Pertanyaan tentang seberapa berbahaya charismatic leader itu menjadi menarik dicermati ketika Jusuf Kalla menggunakan contoh Habib Rizieq Shibab sebagai pemimpin kharismatik yang mengisi kekosongan kepemimpinan nasional saat ini, dan menawarkan pilihan alternatif bagi publik.
Apa sesungguhnya kehebatan dan kelebihan tetapi juga kelemahan dari seorang pemimpin yang kharismatik? Bagaimana seorang charismatic leader memainkan perannya sehingga mampu memiliki banyak pengikut?
Jadi, pemimpin kharismatik lebih fokus pada menanamkan kekaguman ketimbang meningkatkan Kerjasama dan pemberdayaan para pengikutnya.
Dalam buku teksnya berjudul Leadership (2017), Richard L Daft mengidentifikasi hal aspek tentang seorang pemimpin kharismatik, yaitu:
- Membangun perspektif bersama dan visi ideal agar bisa diterima sebagai  pemimpin yang disukai dan dianggap menjadi pahlawan terhormat yang layak untuk di identifikasi dan ditiru
- Dalam kontek relasi dengan status quo terus berusaha menciptakan suasana perubahan
- Menempatkan tujuan masa depan dalam visi ideal yang sangat berbeda dari status quo.
- Artikulasi visi dan motivasi yang kuat dan inspiratif untuk memimpin
- Menggunakan cara yang tidak konvensional untuk melampaui tatanan yang ada
- Dalam mengelola pengaruh, melampaui posisi; kekuatan pribadi berdasarkan keahlian dan rasa hormat serta kekaguman terhadap pemimpin
Kata kunci bagi seorang pemimpin kharismatik adalah "kekakaguman". Dengan segala macam cara selalu tampil dengan target agar pengikutnya terpukau dan terheran-heran terhadap setiap gerak, dan panggung menjadi kebutuhan utama untuk mempertontonkan kekaguman itu. Tidak peduli apa dan bagaimana cara mengubah keadaan para followernya dengan baik.
Baca artikel terkait : "Warning" JK tentang Kekosongan Kepemimpinan Nasional: Opini atau Fakta?
Oleh karena yang digarap dan dieksploitasi habis-habisan ada pada area emosi, mood dan perasaan maka tidak bisa di hindari kecenderungan sangat kuat akan "terbiusnya" pendengar dan pengikut. Sangat mungkin, mereka akan lupa diri tentang kondisi riil nan empiris yang di alami.Â
Si pemimpin kharismatik mampu mengaduk-aduk emosi pendengar dengan segala visi dan mimpi ideal yang ditawarkan yang hanya retorika belaka saja.
Beragam dan berlapis angan-angan akan divisualisasi dengan ganasnya sedemikian rupa sehingga orang akan mampu berhalunisasi tanpa batas. Dan kalau sudah demikian, maka pengaruh itu menjadi sangat efektif dan apapun yang diinginkan si kharismatik akan mudah dicapai, kepentingan pribadi bahkan sangat pribadi. Dia akan menjadi tokoh dan pusat segala kepentingan.