nytimes.com

Ini tentu menyangkut banyak hal, dan sudah campur aduk antara bekerja untuk urusan kantor, tetapi juga menyerempet bahkan menjajah habis kehidupan keluarga Anda. 

Terlebih karena rumah menjadi kantor Anda, tidak saja meja dan ruang kerja Anda, tetapi juga menyentuh seluruh ruang di rumah Anda termasuk dapur, kamar mandi, teras, bahkan juga kamar tidur Anda. Bahkan, psikologi kerja Andapun bersentuhan habis dengan istri, anak dan anggota keluarga lainnya.

Sangat mungkin, terjadi campur aduk antara masalah pekerjaan kantor dengan masalah rumah tangga. Anda bisa bayangkan kan, situasinya seperti apa!?

Salah satu nasihat bijaksana dan jitu adalah berani untuk fully disconnect dari pekerjaan Anda di luar jam kerja. Tidak saja di akhir pekan, tetapi juga setiap hari dan Anda hanya full melakukan pekerjaan pada jam kerja atau 40 jam yang Anda digaji untuk itu. 

Nasihat ini dikemas dengan sangat keren oleh Gianna Prudente dalam video singkat 97 detik berjudul How to Manage a 40-Hour Work Week, dalam laman profesional Linked-In. Dan menyarankan tiga langkah kunci menjadi perhatian serius:

  1. Prioritze
  2. Know when you work best
  3. Unplug and play

Langkah Pertama: Buat Prioritas

Nasihat klasik yang tidak pernah keliru tetapi banyak orang mengabaikannya, yaitu tentukanlah hal utama yang harus dan penting Anda kerjakan dan melakukan apa saja untuk menjaga dan mengembangkannya hari demi hari. 

Sebab, bila tidak mampu menentukan apa yang menjadi priritas Anda, maka Anda akan terjebak dan terjerumus dalam rutinitas yang tidak bermanfaat.

Kalender prioritas | Sumber : fastcompany.com
Kalender prioritas | Sumber : fastcompany.com

Paling tidak, dengan menentukan skala proritas yang harus dilakukan, Anda bisa menghemat waktu dan tenaga yang terbatas. 

Tujuan utamanya adalah agar produktivitas Anda untuk menyesaikan pekerjaan utama selesai dengan baik.

Anda disarankan, setiap memulai hari kerja, buatlah daftar prioritas dan ikuti secara ketat. Anda bisa melakukan re-prioritize bila ada situasi yang memaksa, dengan tetap pada target kerja. Awasi dengan ketat cara kerja Anda, agar tidak terintervensi dengan hal-hal yang tidak perlu!

Langkah Kedua: Waktu Terbaik Bekerja

Langkah kedua ini sangat penting, karena menyangkut kebiasaan bahkan "mood" seseorang dalam bekerja. 

Andalah yang paling memahami kapan waktu terbaik untuk bekerja, atau energi terbaik Anda akan muncul pada waktu tertentu. 

Ada orang yang sangat produktif di pagi hari, tetapi ada juga orang yang menemukan energi terbaiknya di sore hari, dan yang lain bisa saja sepanjang hari selalu bersemangat bekerja. Yang penting adalah tetapkan tugas utama yang harus diselesaikan pada waktu produktif terbaik Anda.

Disarankan untuk memisahkan pekerjaan utama dengan urusan-urusan meeting atau rapat yang pada umumnya menghabiskan banyak waktu terbuang dan menyerap energi terbaik Anda sehingga akan menggangu pencapaian target kerja harian yang sudah ditetapkan.

Langkah Ketiga: Unplug dan Bermain

Unplug berarti memutuskan koneksi dan Anda diminta bermain, yang menegaskan Anda tidak memeriksa surel atau surat elektronik, email, yang masuk, dan juga tidak memeriksa semua panggilan telepn yang tidak terjawab, apalagi Anda hendak menelpon kembali selama di luar jam kerja Anda.

Unplug | Sumber : unsplash.com
Unplug | Sumber : unsplash.com

Sesungguhnya, langkah ketiga ini tidaklah mudah dilakukan oleh siapapun. Terutama ketiga telepon genggam Anda, tablet yang dimiliki menjadi bagian tak terpisahkan dari seluruh aktivitas hidup Anda selama 24 jam non stop. 

Ketika aktivitas keseharian dikendalikan dengan menggunakan aplikasi digital berbasis internet, maka persoalan ini menjadi super sangat serius.

Di sana ada begitu banyak ranjau yang siap menjebak dan meledakan Anda. 

Ketika koneksi terjadi, Anda akan tergoda memasuko zona media sosial, website, dan situs berita dari seluruh jagad raya ini. 

Dan sekali Anda membukanya, dipastikan Anda akan memasuki wilayah lain yang sangat mungkin sesungguhnya Anda tidak butuh saat itu.

Memang, pertanyaannya sangat penting, seberapa berani Anda untuk fully disconnect di luar jam kerja Anda?

Banyak orang menyerah, dan melanjutkan kebiasaan yang sangat menjajah itu, tetap terkoneksi 24 jam non stop, bahkan saat Anda tidur pun, koneksi Anda tetap terjaga, dan setia menjaga Anda.

Unplug dan play merupakan saran kunci karena menyangkut kapasitas moral dan mental hidup Anda yang sangat dibutuhkan untuk meneruskan dinamika hidup dan kerja secara produktif dan high performance. Ini hanya mungkin dicapai bila mampu memutuskan koneksi di luar jam kerja, dan mengisinya dengan bermain dan bermain.

Aktivitas bermain menjadi ruang yang Anda harus sediakan untuk merevitalisasi hidup Anda, mengisi kembali energi mental dan sprisitual yang sudah tereksplor selama jam kerja dan hari-hari kerja. 

Anda bisa melakukannya dengan teman, sahabat, saudara bahkan dengan keluarga sendiri. Bisa setiap hari, tetapi lebih disarankan di akhir pekan karena kualitasnya lebih baik.

Unplug dan bermain, menjadi ruang terbaik dan termahal dalam hidup Anda untuk menjamin setiap hari Anda mulai dengan semangat yang baru, visi yang baru dan hidup yang baru.

Yupiter Gulo, 21 Agustus 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun