Ini bukan main-main, karena bisa ditemukan jejak ini dalam rangkaian tulisan Arief Budiman, baik buku maupun artikel-artikel di koran dan dimajalah.
Kedua, Arief Budiman memilih Salatiga, tepatnya memilih UKSW yang ada di Salatiga untuk melanjutkan perjalanan karir akademiknya karena UKSW memiliki lembaga yang dikenal dengan LPIS (Lembaga Penelitian Ilmu Sosial) yang sangat cocok dengan passion keilmuan Arief Budiman.Â
Alasan kedua ini, sangat menarik dan bahkan baru saja terungkap pada webinar nasional ini.
 Melalui Prof. Nico lah terungkap mengapa Arief harus memilih UKSW Salatiga tempat berkarir.Â
Sebelum kembali ke Indonesia, Arief bertanya kepada Prof. Clifford Geerd (salah seorang guru besar Arief Budiman di Harvard University) dan dijawab : "agar Arief bekerja di UKSW Salatiga karena mereka memiliki LPIS dan mempunyai "Jurnal" bernama Tjakrawala", demikian dikisahkan kembali Nicolas.Â
Ketiga, mengapa UKSW menerima seorang Arief Budiman yang memiliki latar belakang yang agak ekstrim waktu itu?Â
Alasan ini menjadi bagian dari cerita Prof Nico pada alasan kedua yang juga jauh lebih menarik lagi.
Dia naik bus malam dari Jakarta ke Salatiga, langsung menghadap Dr. Sutarno, dengan celana jeans, bukan pake sepatu, hanya baju t-shirt, dan sebuah ransel. Dan bertanya ke Rektor UKSW "apakah saya boleh menjadi pengajar di UKSW?". Dan Sutarno pun menyetuji, bahkan pagi itu langsung diatur untuk memulai bekerja.
Arief diterima karena memang UKSW sudah memiliki oreintasi inklusif dan terbuka dengan tokoh sekaliber Arief Budiman.