Salah satu masalah kritis  yang dihadapi oleh setiap karyawan adalah review  kinerja atas pekerjaan yang dilakukan. Bahkan review atau penilaian kinerja ini juga sering dianggap momok oleh setiap pegawai, karena akan menjadi acuan masa depan karirnya. Artinya, bisa saja masa depannya suram kalau kinerjanya buruk dan sebaliknya, akan cemerlang bila capaiannya kiclong!
Pada umumnya hasil review kinerja karyawan itu cenderung tertutup sehingga karyawan merasa tidak tidak puas. Terutama kalau si karyawan merasa telah bekerja dengan semangat, penuh tanggungjawab dan sesuai dengan aturan main dan target perusahaan. Bila tidak memperoleh penjelasan tentang hasil penilaian kinerjanya, sangat mungkin akan menjadi faktor yang akan melemahkan semangat kerja si karyawan, yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan.
Persoalannya adalah bagaimana sikap dan tindakan seorang karyawan ketika hasil penilaian pekerjaannya tidak memuasan baginya? Apakah menerima saja apa adanya dan tetap melakukan pekerjaan seperti biasanya, atau bolehkah si pegawai ini memprotes pimpinannya?
Mendiamkan saja atau memprotes mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh si karyawan sebelum mengambil sikap dan keputusan.Â
Paling tidak, harus mampu mengelola kemungkinan yang akan dihadapi. Keadaan seperti ini, si karyawan selalu berada pada posisi tawar yang lemah. Walaupun untuk jangka panjang tidak terlalu bagus dan menguntungkan bagi perusahaan. Karena hasil yang dicapai tidak akan maksimal dalam semua hal.
Gaaya manajemen dan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh perusahaan, sangat menentukan tingkat keterbukaan mereka dalam memberikan penilaian hasil yang dicapai oleh para pegawai. Semakin tradisionlanya sebuah gaya manajemen, dipastikan cenderung tertutup dalam segala hasl. Sebaliknya, semakin maju dan modernnya sebuah gaya manajemen, akan cenderung terbuka kepada pegawai. Bahkan karyawan akan dilibatkan, tidak saja dalam penilaian kinerja mereka, tetapi juga  diikutkan dalam performance planningnya.
Dalam pandangan tradisional, review kinerja karyawan sering dianggap sebagai penyakit ketimbang sebagai obat atau penyelesaian masalah yang berurusan dengan "kinerja pegawai". Sedemikian parahnya, penilaian kinerja menjadi momok yang harus dihindari. Kalaupun tetap dijalankan, maka sangat mungkin akan terjadi banyak penyimpangan, dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Padahal penilaian kinerja atau juga sering dikenal sebagai  performance appraisal merupakan tahapan sangat penting untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai atau tidak.Â
Dan dari sana akan ada tindakan lebih lanjut untuk mempertahankan capaian, atau meningkatkan kinerja ketika masih dibawah target. Oleh karenanya, harusnya penilaian kinerja harus jauh dari segala penyimpangan apalagi rekayasa yang pada akhirnya akan mencelakakan masa depan perusahaan itu sendiri.
Perubahan yang terjadi telah mendorong pergeseran paradigma dalam mengelola kinerja karyawan. Pendekatan Performance Planning dan Review memberikan bobot makna yang terbuka, dibandingkan dengan pendekatan Performance Appraisal yang selama ini cenderung tidak terbuka.Â
Dengan pemahaman mendasar bahwa karyawan itu berbeda dengan sumber daya lain yang digunakan oleh perusahaan, karyawan sebagai sumber daya manusia yang memiliki peranan sangat vital dan menentukan dalam mengelola semua sumber daya lainnya demi masa depan perusahaan.