Eskalasi dinamika konflik terbelahnya Partai Demokrat terus meningkat baik di kubu hasil KLB dan tentu saja terutama dalam kelompok yang pro AHY.Â
Nampak kesibukan yang luar biasa dalam kelompok AHY dan SBY, bahkan semuanya nyaris menyerempet kemana-mana, tidak terkecuali panah tudingan menerobos ke pihak istana dan pemerintahan Jokowi dan dicurigai berada di balik gerakan yang disebut kudeta PD.Â
Kendati Menkopolhukam Mahfud MD sudah memberikan tanggapan dan sudah mengingatkan bahwa kisruh yang terjadi adalah murni masalah internal dalam PD sendiri. Tetapi kecurigaan keterlibatan istana sangat kencang karena terpilihnya Moeldoko, yang juga sebagai orang kunci di posisi Kepala Staff Presiden, sebagai Ketum PD versi KLB di Sibolangit, Deli Serdang Sumatera Utara terus saja dilancarkan.Â
Bahkan termasuk SBY sendiri sebagai Ketua Majelis Tinggi PD bertubi-tubi menyampaikan "tudingan" seakan ada keterlibatan pemerintah dalam kisruh PD dan cenderung mengatur dan menuntut tindakan segera dari kepala negara.
Pantas saja Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly mulai gerah juga dan akhirnya angkat bicara dengan sangat tegas dan keras kepada SBY dan AHY tentang tuduhan kepada pemerintahan Jokowi.
Nampaknya, Menkumham tidak sedang bercanda, pesannya jelas dan terang benderang kepada SBY, seperti yang diberitakan oleh Kompas.com tanggal 9 Maret 2021 dengan judul berita "Soal Kisruh Partai Demokrat, Menkumham Minta SBY Tak Tuding Pemerintah".
Situasi semakin panas, apalagi ditimpali oleh para pengamat dan analis mengarahkan panas analisis kepada RI-1 dan menuntut agar Presiden segera bicara dan bertindak. Ini dia yang menarik, karena Presiden mau diatur oleh para pengamat dan yang merasa pengamat.
Tidak hanya itu, mulai disuarakan agar Presiden "memecat" Moeldoko sebagai KSP karena dianggap mengganggu dan merusak citra istana dan citra sang Presiden. Ini sudah luar biasa sekali. Ada apa ya ?
Padahal, KLB PD baru saja usai Jumat yang lalu 5/3/2021 tetapi kubu AHY dan SBY seperti kebakaran rumah dan juga kebakaran jenggot sekalian, dan semuanya menjadi panik. Dan dalam kepanikan itu, semuanya menjadi overacting. Â Sungguh, saya merasa geli, kasihan dan prihatin mengamati kubu AHY dan juga SBY.Â