Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mau Sukses, Karyawan Harus Tahu Rahasia Seorang Pemimpin

22 Juli 2021   23:57 Diperbarui: 24 Juli 2021   10:34 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tim kerja karyawan di sebuah perusahaan.| Sumber: UNSPLASH/LEO via Kompas.com

Setiap karyawan menginginkan kinerja tertinggi dalam bekerja, tetapi umumnya hanya sedikit yang bisa berada di puncak sementara yang lain hanya berada di garis rata-rata, atau bahkan dibawah rata-rata.

Ada banyak faktor yang memengaruhi seorang karyawan mencapai high performance, seperti aspek KSA/KSAOs yang berasal dari dalam diri seorang karyawan. KSA itu singkatan dari Knowledge, Skill, Attitude, dan Others Charakteristis yang dibutuhkan pada sebuah Job atau pekerjaan dan disyaratkan oleh perusahaan. Kondisi ini sudah diformat secara jelas oleh si pemberi kerja sejak si karyawan bekerja.

Faktor kunci lain yang sangat penting, tetapi banyak tidak diketahui oleh karyawan adalah apa yang diinginkan oleh seorang pimpinannya kepada dirinya sebagai pegawai? Sebab, ini bukan sekadar isu tentang SOP atau standar operating procedur, tetapi yang menjadi fokus perhatian seorang pemimpin bagi karyawannya.

Ada 4 hal yang menjadi kunci rahasia yang dimiliki oleh seorang Leader, yang diinginkan agar si karyawan melakukannya (Daft, 2018:200):

  1. A Make-It-Happen Attitude.
  2. A Willingness to Collaborate
  3. The Motivation to Stay Up-to-Date. 
  4. The Passion to Drive Your Own Growth.

Keempat hal ini menjadi rangkuman bahkan yang mengikat seluruh gerakan seorang pemimpin dalam mengelola dan mengendalikan seluruh karyawan yang ada. Pun hal ini berlaku dihampir semua organisasi, tidak saja dalam konteks korporasi, tetapi juga pada organisasi publik lainnya.

Rahaasia-1: A Make-It-Happen Attitude

“Sikap membuat itu terjadi” merupakan tuntutan utama dan pertama seorang pimpinan kepada karyawannya. Intinya, pemimpin tidak menginginkan alasan, no excuse. Pemimpin mengingkan hasil akhir sesuai.

Ilustrasi Karyawan | Sumber : www.betterteam.com
Ilustrasi Karyawan | Sumber : www.betterteam.com

Banyak karyawan yang terlalu banyak membuat alasan dalam melakukan sesuatu yang diminta oleh sang bos. Bahkan ketika mereka gagal melakukannya, dipastikan ada 1001 alasan akan dibawa didepan sang bos. Dan inilah yang tidak diinginkan oleh si pemimpin.

Tugas seorang pemimpin menjadi lebih lancar saat dia memiliki pengikut atau laryawan dan pegawai yang bersikap positif dan memiliki motivasi diri sendiri, siapa yang bisa menyelesaikan pekerjaan, siapa yang bertanggung jawab, dan siapa yang berprestasi dalam tugas yang dibutuhkan.

Ilustrasi Karyawan Kerja | Sumber : https://www.clockshark.com
Ilustrasi Karyawan Kerja | Sumber : https://www.clockshark.com

Pemimpin akan sangat menghargai orang-orang yang mengajukan gagasan, menunjukkan inisiatif, dan bertanggung jawab saat mereka melihat sesuatu yang perlu dilakukan atau masalah yang perlu dipecahkan.

Pemimpin menginginkan sikap karyawan yang beroerintasi pada tindakan yang menyelesaikan masalah dan mewujdukan hasil akhir yang ditargetkan. Dan bukan sebaliknya, sikap yang negatif, mencari alasan, menciptakan kambing hitam, dan beragam sikap mengelak dan menghindar.

Rahasia-2: A Willingness to Collaborate

Hal utama kedua yang diinginkan seorang pemimpin kepada karyawannya adalah “kesediaan untuk berkolaborasi”, sebagai indikasi sangat kuat pentingnya work team untuk menciptakan sinergi yang dahsyat dalam segala aspek dibandingkan kalau si karyawan hanya bekerja sendirian saja.

Ilustrasi Kolaborasi Karyawan | Sumber : https://unsplash.com
Ilustrasi Kolaborasi Karyawan | Sumber : https://unsplash.com
Pemimpin memiliki rasa dan bertanggung jawab yang lebih banyak lagi dalam organisasi dari pada hanya kepada karyawan secara individual terkait dengan isu atau masalah perasaan dan kinerja saja.

Harus dimengerti bahwa dalam perspektif seorang pemimpin, setiap orang sebagai pengikut atau karyawan itu merupakan bagian dari sistem pemimpin yang lebih besar dan harus menyadari bahwa tindakannya memengaruhi keseluruhan.

Pesan kuncinya adalah karyawan tidak boleh menuntut perhatian secara pribadi, tetapi menempatkan diri sebagai bagian dalam big-picture perusahaan atau organisasi dan membuat dirinya efektif sebagai bagian kecil dari mozaik kepemimpinan yang ada.

Rahasia-3: The Motivation to Stay Up-to-Date

Hal ketiga yang diinginkan seorang pimpinan kepada karyawannya adalah “motivasi tetap up-to-date” yang mengindikasikan agar setiap karyawan tidak ketinggalan zaman, ketinggalan berita bahkan tidak ketinggalan akan perubahan yang sedang terjadi dan menimpa perusahaan.

Stay up to date menjelaskan agar setiap karyawan memiliki dorongan dan kemampuan untuk meyesuaikan diri terus menerus dari waktu ke waktu. Sebab hanya dengan tetap up to date, maka dinamika perubahan dapat diantisipasi dan direspons secara proporsional.

Seorang atasan ingin mengetahui apa yang terjadi di industri atau bidang usaha organisasi yang dikelolanya. Selain itu, mereka ingin orang memahami pelanggan mereka, persaingan yang dihadapi, dan bagaimana perubahan dalam teknologi atau peristiwa dunia dapat mempengaruhi organisasi.

Ilustrasi Karyawan Belajar | Sumber : https://www.stefaniayogawellness.com
Ilustrasi Karyawan Belajar | Sumber : https://www.stefaniayogawellness.com

Kebanyakan orang mencoba untuk mempelajari semua yang mereka bisa untuk mendapatkan pekerjaan, tapi terkadang mereka merasa puas dan gagal bertahan dengan apa yang terjadi pada hari kerja di hari kerja mereka sehari-hari.

Rahasia-4: The Passion to Drive Your Own Growth

Pada akhirnya seorang pemimpin menginginkan karyawannya memiliki gairah atau semangat untuk mendorong perkembangan dan pertumbuhan diri sendiri. Pesan ini sangat mendasar, karena setiap karyawan harus memiliki kesadaran yang tinggi untuk terus mengembangkan diri sendiri dengan terus menerus.

Pemimpin tidak mau karyawannya hanya puas diri dengan apa yang ada dan dicapai kini, tetapi terus mendorong untuk belajar, berlatih, berbagi, menguji coba opini terkini. Bila ini yang dilakukan karyawan makan pada akhirnya akan berdmpak pada pertumbuhan dan kemajuan perusahaan itu sendiri.

Para pemimpin menginginkan pengikut yang berusaha meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan mereka sendiri daripada bergantung hanya pada pemimpin untuk melakukannya. Apa pun yang menghadapkan seseorang kepada orang baru dan gagasan dapat meningkatkan pengembangan pribadi dan profesional.

Ilustrasi Karyawan Bertumbuh | Sumber : https://www.mhlnews.com
Ilustrasi Karyawan Bertumbuh | Sumber : https://www.mhlnews.com

Salah satu contohnya adalah ketika pengikut aktif menjalin jaringan dengan orang lain di dalam dan di luar organisasi. Contoh sederhana lainnya adalah ketika pengikut mengambil tugas yang sulit, yang menunjukkan kemauan untuk menghadapi tantangan, meregangkan batas mereka, dan belajar.

Jenis Karyawan

Harus disadar bahwa tidaklah begitu mudah bagi setiap karyawan untuk memahami dan menangkap pesan keinginan seorang pemimpin secara tepat. Dan karenanya mereka tidak pernah sampai pada prestasi gemilang sepanjang karir dalam sebuah organisasi. Kalau pun ada yang sukses, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Salah satu penyebab utamanya adalah karena si karyawan terlalu fokus pada dirinya sendiri, pada masalah dirinya, kebutuhannya dan tentu saja cita-cita individunya, sementara lupa bahwa untuk itu semua, harusnya dia fokus kepada atasannya, bosnya atau pimpinannya secara langsung. 

Sebab, si atasanlah sesungguhnya yang paling faham apa dan seberapa jauh kinerja karyawan ini sudah sesuai dengan harapan.

Hasil-hasil studi memperlihatkan bahwa ada beragam sikap yang dipertontonkan oleh para pengikut terhadap pimpinan dilihat dari dua dimensi kunci, yaitu dimensi kualitas berpikir kritis yang independen versus dependent, pemikiran yang tidak kritis; dan dimensi aktif versus perilaku pasif.

Atas dasar dua dimensi itu, jenis karyawan dalam memberikan tanggapan kepada atasan ada lima macam:

  1. Pengikut yang terasing
  2. Pengikut yang pasif
  3. Orang yang konformis
  4. Oang yang pragmatik
  5. Pengikut yang efektif

Karyawan yang merasa terasing adalah mereka yang tergolong pemikir kritis yang independen namun pasif dalam organisasi. Pengikut yang diasingkan sering menjadi pengikut efektif yang telah mengalami kemunduran dan hambatan, mungkin janji dipecahkan oleh atasan. 

Sesungguhnya, kelompok ini mampu, tapi mereka berfokus secara eksklusif pada kekurangan organisasi dan orang lain. Seringkali sinis, pengikut yang terasing dapat berpikir secara mandiri, namun mereka tidak berpartisipasi dalam mengembangkan solusi atas masalah atau kekurangan yang mereka lihat. 

Kelompok konformis, berpartisipasi secara aktif dalam organisasi namun tidak menggunakan kemampuan berpikir kritis dalam tingkah laku tugasnya. Seorang konformis biasanya melakukan perintah apapun terlepas dari sifat tugas tersebut. 

Kaum konformis berpartisipasi dengan sukarela namun tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari apa yang diminta untuk dilakukan-bahkan dengan risiko berkontribusi terhadap usaha yang merugikan. 

Korban yang pragmatik, jenis pengikut ini menggunakan gaya apapun yang terbaik untuk mendapatkan posisinya sendiri dan meminimalkan risiko. Dalam perusahaan tertentu, sekitar 25 sampai 35 persen pengikut cenderung merupakan orang yang pragmatik, menghindari risiko dan mendorong status quo, seringkali karena alasan politik. 

Para pengikut pasif, tidak menunjukkan pemikiran kritis dan independen maupun partisipasi aktif. Menjadi pasif dan tidak kritis, para pengikut ini tidak menampilkan inisiatif maupun rasa tanggung jawab. 

Aktivitas mereka terbatas pada apa yang harus mereka lakukan, dan mereka menyelesaikan banyak hal hanya dengan pengawasan yang besar. 

Pengikut yang efektif adalah pemikir independen dan kritis dalam organisasi. Pengikut yang efektif bersikap sama terhadap semua orang tanpa mempedulikan posisi mereka dalam organisasi itu. Hal-hal yang perlu dilakukan agar tidak terjadi dengan konflik.

Sebaliknya, pengikut yang efektif memiliki keberanian untuk memulai perubahan dan membahayakan diri mereka atau berkonflik dengan orang lain, pada saat para pemimpin yang baik, untuk menjaga agar tujuannya tetap dalam organisasi.

Ditandai dengan perhatian penuh dan kemauan untuk bertindak, pengikut yang efektif sangat penting bagi sebuah organisasi untuk menjadi efektif. Mereka mampu melakukan self management, membedakan kekuatan dan kelemahan dalam diri mereka dan dalam organisasi, berkomitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada diri mereka sendiri, dan bekerja menuju kompetensi, solusi, dan dampak positif. 

Bila seorang karyawan mau berhasil dan sukses dalam kariernya di tempat kerja, harus menyadari keempat keinginan atasannya langsung, serta menyadari dia termasuk dalam jenis pengikut atau karyawan yang mana. Bijaksana bila mengubah sikap untuk menjadi bagian dari sistem kepemimpinan yang mengendalikannya secara langsung.

Dengan cara ini, paling tidak si karyawan sudah berada di jalan yang benar, menuju posisi puncak. Kalaupun terlambat, itu tetapi lebih baik dari dapa salah jalan!

Yupiter Gulo, 23 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun