Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Ini Alasan Utama Anda Harus Investasi Saham di BEI 2021

28 Desember 2020   16:31 Diperbarui: 29 Desember 2020   11:41 1622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MSCI Index | Dokumentasi Pribadi

Kali ini dua jempol saya buat admin Kompasiana atas pemilihan tema akhir tahun ini yaitu "Tahun Depan Main Saham!". Sebab belum terlambat untuk "bermain" saham di Bursa Efek Indonesia, bahkan sesungguhnya, sejak Maret 2020 lah paling bagus memborong saham-saham lapis pertama di BEI sebab "jackpot"nya banyak sekali.

Bayangkan saja di bulan Maret 2020, saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok  dari 6000-an melorot turun hingga 30-an persen dan harga berada di bottom lin, di bawah 4000-an. 

Tetapi dalam waktu sekitar 9 bulan menyentuh kembali dengan IHSG di angka 6000-an. Saya sangat yakin, banyak yang telah menikmati "jackpot" selama masa pandemi covid-19 berlangsung.

Pada bulan Maret, April hingga Juli dalam beberapa artikel saya di Kompasiana dan dalam diskusi rutin kami Ikatan Dosen Pasar Modal Indonesia (IDPMI) saya selalu menyarankan untuk "borong" saham di BEI, sebab IHSG pasti akan kembali di angka 6000-an lagi. 

Banyak rekan-rekan yang mengambil kesempatan, tetapi lebih banyak lagi yang wait and see. Sesuatu yang lumrah dalam dunia "main saham", karena karakteristik setiap investor berbeda dalam mengambil risiko.

Siapapun yang mau investasi pada saham harus memiliki alasan yang sangat kuat sebelum memutuskan membeli saham apa dan kapan. Bukan karena ikut-ikutan, tetapi memiliki keyakinan informasi yang dimiliki menjadi pertimbangan kunci. 

Sumber: https://id.investing.com
Sumber: https://id.investing.com
Artinya, sikap ragu-ragu menjadi alasan untuk tidak mencoba bermain saham. Artinya pula, segala kemungkinan harus dikalkulasi sedemikian rupa sehingga saat memutuskan membeli atau menjual saham betul-betul comfirm.

Pada aras yang umum, Anda harus memiliki payung mindset yang besar dulu  sebelum memasuki area teknis membeli saham apa dan dalam harga berapa, kapan dan bagaimana, antara lain:

Satu, saat ini berinvestasi di saham merupakan instrumen yang terbaik dibandingkan dengan yang lain. Karena hasil yang diberikan jauh lebih besar, bahkan rata-rata diatas 15% dalam setahun.

Bila mencermati data 10 tahun misalnya, sebagai data historis 2006 - 2015 rata-rata pertahun hasil investasi pada (i) Tabungan 2,50%, (2) Deposito berjangka 7,44%, (3) Emas sebsar 7,66%, dan (4) Saham mencapai 17,76%. Dan bila dibandingkan angka inflasi pada periode yang sama menunjukkan angka sebesar 6,1%, maka yang sangat layak untuk instrumen investasi adalah saham.

Instrumen Investasi | Dokumentasi Pribadi
Instrumen Investasi | Dokumentasi Pribadi
Bila melihat trend harga saham, selama 10 tahun terakhir, IHSG menunjukkan angka yang terus meningkat dari tahun ketahun. Kendati ada koreksi dalam jangka pendek tetapi secara rata-rata dalam jangka panjang hasilnya tetap lebih besar dari semua instrumen investasi lainnya.

Kedua, perkembangan selama 10 tahun terakhir menegaskan BEI tetap yang terbaik dibandingkan dengan sejumlah bursa dunia. Dengan menggunakan Indeks dari MSCI, selama 10 tahun terakhir BEI paling baik ketimbang MSCI World, BRIC, EM dan ASEAN. Bahkan ketika pandemi covid-19 mengancam IHSG tetap yang tertinggi.

Data yang dikeluarkan oleh Bloomberg per Oktober 2020, menunjukkan MSCI IDX (BEI) sebesar USD 298,4 lebih tinggi dari MSCI Wold USD 249,17, MSCI Bric USD 199,29, MSC EM USD 194,20, dan lebih rendah lagi MSCI ASEAN pada angka USD 164,07. Perhatikan tabel MSCI Index Comparison.

MSCI Index | Dokumentasi Pribadi
MSCI Index | Dokumentasi Pribadi
Maka kepercayaan investor dan juga emiten terhadap kinerja pasar modal Indonesia semakin bertumbuh walaupun dalam situasi sulit penuh ketidakpastian sebagai akibat dari penyebaran Covid-19. 

Jadi, jangan kaget kalau investor asing masih sangat intensif keluar-masuk di BEI dengan dana yang sangat besar, karena hasil yang didapatkan sangat menggiurkan.

Ketiga, pertumbuhan BEI terus meningkat walaupun dalam masa pandemi Covid-19. Hal ini ditunjukkan oleh 4 indikator berikut : 

  • (i) Perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia telah mencapai 709 emiten pada bulan Oktober 2020 dan market capitalization telah mencapai Rp 5.958 triliun, 
  • (ii). Perusahaan yang sudah menjual obligasi hingga Oktober 2020 telah mencapai 127 emiten dengan outstanding values sebesar Rp 4.140 trilun, 
  • (iii). Selama tahun 2020 terdapat 46 perusahaan yang masuk lantai BEI dan menjual sahamnya untuk pertama kali. Sebuah indikator sangat kuat, bahwa pasar modal Indonesia sangat kondusif dan baik. Dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Singapore, Phillipines, dan Vietnam, Indonesia tertinggi IPO baik tahun 2020 maupun tahun 2019, dan 
  • (iv). Bila dicermati kinerja sektoral yang ada, maka hanya sektor consumer goog-lah yang kinerja positif pada saat pandemi Covid-19 menerjang. Namun hingga bulan Oktober 2020 sektor lain menyusul seperti Agriculture, Mining, dan Basic Industry. Sektor lain masih negative kinerjanya. Dan yang paling parah ada di sektor Property dan Real Estate serta Infrastucture.

Ketiga hal utama di atas hendak menegaskan bahwa Bursa Efek Indonesia masih tetap memiliki daya tahan yang sangat besar dalam menghadapi pandemi Covid-19. 

Nampaknya, ketika banyak orang WFH, memiliki kesempatan yang sangat banyak dan baik untuk mempertimbangkan investasi saham ketimbang yang lain. Tidak saja karena hasilnya sangat besar, tetapi juga bisa diikuti dengan mudah melalui devices yang dimiliki secara sederhana.

Begitu banyak data dan informasi yang sangat mudah diakses bahkan gratis sebagai bahan pertimbangan dalam mengikuti dinamika pasar modal setiap saat, real time data.

Ini sangat signifikan, karena kembalinya IHSG pada level normal di 6000-an menjadi indikator kuat investor sudah masuk di BEI. Dan dipastikan tahun 2021 akan lebih rame lagi. 

Paling tidak, pertimbangan investor untuk menghemat konsumsi selama pandemi corona dan menyimpan sebagian di saving account atau time deposit instrument serta investasi di saham. Sambil menunggu situasi normal kembali setelah vaksinasi dianggap efektif menghalau penyebaran Covid-19.

Jadi, kesimpulan kuncinya adalah saatnya untuk investasi di saham. Tidak perlu menunda. Terutama ketika Anda merencanakan untuk jangka panjang. Maka pilihan saham-saham terbaik yang berada pada level first layer, bluechips stock harus menjadi pertimbangan utama Anda memulai investasi di tahun 2021.

Selamat berinvestasi dan menyongsong masa depan emas Anda melalui Bursa Efek Indonesia.

Yupiter Gulo, CRP, WPPE, WMI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun