Bila Anda berpikir bahwa karyawan bisa bertahan bekerja dalam perusahaan dengan gaji yang besar, Anda salah besar dan siap-siap untuk kecewa. Sebab sesungguhnya karyawan setia kepada perusahaan tidak semata-mata karena gaji yang diterima.
Menjadi masalah serius bagi sebuah perusahaan apabila yang tidak betah lagi bekerja dan harus keluar adalah mereka termasuk tenaga kerja yang terbaik dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan perusahaan.
Akan menjadi kerugian bagi perusahaan itu sendiri, tidak saja karena terganggunya pencapaian target tetapi juga karena biaya yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan bagi proses rekruitkan serta pelatihan dan pengembangan karyawan.
Beragam strategi dilakukan oleh perusahaan demi memelihara karyawan terbaik yang dimiliki. Sebab, mencari calon karyawan yang terbaik saja sudah sangat sulit, apalagi mempertahankan hingga akhir jauh lebih menantang.
Situasi ini semakin rumit ketika dinamika perubahan dan perkembangan semakin kencang sehingga tidak mudah menduga apa yang akan terjadi ke depan, terutama untuk jangka panjang. Implementasi revolusi industri 4.0 yang didorong habis oleh pandemi Covid-19 menjadi faktor penting berubahnya pola atau model pengelolaan karyawan perusahaan dan atau dalam dalam organisasi.
Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia terus menerus mengembangkan berbagai studi dan penelitian tentang pengelolaan karyawan agar tetap bertahan dan setia bekerja dalam perusahaan.
Nampak tidak mudah membuat generalisasi kesimpulan yang menjawab pertanyaan sepanjang jaman. Yang terjadi dalam kenyataan adalah bahwa perubahan pola pikir dan perilaku karyawan ssejalan dengan dinamika perubahan lingkungan yang sedang terjadi.
Guru besar ilmu manajemen sumber daya manusia, Prof Gary Dessler mengakui perubahan yang ada. Hal ini bisa dicermati dari edisi buku teks yang di tulisnya yaitu Human Resources Management yang sudah memasuki edisi ke 16, terbit tahun 2020.
Di dalam salah satu bagi bukunya dengan judul "A Comprehensive Approach to Retaining Employees" dan memberikan 7 buah pilihan yang bisa dipertimbangkan oleh sebuah perusahaan agar karyawan terbaiknya tidak keluar, yaitu :
- Raise pay
- Hire smart
- Discuss careers
- Provide direction
- Offer flexibility
- Use high performance HR practices
- Counteroffer?
Harus diakui bahwa nasihat dan rekomendasi dari Dessler masih sangat umum dan membutuhkan proses implementasi yang tepat sesuai dengan asumsi yang harus terpenuhi untuk itu. Dan di bagian implementasi inilah nampaknya banyak perusahaan atau organisasi gagal melakukannya.
Sebagai rujukan mendasar, perlu pandangan Gary Dessler dipedomani sebagai acuan dalam kerangka besar untuk melihat pengelolaan sumber daya manusia secara menyeluruh dan dalam jangka waktu yang Panjang.
Pembicara popular di bidang manajemen sumber daya manusia dan penulis buku laris berjudul Leading the Workforce of the Future, Brigette Hyacinth, dalam sebuah statusnya di media social mengatakan bahwa:
"Banyak manajer berpikir bahwa karyawan secara otomatis loyal hanya karena mereka mendapatkan gaji tetap. Yang benar adalah semua uang atau tunjangan tidak akan menahan karyawan jika Anda tetap memperlakukan mereka dengan buruk. Kenyataannya adalah bahwa karyawan hanya loyal kepada perusahaan karena mereka percaya perusahaan loyal kepada mereka."
Kesimpulan yang ditawarkan oleh Brigette sangat menolong para Manajer HRD untuk menjawa pertanyaan pelik tiada berujung, yaitu mengapa karyawan bertahan bekerja dalam perusahaan? Apa kunci loyalitas seorang karyawan terbaik bagi sebuah perusahaan?
Dalam perspektif yang sangat praktis Brgitte Hyancinth menawarkan 8 buah faktor yang perlu dikelola bila menginginkan karyawan memiliki kesetiaan yang prima kepada perusahaan, yaitu:
- Paid well
- Mentored
- Challenged
- Promoted
- Involved
- Appreciated
- Value
- On a mission
- Empowered
- Trusted
Memperhatikan ke 8 faktor tersebut, menjadi menarik. Tidak saja karena jauh lebih sederhana praktis implementatif, tetapi juga menegaskan bahwa tidak ada lagi single faktor untuk membangun sebuah strategi mengelola karyawan secara jitu.Â
Gaji saja tidak cukup, walaupun diguyur dengan beragam insentif dan bonus finansial lainnya. Karena ternyata ada banyak faktor lainnya yang pada umumnya bukan dalam bentuk keuangan.
Sebutkan saja misalnya kebutuhkan karyawan untuk di-mentoring, diberikan tantangan, dilibatkan dalam proses manajemen, diapresiasi, hingga trusted.
Faktor ini semua bukan nilai rupiah bahkan nyaris tidak ada unit rupiah yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Tetapi dampaknya, mereka akan setia dan bertahan demi perusahaan.
Kata kunci adalah bahwa kesetiaan karyawan tidak bisa dibeli dengan uang. Â Artinya pula bahwa berapapun jumlah uangnya tidak bisa disetarakan dengan loyalitas atau kesetiaan dalam bekerja. Kesetiaan menjadi esensi dasar dari hakekat bekerja bagi setiap orang yang memahami dan menyadari keberadaannya.
Dengan demikian, maka jawaban terhadap permasalahan bagaimana menjaga karyawan bertahan dapat diselesaikan secara dinamis. Artinya, sangat mungkin dari 8 faktor yang disebutkan menjadi kombinasi seimbang yang harus dijaga dengan baik oleh perusahaan.
Dinamika seimbang dipahami sebagai implementasi kontekstual serta updating dengan lingkungan sekitar perusahaan masing-masing. Tidak harus sama pola untuk setiap perusahaan, karena kondisi internal dan juga eksternal yang dihadapi berbeda-beda.Â
Kemampuan manajer HRD untuk menangkap dan merumuskan secara persisi situasi yang dihadapi menjadi kunci keberhasilan strategi untuk mempertahankan karyawan terbaik untuk tidak kabur.
Yupiter Gulo, 14 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H