Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kenali 3 Kunci "Trust" yang Membuat Seorang Pemimpin Jatuh

8 November 2020   16:26 Diperbarui: 9 November 2020   10:04 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Konsistensi artinya sejauh mana para pemimpin menjalankan apa yang mereka katakan dan melakukan apa yang mereka katakan akan mereka lakukan"

Kekalahan Donald Trump untuk kembali menjadi presiden negara AS ini dipastikan oleh karena kehilangan kepercayaan dari mayoritas rakyat Amerika, sementara Joe Biden terpilih karena mendapatkan kepercayaan untuk memimpin negeri Paman Sam ini lima tahun ke depan.

Menjadi pemimpin yang benar, baik dan hebat serta sukses itu tidak bisa dengan gaya main-main. Apalagi kalau yang dipimpin itu sebuah negara besar dan berkuasa di jagad raya ini seperti Amerika Serikat. Sebab sesungguhnya Ketika menjadi seorang Presiden yang dipilih dengan sangat demokrasi misalnya, maka di sana ada kepercayaan atau trust yang diberikan oleh para pemilih. Dan karenanya pemimpin terpilih itu harus mampu mengelola kepercayaan yang diberikan oleh rakyatnya.

Ketika Joko Widodo terpilih menjadi presiden Indonesia untuk periode kedua kali, itu artinya Jokowi itu mampu mengelola kepercayaan yang diberikan oleh mayoritas rakyat Indonesia. Sebab, bila dia tidak mampu mengelola trust itu, maka dipastikan akan jatuh dan tidak terpilih pada periode keduanya.

Banyak para pemimpin yang jatuh bahkan ketika periode kepemimpinannya belum tuntas pun hanya karena masyarakat sudah kehilangan kepercayaan, bahkan mungkin rakyatnya sudah muak dan memaksa si pemimpin untuk turun saja. 

Seperti yang dialami oleh penguasa Orde Baru yang memimpin negeri ini selama 32 tahun tanpa jedah, dan harus mundur karena masyarakat merasa sudah tidak tahan lagi dipimpin olehnya.

Joe Biden (Sumber gambar: voaindonesia.com)
Joe Biden (Sumber gambar: voaindonesia.com)
Trust merupakan kata kunci yang mengikat keseluruhan pengetahuan, keterampilan, kapasitas dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin. 

Tidak saja untuk menjadi seorang presiden suatu republik, tetapi juga untuk presiden sebuah perusahaan atau direktur dan bahkan manajer dari sebuah organisasi maupun perusahaan. 

Ketika memimpin dan mampu mengelola kepercayaan anggotanya, dipastikan organisasi itu akan menuai keberhasilan dan kemajuan yang tinggi dan terus menerus.

3 Unsur Kepercayaan
Sangat mungkin unsur kepercayaan sebagai penentu keberhasilan memimpin tidak banyak dimengerti dengan tepat oleh para pemimpin di mana-mana. Dan karenanya, hanya yang sungguh-sungguh menyadari yang bisa mengelola secara efektif dan akan terus dipercaya untuk tetap menjadi pemimpin.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvard Business Review (HBR) mengkonfirmasi hal ini sebagai acuan yang menjelaskan kegagalan banyak pemimpin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabanya. 

Hasil riset ini dilakukan pada 87.000 pemimpin dengan data sampel sekitar 360 orang dan sampai pada kesimpulan yang sangat penting bahwa pemimpin yang sukses karena mampu mengelola kepercayaan anggotanya.

Ilustrasi (Sumber: hbr.org)
Ilustrasi (Sumber: hbr.org)
Menegaskan dan mengingatkan para pemimpin, bahwa sangat tidak gampang untuk menciptakan atau membangun kepercayaan kembali apabila kepercayaan itu sudah hilang. Kalau pun mampu kembali lagi, itu memerlukan usaha yang besar dan waktu yang panjang tentunya.

Nampaknya kata kepercayaan mudah diucapkan, namun sebenarnya tidak mudah mengelola kepercayaan itu? Karena Anda harus mengerti dengan jelas detail dari setiap unsur kepercayaan itu. Hasil penelitian dari HBR menemukan 3 elemen kunci dari trust yaitu:

  1. Positive relationships
  2. Good judgment/expertise
  3. Consistency

Kesatu: Hubungan Posotif
Kepercayaan sebagian didasarkan pada sejauh mana seorang pemimpin mampu menciptakan hubungan yang positif dengan orang-orang dan juga dengan kelompok lain. 

Ini menunjukkan hubungan yang senergis antara semua orang yang berada dalam satu suasana yang sama untuk saling mendukung dan mengembangkan menuju sasaran bersama. 

Hubungan postif akan memberikan dampak yang luar bisasa dalam segala hal, dan memudahkan untuk keluar dari sebuah problem bahkan menjadi amusi bagi organisasi mencapai tujuan dengan cepat.

Pertanyaan sederhananya adalah bagaimana cara membangun kepercayaan itu kepada semua anggota organisasi? Jawabannya sederhana walaupun implementasinya tentu tidak sederhana, yaitu untuk menanamkan kepercayaan, seorang pemimpin harus:

  1. Tetap berhubungan tentang masalah dan kekhawatiran orang lain.
  2. Seimbangkan hasil dengan perhatian pada orang lain.
  3. Bangkitkan kerja sama antara orang lain.
  4. Selesaikan konflik dengan orang lain.
  5. Berikan umpan balik yang jujur dengan cara yang membantu.

Kedua: Penilaian yang Baik/Keahlian
Faktor lain apakah setiap orang mempercayai seorang pemimpin adalah sejauh mana seorang pemimpin memiliki informasi yang baik dan berpengetahuan luas. Mereka harus memahami aspek teknis pekerjaan serta memiliki pengalaman yang mendalam.

Aspek kedua dari unsur trust ini bicara tentang knowledge dan/atau juga skill. Sangat tidak masuk akal kalau seseorang menjadi pemimpin tetapi tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan bidang organisasi yang dimpimpinnya. 

Kalau ini yang terjadi, maka sangat mungkin organisasi yang dipimpinnya akan hancur-hancuran. Atau kalau tidak hancur, maka si pemimpin mungkin hanya sekedar boneka saja, karena yang mengendalikan jalannya organisasi adalah "orang lain".

Seorang pemimpin harus sadar, dan terus mengecek kembali untuk mendapatkan penegasan pada dirinya sendiri apakah telah memiliki pengetahuan dan keterampilan minimal dalam menjalankan peran dan fungsi kepemimpinannya. Yang hendak dikatakan bahwa:

  1. Mereka menggunakan penilaian yang baik saat membuat keputusan.
  2. Orang lain mempercayai ide dan pendapat mereka.
  3. Orang lain mencari pendapat mereka.
  4. Pengetahuan dan keahlian mereka memberikan kontribusi penting untuk mencapai hasil.
  5. Dapat mengantisipasi dan merespon masalah dengan cepat.

Ketiga: Konsistensi
Ini unsur terakhir dari kepercayaan yaitu konsistensi. Sederhananya bahwa konsisten adalah sejauh mana para pemimpin menjalankan apa yang mereka katakan dan melakukan apa yang mereka katakan akan mereka lakukan.

Antara perkataan dengan tindakan tidak ada bedanya, alias sama. Di dalamnya ada kejujuran, dan ada kata integritas. Dalam bahasa praktisnya, tidak ada tipu-tipu, atau tipu sana tipu sini. Artinya pula, janji harus tetap dilaksanakan karena itu yang diingat oleh si pemilih saat menjadi pemimpin.

Ini tentu tidak mudah dilakukan, terutama karena kepentingan "politik" saat proses pemilihan pemimpin sangat kuat. Demi meraih kemenangan, segala janji manis dan janji surgawi diumbar habis-habisan kepada publik tanpa memperhitungkan secara cermat apakah yang dijanjikan mampu dilaksanakan atau tidak.

Sangat mungkin, banyak pemimpin, apakah itu presiden, gubernur, wali kota atau pun bupati tidak dipilih lagi karena mereka hanya "omdo", hanya janji saja, tetapi pelaksanaan nol besar, alias tidak pernah menjadi kenyataan.

Menjadi sangat penting dan menentukan bagi seorang pemimpin untuk mengelola kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan memahami cara implementasi dari perilaku konsistensi ini. Orang-orang menilai seorang pemimpin memiliki kepercayaan yang tinggi jika mereka:

  1. Apakah panutan dan memberikan contoh yang baik.
  2. Jalani pembicaraan.
  3. Hormati komitmen dan tepati janji.
  4. Menindaklanjuti komitmen.
  5. Bersedia melampaui apa yang perlu dilakukan.

Apabila menggunakan 3 unsur utama dalam kepercayaan untuk mencermati perilaku seorang pemimpin, akan bisa diduga arah yang akan dituju oleh si pemimpin itu, yaitu akan terus memimpin karena dipercaya, atau harus berhenti dan jatuh karena tidak lagi dipercaya oleh anggotanya.

Donald Trump sebagai orang nomor satu di AS selama 5 tahun memimpin, sungguh penuh dengan kontroversi dalam segala keputusan dan perilaku yang dipertontonkan. 

Tidak saja bagi warga negera AS yang berjumlah sekitar 350 jutaan orang, tetapi juga bagi seluruh warga dunia yang berjumlah sekitar 7 miliar orang saat ini. 

Terlepas dari semua kontroversi yang perlihatkan sejak terpilih hingga pada masa pendemi Covid-19, kesimpulannya menjadi jelas, Donald Trump sudah kehilangan kepercayaan warga AS dan juga mungkin kepercayaan dunia.

www.usatoday.com
www.usatoday.com
Pada sisi lain, bagaimana dengan Joe Biden? Tidak sulit melacak jejak orang ini, karena dialah yang mendampingi wakil ketika Obama menjadi orang nomor satu di negeri ini. Dan dianggap mampu menjadi pembawa damai bagi warga AS dan mungkin juga untuk warga dunia. 

Biden akan membuktikan kepercayaan ini 5 tahun ke depan. Dan kalau dia mampu mengelola 3 unsur kepercayaan di atas, sangat mungkin dia akan terpilih kembali lima tahun berikut pada tahun 2025. Mari kita menjadi saksi peristiwa politik ini di diunia.

Yupiter Gulo, 8 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun