Ramalan pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 sangat menarik diikuti karena dinamisasinya sangat tinggi. Bahkan nyaris terus berubah dari waktu ke waktu. Secara global, semua memberikan indikasi positif pada pertumbuhan ekonomi secara global. Hanya saja berbeda-beda angka di setiap negara. Lagi-lagi, menjelaskan dinamika penanganan persoalan yang dihadapi oleh setiap negara di seluruh jagad raya ini.
Hal serupa dengan ramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021. Nyaris semua memberikan harapan super positif, seperti yang dilaporkan oleh harian umum kompas, Jumat 18 Desember 2021.Â
Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan positif 4,4% buat Indonesia, dan Bank Indonesia sendiri mematok pada range 4,8% hingga 5,8%. Sementara pemerintah, seperti yang nampak dalam asumsi APBN 2021 sebesar 5% bulat.
Mencermati apa yang sudah dikerjakan selama tahun 2020 untuk melawan pandemi covid-19, terutama melalui Tim Penanganan dan khususnya Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan budget di sekitar 695,3 triliun rupiah seakan menjadi modal investasi yang sudah bergulir di tengah masyarakat dan memutar roda ekonomi publik yang berharap mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dari aspek manajemen birokrasi, termasuk memiliki rating yang baik dianggap berjalan baik, tetapi soal dampak bagi pertumbuhan ekonomi, itu menjadi soal lain. Sebab, Bank Indonesia mencatat di bulan Oktober 2020 dana saving di Bank meningkat hingga 11,6% yoy, tetapi dana landing menurun minus 0,9 yoy.Â
Walaupun suku bunga acuan BI sudah diturunkan hingga 3,75%, dan penjaminan juga diturunkan, tetapi nampaknya publik berpikir lain. Artinya, bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah, tidak langsung digunakan untuk konsumsi oleh publik. Akibatnya pertumbuhan ekonomi (GDP) tidak signifikan genjotannya.
Ini menarik, karena persepsi publik tentang situasi yang nampaknya dianggap sulit dimasa yang akan datang. Sehingga walaupun suku bunga tidak terlalu menarik, mereka tetap saja menyimpan uangnya di bank ketimbang menggunakan untuk konsumsi.
III. Bayangan Ketidakpastian
Bayang-bayang ketidakpastian memasuki tahun 2021 tidak bisa dihindari. Bukan saja karena ketidakpastian itu sendiri menjadi hakekat masa depan, tetapi pandemi Covid-19 menjadi pengikat semua hal yang serba tidak pasti. Dan sangat mungkin semua ramalan pertumbuhan ekonomi akan buyar apabila pengendalian wabah virus SARS-CoV2 sebagai penyebab C-19 gagal total.
Lihat saja pertambahan kasus positif sebulan terakhir ini berada di atas angka 5000-an dan 6000-an bahkan menyentuh angka 7000-an. Kadang naik, kadang turun, tetapi rerata terus menaik. Per 20 Desember 2020 bertambah 6982 kasus positif, 221 orang meninggal dan sembuh di angka 5551 kasus dengan total kasus berada di 664.930.Â
Kekuatiran publik semakin meninggi karena libur natal dan tahun baru sangat potensial terus mendongkrat pertambahan kasus lebih tinggi lagi. Keadaan nampak seperti terbiarkan begitu saja dan perjuangan menghentikan penyebarannyapun nampak tidak signifikan. Nyaris tidak ada wilayah yang bebas covid-19 dari 34 propinsi di Indonesia, dan seluruh kabupaten/kota kecuali 4 wilayah kabupaten saja seperti dilaporkan oleh harian umm kompas.