Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kisah Gadis, Pemuda, Kapten Kapal, dan Moral Seorang Pemimpin

25 Juli 2021   06:41 Diperbarui: 27 Juli 2021   01:45 2572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gadis di kapal menjumpai pemuda | Sumber: pexels.com

I. Ini Kisahnya

Ada seorang Gadis hidup di sebuah pulau, dan si Pemuda di pulau lain yang saling mencintai. Sang pemuda akan segera meninggalkan pulaunya untuk melakukan perjalanan panjang dan waktu yang lama.

Si gadis merasa harus bertemu si pemuda sekali lagi sebelum kepergiannya. Namun,hanya ada satu cara pergi kesana,  dengan menggunakan sebuah kapal yang dijalankan seorang Kapten Kapal.

Si gadis ke dermaga dan meminta Kapten kapal untuk mengantarnya berjumpa sang pemuda, tetapi dia tidak memiliki uang membayar ongkos kapal. Kapten kapal setuju dan uang tidak diperlukan dengan syarat, dia mengatakan: ''Saya akan mengantar Anda berjumpa dengan Pemuda jika Anda mau tinggal bersama saya malam ini''

Ilustrasi kaptel kapal | Sumber : maritime-mutual.com
Ilustrasi kaptel kapal | Sumber : maritime-mutual.com

Si Gadis bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, sehingga dia bertanya kepada seorang Pertapa-1 di pulau-nya. Setelah menceritakan keseluruhan problemnya, Si Pertapa-1 itu mengatakan kepadanya, "Saya tidak dapat memberitahu Anda apa yang harus dilakukan. Anda harus mempertimbangkan pilihan, pengorbanan dan  keputusan dalam hati Anda sendiri.''

Akhirnya, kembali ke dermaga menerima tawaran kapten kapal. Keesokan harinya bertemu si Pemuda yang menunggu di dermaga menyambutnya, mereka berpelukan, si Pemuda bertanya: "bagaimana bisa sampai ke pulaunya karena tahu tidak punya uang?" 

Si Gadis menjelaskan tawaran Kapten kapal dan apa yang dilakukan, tetapi si Pemuda mendorong si gadis menjauh darinya  berkata, "Kita putus dan berakhir disini. Silakan tinggalkan saya. Saya tidak pernah ingin melihatmu lagi''.

Amat sedih dan bingung,dia menemui Pertapa-2 di pulau itu untuk meminta saran tentang masalah yang dihadapinya. Si Pertapa-2 itu mengatakan: 

"tidak ada yang bisa dia lakukan, bahwa dia dipersilakan tinggal digubuknya, mengambil makanan, dan beristirahat di sementara dia pergi mencari cukup uang membayar ongkos gadis agar kembali ke pulaunya sendiri".

Saat  Pertapa-2 kembali dengan uang untuknya, Gadis bertanya: "bagaimana bisa membayarnya kembali?". Pertapa-2 menjawab, "Kamu tidak berhutang apa-apa padaku. Saya sangat senang bisa membantu.'' Maka gadis bisa kembali  pulaunya.

II. Lima Tokoh dengan Moral Berbeda

Kisah di atas merupakan contoh konkret situasi nyata yang hidup di tengah-tengah komunitas, baik organisasi, perusahaan maupun institusi apa saja, yang setiap tokoh memainkan peran dengan level moral yang berbeda. Mari melihat lebih cermat setiap tokoh:

Tokoh ke-1: Si Gadis Naif tapi Risk Taker

Merupakan tokoh sentral yang menampilkan sosok risk taker, pemberani untuk bertindak dengan risiko yang ada, memiliki sikap yang jujur apa adanya sesuai fakta yang dihadapi tanpa memanipulasi, namun saying dia sangat naif dalam mengelola situasi yang ada.

Harus diakui, dalam kisah diatas si Gadis naif ini menjadi representasi follower atau pengikuti, atau juga termasuk karyawan atau pegawai dalam sebuah perusahaan atau institusi. Sikap berani mengambil risiko tetapi naif, menjadi korban dari "keluguan" untuk tidak dikatakan kebodohan.

Tokoh ke-2: Si Pemuda yang Egois.

Si pemuda menjadi tokoh yang mempertontonkan sikap ego yang ketat dan fokus pada kepentingan pribadinya, dan kelihatan memiliki cara berpikir yang tertutup terhadap sebuah situasi dan penyelesaian yang ada.

Ilustrasi si pemuda | Sumber : unsplash.com
Ilustrasi si pemuda | Sumber : unsplash.com

Dalam kenyataan sering ditemui tokoh seperti si pemuda ini yang tidak memiliki sensitifitas, empati pada lingkungan yang ada. Dan dipastikan sikap seperti sangat miskin dalam membantu dan mendukung sesamanya yang sedang menghadapi kesulitas.

Ketika menjadi seorang leader dengan sikap ego yang tinggi, akan cenderung memperlihatkan keangkuhan yang sok berwibawa. Tentu ada baiknya, tetapi karena sikap berpikir tertutup dan egoism aka banyak peluang menciptakan bidaya kepentingan pribadi ketimbang kepentingan organisasi.

Tokoh ke-3: Pertapa-1 yang Fasilitator

Inilah pemeran tokoh yang menjadi fasilitator yang mendorong pemberdayaan kepada orang lain. Sebagai fasilitator, dia tidak akan mengambil keputusan sama sekali, karena itu menjadi keputusan dari si Gadis naif yang risk taker.

Ilustrasi gubuk pertapa | Sumber : www.erabaru.net
Ilustrasi gubuk pertapa | Sumber : www.erabaru.net

Sebagai fasilitator akan selalu tampil sangat netral, dan berjuang untuk memberdayakan orang lain untuk bisa mengambil keputusan yang proporsional.

Ini merupakan salah satu gaya yang banyak dipilih oleh para pemimpin bagi pengikut atau karyawannya.

Tokoh ke-4: Kapten Kapal yang Egois dan Oportunis

Tokoh keempat si Kapten Kapal menjadi pelaku yang sangat ekstrim untuk mementingkan diri sendiri, dan mempunyai daya sensitifitas yang tinggi terhadap keuntungan yang bisa di raih dalam kesempatan yang ada. Harus diakui kapten kapal ini tergolong oportunistik walaupun harus mengorbankan orang lain.

Ilustrasi Kapten kapal |Sumber :ww.pexels.com
Ilustrasi Kapten kapal |Sumber :ww.pexels.com

Dalam kenyataan, tokoh pemimpin seperti ini tidak sulit ditemukan karena orentasi sangat materialistik, dan penuh hitung-hitungan untung dan rugi. Dia akan menghindari kerugian sekecil apapun.  Hal ini ditunjukan sikapnya  untuk memafaatan kesulitas si Gadis yang tidak memiliki uang sama membayar ongkos kapalnya.

Pemimpin seperti ini tidak terlalu menguntung sebuah perusahaan dalam jangka panjang, dan sangat tidak berpihak kepada pengikutnya kalau dia merasa tidak mendapatkan imbalan materi yang konkrit.

Tokoh ke-5 Pertapa-2 yang Peduli dan Kredibel

Harus diakui bahwa tokoh kelima si Pertapa-2 ini yang akhirnya mampu menyelamatkan dan memulihkan si Gadis. Tidak saja dari kesulitan untuk membayar ongkos pulang tetapi juga membantu memenuhi kebutuhan mendesak saat si Gadis dalam keadaan betul-betul kebingunan dengan keputusan yang sudah diambil untuk jumpa dengan si Pemuda.

Dalam kenyataan, si Pertapa-2 ini menjadi representasi para pemimpin yang peduli nan baik hati, suka membantu, dan yang paling penting adalah dapat dipercaya karena dia sama sekali tidak mengambil keuntungan dalam kesusahan dan kesengsaraan orang lain.

Tokoh si Pertapa-2 ini mencerminkan seorang pemimpin yang melayani atau Servant Leader, yang pada dasarnya lebig mementingkan kepentingan orang lain, pengikut maupun karyawannya ketimbang kepentingannya sendiri. Berkoban dan membantu orang lain menjadi passion yang hidup dalam dirinya sebagai seorang pemimpin

II. Tiga Level Moral Pemimpin

Sulit dibayangkan bila seorang pemimpin hanya mementingkan dirinya sendiri dan kelompoknya dan mengabaikan bahkan melupakan kepentingan orang lain, pun kepentingan pengikutnya. 

Bisa jadi segala cara akan dilakukan demi memuaskan hasrat egoism-nya. Sikap seperti ini akan menjadi masalah besar dalam operasi perusahaan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuannya demi keberlangsungan hidup perusahaan.

Sebab sesungguhnya, praktek kepemimpinan tidak hanya seperangkat tindakan seseorang tanpa berkaitan dengan aspek etika atau urusan benar atau salah atau baik dan buruk, etis atau tidak etis. Namun sebagai seorang pemimpin, memiliki peluang kekuasaan yang dimiliki dapat digunakan untuk kebaikan atau kejahatan dan ini sudah menyangkut dimensi moral.

Ilustrasi moral leader | Sumber : https://employers.glints.id
Ilustrasi moral leader | Sumber : https://employers.glints.id

Para pemimpin memiliki pilihan dalam bertindak, yaitu memberi makan pada egoism-nya dan keserakahan diri sendiri, atau memberi perhatian bagi pemberdayaan dan memotivasi karyawan untuk mengembangkan  seluruh potensi yang dimiliki sebagai karyawan.

Kepemimpinan moral adalah tentang membedakan yang benar dari yang salah dan melakukan yang benar itu, mencari perilaku yang adil, jujur, baik, dan benar dalam mencapai dan memenuhi tujuan perusahaan.

Ada tiga level moral yang membedakan setiap pemimpin di hampir semua organisasi, baik organisasi publik maupun perusahaan.

Level moral - 1: Preconventional level.

Merupakan tingkat pengembangan moral pribadi dimana si individu yang egosentris saja serta perhatian dan pengakuan secara eksternal, tetapi menghindari punishment. Ini merupakan level moral yang paling rendah, seorang pempin hanya fokus pada diri sendiri saja.

Level moral - 2: Conventional level.

Level yang lebih tinggi, dimana pengembangan moral pribadi orientasi belajar menyesuaikan diri dengan harapan perilaku yang baik, seperti yang dimaknai oleh orang lain, rekan kerja, keluarga, teman dan bahkan masyarakat.

Level moral - 3 : Postconventional level.

Level moral pemimpin tertinggi, dimana pengembangan moral pribadi pemimpin dipandu oleh seperangkat prinsip yang diakui dan diinternalisasikan secara universal benar adanya.

Mencermati beragam perilaku yang diperlihatkan oleh para tokoh dalam kisah Si Gadis, Si Pemuda dan tokoh lainnya, sebenarnya mereka juga bisa dikelompokkan dalam masing-masing level moral yang ada sesuai dengan karakter masing-masing.

Disana dapat dicermati beragam karakter yang sangat signifikan melalui perilaku yang muncul dalam kisah tersebut, seperti karater tanggungjawab (tingkat penerimaan tanggungjawab), mengelola zona nyaman, keselarasan dan keseimbangan, apa yang diinginkan dan dipikirkan melalui ungkapan, semangat juang demi sebuah kebenaran.

Tidak saja hanya itu, tetapi sebagai pemimpin dilapangan harus mempelihatkan sikap dan kemampuannya untuk menghadapi bahaya, kesulitan, bahkan ketidakpastian dan penderitan sebagai bagian dari proses menuju tujuan akhir.

III. Tantangan Moral Pemimpin.

Pada akhirnya, seorang pemimpin berhadapan dengan beragam tekanan yang menantang kemampuan mereka untuk melakukan hal yang benar. Tekanan yang datang bertubi-tubi dan semakin keras dan intensitasnya sangat tinggi, yang muncul dalam berbagai bentuk, yang bisa saja sulit dikenali dengan cepat. Dan hanya para pemimpin yang hebat mampu mengelola dengan tepat, pemimpin yang terbuka pikiran dan wawasannya, humble dan jauh dari mementingkan diri sendiri.

Bila dicermati secara seksama, tantangan paling berbahaya bagi seorang pemimpin adalah kelemahan pribadi dan sekaligus kepentingan pribadi.

Paling signifikan adalah tekanan yang datang dari permintaan vendor, mitra bisnis, nafsu profit harus tinggi yang mendorong penyimpangan etika dan menghalalkan segala cara. Ada  tekanan menyenangkan stake holders berlebihan akan mendorong  manajer bertindak tidak etis terhadap pelanggan, bahkan pada karyawan dan masyarakat. Karena kecenderungan pimpinan perusahaan untuk dianggap sukses dan berhasil, walaupun melanggar etika dan moral.

Kenyataan menunjukkan bahwa setiap pemimpin memiliki level moral yang berbeda-beda, ada yang tinggi atau ada juga yang rendah. Semakin tinggi berarti moralnya semakin baik dan sebaliknya, semakin rendah maka kecenderungan melakukan pelanggaran etika akan sangat kuat.

Yupiter Gulo, 25 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun