Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hukum Karma Politik di Balik Rasa Malu dan Bersalah SBY

6 Maret 2021   01:47 Diperbarui: 6 Maret 2021   08:25 3602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.merdeka.com/

Akhirnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menanggapi hasil KLB Partai Demokrat yang diadakan di Deli Serdang,  Sumatera Utara yang memilih Moeldoko sebagai Ketua Umum baru yang menggantikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sebelumnya sudah dilengserkan oleh KLB yang  berlangsung disana dan membuka babak baru konfrontasi dalam tubuh Partai Demokrat.

Ungkapan "curhat" SBY yang merasa malu dan merasa bersalah karena pernah "merasa berjasa" dan memberikan kepercayaan besar tetapi dianggapnya Moeldoko  mengkhianati kepercayaan itu sungguh terasa aneh dan malah ikut malu-malu'in kedengarannya.

"Rasa malu dan rasa bersalah saya, yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya memohon ampun ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesalahan saya itu," ujar SBY dalam konfrensi pers yang digelar di kediaman pribadinya, Puri Cikeas, Bogor, Jumat (5/3/2021). "Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji jauh dari sikap kesatria dan nilai-nilai moral. Dan hanya mendatangkan rasa malu, bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran TNI," ujar SBY.

Bagi saya, curhatan SBY sangat memelas dan naif baik anak-anak serta terkesan kuat sedang minta perhatian dan memohon dikasihani. SBY sedang menyajikan kalkulasi dagang nan pamrih semua jasa yang pernah diberikan kepada Moeldoko bahkan menuntut kesetiaan sebagai prajurit.  Mengapa  aneh? karena ini ranah politik  yang seharusnya dilihat dalam perspektif politik tanpa harus bersentimentil ria begitu. Apakah SBY masih belum memahami "kasar"-nya politik di negeri yang pernah dipimpinnya selama 10 tahun?

Ungkapan perasaan malu dan bersalah sungguh menurunkan nilai dan harga seorang SBY yang pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini selama dua periode. Dan tidak seharusnya mengurung dan memenjarakan dirinya hanya dalam sebuah partai semacam Partai Demokrat itu yang hanya memiliki suara di parlemen sekitar 7-an % saja. Dia seharusnya duduk manis bercengkeraman dengan Presidein Jokowi untuk memajukan negeri ini dari keterpurukan dan mendukung mimpi Jokowi dan Ma'aruf Amin untuk menjadikan RI ini salah satu negera besar saat Indonesia memasuki HUT ke-100 pada tahun 2045.

Kini SBY merasa malu dan bersalah, bahkan mohon ampun di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Sebuah ungkapan arogansi yang merasa diri paling benar dalam memimpin negeri ini dan lupa bahwa begitu banyak hal juga yang tidak beres selama memimpin bangsa ini ketika membiarkan tangan-tangan kotor koruptor menggerayangi tanah air nusantara ini. Sungguh menjadi bumerang bagi dirinya sendiri sebagai tokoh bangsa negeri ini.

Kejadian yang sedang dialami oleh SBY bersama AHY dan anak-anaknya dalam tubuh Partai Demokrat, mengingatkan saya bagaimana dulu dia merasa dizoliii oleh salah seorang Presiden di negeri ini selama bertahun-tahun. Walaupun akhirnya Presiden kelima RI itu menunjukkan sikap berbaik hati ketika Ani Yudhoyono meninggal dunia.  Padahal publik tahu bahwa SBY sempat menikung ditengah kompetisi Pilpres, bahwa justru SBY dulu yang menzolimi bahkan malah "mengkhianati" dan berhasil menjadi Presidein ke-6 sebelum Jokowi.

Koq seperti hukum karma ya!?. Rupanya dunia politik juga sarat dengan hukum karma. Apa yang ditabur akan dituai juga. Apalagi ketika berkuasa, lalu merasa memiliki segalanya. Padahal lupa, bahwa kekuasaan itu hanya sementara. Dan ketika kekuasaan tidak ada ditangan maka kembali menjadi orang biasa yang tidak memiliki kekuatan apa-apa lagi. SBY sedang mengalami post-power syndrome akut yang sulit disembuhkan, sehingga terus saja merasa diri Presiden bangsa ini.

https://www.tribunnews.com
https://www.tribunnews.com
Publik tahu semua, bagaimana tokoh-tokoh senior dalam Partai Demokrat dizolimi dan  dipecat habis-habisan sepeti Johni Marbun, Marzuki Alie dan lainnya, yang sesungguhnya memiliki peranan kunci historis dalam memulai serta menjaga dan mengawal membesarkan Partai Demokrat hingga SBY berada di puncak sebagai RI-1 di republik ini. Artinya, mereka juga tidak mau dizolimi, dan nampaknya mereka bergerak lebih cepat dan tegas. Ini yang sangat mungkin AHY dan SBY lupa diri, seakan mereka tidak mau membuat perlawanan.

https://www.liputan6.com
https://www.liputan6.com
Kini SBY sedang "mengeluh", menyesal, merasa malu dan berdoa kepada Allah untuk memaafkan kesalahan dan rasa malunya. Apakah itu artinya, SBY sudah menyerah dan tidak mau lagi berjuang untuk mempertahankan "kepemilikannya" dalam tubuh Partai Demokrat yang selama ini sudah identik dengan  keluarga Cikeas? 

Atau mungkin seperti yang ditawarkan oleh Max Sopacua kepada Andi Mallarangeng (ketika talkshow) di acara salah satu televisi untuk bergabung saja dengan kepengurusan hasil KLB PD di bawah kepemimpinan Ketua Umum Moeldoko?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun