Adalah Rizal Ramli yang melekat dengan ILC langsung menuding adanya tekanan politik sehingga ILC stop tayang sebagai akibat dari keberatan pihak penguasa atas kencangnya narasi kritik yang selalu muncul dalam setiap penayangan acara. Walaupun dugaan Rizal Ramli dibantah langsung oleh presiden ILC itu.
Opini inipun bisa dimengerti dalam perspektif politik dan tentu saja sah-sah saja adanya. Persoalan benar atau tidak benar itu soal lain. Tetapi, fakta yang ada memperlihatkan kecenderungan opini publik bahwa ILC menjadi arena bagi para "pembenci" atau "pengkritik" pemerintah. Ketika diberi kesempatan untuk berbicara dalam forum ini, maka mereka dengan leluasa mempertontonkan secara vulgar opini dan bahkan ideologi mereka. Â Sehingga wajar saja bila ada pemahaman tentang tekanan politik dengan stop tayangnya mulai tahun 2021.
III. Acara ILC Merugi
Banyak yang lalai melihat stop tayang ILC dari perspektif bisnisnya dan lebih fokus pada dinamika politiknya, apalagi bila dikaitkan dengan ILC ini tayang di salah satu stasiun televisi swasta yang cenderung menjadi suara "oposisi" terhadap pemerintah yang sedang berkuasa bila dibandingkan dengan stasiun televisi lainnya yang ada di tanah air ini.
Acara ILC adalah kemasan bisnis media yang bertarget keutnungan sebesar-besarnya dengan biaya sekeceil-kecilnya. Beragam cara dan strategi dilakukan oleh pengelola program untuk tetap eksis dan mendapatkan keuntungan yang besar. Sebab bila tidak untung, artinya rugi terus menerus maka acara ini sudah harus dihentikan. Karena tidak ada orang yang mau menanggung biaya operasi sebuah program acara televisi tanpa menghasilkan uang bagi perusahaan. Tidak saja aliran cashflow tetapi making profit bagi siapa saja yang terlibat.
Kaca mata bisnis menegaskan bahwa presiden ILC dan diwadahi oleh stasiun tvOne menjadi orang kunci kelanjutan tayangan acara ini. Sederhana, akan dilanjutkan bila cashflownya positif secara signifikan dan akan dihentikan bila negatif cashflownya. Sisanya tidak ada cerita. Artinya pemirsa protes atau senang itu urusan lain. Ini realitas sebuah dinamkia bisnis.
Kalau begitu mengapa stop tayang ILC? Jawabannya sederhana, karena dia rugi. Atau kalau tidak rugi, sangat mungkin keuntungannya sudah mulai meluncur ke bawah. Grafik menukik menurun dan sebelum defisit, cepat-cepat ambil tindakan untuk dihentikan.Â
Mumpung masih lampu kuning dan belum lampu merah. Sebab kalau sudah lampu merah, situasinya akan semakin rumit dan menciptakan banyak problem dengan segala aspek yang pasti sangat merepotkan.
Sisi bisnis acara ILC menarik untuk dicermati oleh karena persaingan dalam dunia acara televisi saat ini sudah sangat ketat. Artinya, revolusi industri 4.0 juga turut mendisrupsi  acara acara televisi. Publik lebih senang menonton acara-acara yang simpel, keren, cepat, dan gampang melalui sosial media dengan smartphone yang dimiliki. Dan diwilayah ini, pemainnya sungguh sangat luar biasa banyak.
Walaupun pihak manajemen tvOne mengklaim bahwa ILC suatu platform digitall terkemuka di Indonesia yang pemirsanya mencapai 4 juta orang, dan rerata reviewsnya perbulan menyentuh jumlah fantastis di angka 50 juta. Ini angka yang sangat luar biasa untuk meraup keuntungan yang luar besar.