Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Cuek, Fahri Hamzah Kecewa dan Rafly Harun Menuntut

27 Desember 2020   15:15 Diperbarui: 27 Desember 2020   15:23 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bogor.suara.com/

Masuknya Sandiaga Uno menjadi menteri dalam KIM  yang dilantik oleh Presiden Jokowi pada Rabu 23 Desember 2020 menjadi klimaks dari kekeslan dan kekecewaan dari Fahri Hamzah dan Rafly Harun yang selama ini berada diseberang dan menjadi bagian dari komunitas pendukung pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 tahun yang lalu.

Kekesalan dan kekecewaan itu dilampiaskan melalui media sosial resmi mereka. Selain menyampaikan kekecewaan yang mereka, tetapi juga harapan bahkan tuntutan kepada Prabowo yang saat ini menjadi Menteri Pertahanan nya Jokowi, dan saat ini disusul oleh Sandi Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Mengapa Fahri Hamzah sangat kecewa dan Rafly Harun seakan menuntut "tanggungjawab moral" dari Prabowo?  Ada apakah gerangan yang dituntut kepada Prabowo?  Dan mungkin masih banyak pertanyaan lain yang menarik dicermati dalam konstelasi dinamika politik yang nampaknya bukan semakin menurun, tetapi terus menaik.

Kepulangan Habib Rizieq Shihab, bos besar FPI ke tanah air pada tanggal 10 Nobember 2020 merupakan yang penuh hiruk pikuk pengikut setianya, hingga berderet acara yang disiapkan termasuk pesata pernikahan putri HRS ini akhirnya berakhir dengan kasus pelanggaran protokol kesehatan. Sedemikian serius, Rizieq menjadi tahanan polisi sampai sekarang. Berlanjut dengan bentrok dan baku tembak dengan polisi dan berakhir dengan penembakan 6 orang anggota FPI di tol Cikampek.

Situasi baik semakin tidak berpihak kepada kelompok FPI ini. Antara lain dengan keputusan PTP di Megamendung yang "mengusir" pesantren yang dimiliki yang dikelola oleh FPI dari tanah negara milik perkebunan. Belum lagi di tanda-tanganinya pertauran tentang ormas terlarang tidak boleh beraktifitas. 

Kelompok garis keras ini seakan kehabisan nafas mereka untuk bergerak, tidak saja karena tokoh pusat kekuatan mereka sedang berada di dalam hotel prodeo, juga karena Prabowo-Sandi yang mereka dukung secara total saat Pilpres April 2019, sama sekali tidak ada dukungan dan jalan keluar. Mereka merasa harusnya seorang Prabowo memiliki tanggungjawab moral untuk menolong situasi "kejepit" mereka saat ini.

Tetapi, disinilah problemnya. Prabowo yang mereka harapkan, jangankan memberikan jalan keluar, sebab sepotong katapun nyaris tidak terdengar dari beliau. Memang Prabowo benar-benar diam 1000 bahasa. Bahkan banyak orang menilai sang bos, mantan orang nomor satu di Densus 88 ini, diam dan cuek bebek saja terhadap para pengusung dan pendukungnya. Salah satu suara.com menurunkan judul berita :"Pengamat: Prabowo Jangan Cuek ke Habib Rizieq, Suatu saat Butuh Lagi". Dan narasi ini tentu saja sah-sah saja dalam perspektif politik, sebab disana penuh dengan "power-play" tiada akhir.

Membaca kicauan Fahri Hamzah dan pesan di yuoyubenya Rafly Harun, seakan mereka berdua merepesentasikan kelompok pendukung pasangan Prabowo-Sandi di Pilpres yang sekarang sedang menghadapi persoalan. Bahkan Rafly menegaskan dengan masih banyak ada yang dalam kontrol polisi. Hal tersebut diutarakan Refly dalam satu video yang diunggah di kanal YouTube pribadi Refly Harun pada Jumat, 25 Desember 2020.

"Kita tahu bahwa ketika maju di Pilpres 2019 bahkan sebelumnya di 2014, Prabowo didukung dan disokong oleh beberapa komponen society, sebut saja FPI, bersama juga kelompok-kelompok lainnya seperti PA 212, GNPF Ulama," kata Refly. "Tetapi faktanya adalah ketika pendukung-pendukung calon presiden Prabowo-Sandiaga, katakanlah disudutkan, diperlakukan tidak adil bahkan ada enam laskar FPI yang tewas, tapi belum ada kejelasan, termasuk Habib Rizieq yang ditahan," katanya. "Prabowo diam saja, Prabowo seolah-olah tidak peduli bahwa pendukungnya di Pilpres kemarin satu demi satu dilaporkan," ujar Refly.

Nada simpati yang mendalam dari Rafly Harun pada kelompok FPI sungguh sangat manusiawi. Dan menjadi substansi mendalam yang mencerminkan apa yang sedang digumuli oleh pengikut HRS yang seolah-olah tak berdaya kini. Sementara, seorang Prabowo yang menjadi jantung oposisi, meminjam istilah Fahri Hamzah, terhadap pemerintahan Jokowi, harusny bisa menolong. Tetapi, harapan tinggal harapan karena Prabowo diam saja. Dan mungkin dia akan terus diam. 

Kicauan Fahri Hamzah dengan tegas menyampaikan kekecewaannya kepada Prabowo yang seharusnya mampu dan bisa menjadi pendamai antara pemerintah dengan pihak opisisi agar menyatu dalam mendukung visi dan misi pemerintah hingga 2024.

Sepertinya Fahri curiga, karena selama setahun menduduki jabatan sebagai Menhan di dalam KIM Jokowi, tetapi Prabowo tidak melakukan apa-apa. Dan sepertinya pula, Fahri Hamzah melihat "terbelahnya" publik antara pendukung pemerintah dengan pihak oposisi yang selama ini nampak direpresentasikan dalam kepemimpinan HRS.

https://bogor.suara.com/
https://bogor.suara.com/
Kendati demikian, Fahri melihat perjalanan setahun tidak apalah. Karena sekarang Sandi Uno sudah bergabung dengan Probowo dalam KIM sehingga menuntut agar kedua orang ini bisa melakukan peran pendamai untuk kelompok opoisi ini.

Menarik, karena Fahri Hamzah terang-terangan menyatakan dukungannya kepada Presidein Jokowi. Tetapi isu kritisnya adalah bagaimana memngelola yang disebutnya oposisi itu. Dia tidak berharapa mereka terus menerus dibiarkan bahkan malah dikejar. Fahri menawarkan rekonsiliassi agar perseteruan dihgentikan.

Bagi saya, kicauan Fahri menarik sekali secara politik. Artinya menyadarkan semua pihak bahwa ada kelompok yang merasa atau memposisikan diri sebagai opsisi dalam pemerintahan yang berkuasa kini. Dan karenanya, ini sebuah kenyataan dan fakta yang tidak boleh diabaikan begitu saja. 

Berasumsi bahwa semua orang baik untuk mendukung secara politik pemerintah yang berkuasa, boleh boleh saja. Tetapi derajat persetujuan itu tidak boleh disamakan untuk semua orang atau kelompok. Sebab disana, ada banyak hidden agenda untuk sebuah tujuan politik yang disiapkan. Baik untuk jangka pendek, menengah maupun panjang.

Fahri Hamzah boleh saja kecewa, pun Rafly Harun boleh menuntut  tetapi Prabowo juga boleh saja diam dan cuek-bebek. Itu realitias politik kini yang harus dicermati. Tetapi apakah besok akan berubah? Jawabannya, itupun sebuah dinamika yang akan memformatkan realitas baru yang harus diterima.

Dipastikan bahwa politik itu sarat dengan kepentingan. Kepentingan pribadi individual, kelompok, partai politik, komunitas, lembaga dan bahkan bangsa dan negara. Dalam ranah politik pun semua berusaha beramain peran untuk mewujudnyatakan kepentingan atau tujuannya. Ketika tujuannya terpenuhi, dia pasti akan nyaman dan memelihata kenyamanan itu. Saat dia merasa tidak nyaman, dia pasti akan berusaha melakukan sesutau untuk keluar dari ketidaknyaman itu.

Mungkinkah Prabowo saat ini sedang berada dalam situasi yang nyaman? Saya pikir beliau pasti sangat nyaman. Sebab kalau tidak nyaman beliayu pasti sudah akan melakukan sesuatu. Pun termasuk keluar dari KIM. Mari kita menunggu, apakah Prabowo akan mengentikan diam dan cuek-bebeknya terhadap kelompok FPI seperti diminta dan dituntut oleh FH dan RH.

YupG, 27 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun