Bukanlah seorang Jokowi bila tidak menggunakan gaya komunikasi yang cenderung "high contex culture". Kali ini pun Presiden ke 7 negeri ini tampil bak seorang prajurit yang agak "menyeramkan" dengan busa tradisional dari daerah Sabu, NTT. Tidak itu saja, pidato singkatnya pun sarat dengan pesan dan simbol yang memiliki makna yang menimbulkan pro dan kontra.
Dalam pidatonya di sidang tahunan MPR 2020, Presiden Joko Widodo menggunakan kata bajak atau membajak yang kemudian muncul pro dan kontra dalam penggunaan kata itu. Sebagian para ahli bahasa, merasa diksi tentang bajak atau membajak tidak cocok digunakan. Tapi betulkah Jokowi hanya sekedar ucap saja dengan kata bajak dalam kalimat "kita bajak momentum krisis" tanpa pesan kunci bagi bangsa dan negeri ini?
Jawabannya tentu tidak, dan memang beliau menggunakan kata bajak dan membajak untuk memberikan pesan-pesan penting bagi seluruh rakyat negeri ini tentang kondisi empiris yang sedang dialami, dan ancaman-ancaman yang sedang menghadang ke depan, dan yang utama adalah strategi yang cocok untuk melewati kesulitan dan kembali ke jalan yang "benar" demi mewujudkan mimpi bersama bagi Indonesia menuju tahun 2045, saat Republik Indonesia merayakan HUT ke-100.
Inilah 5 pesan-pesan kunci yang bisa ditangkap dari Jokowi tentang saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar, dan mewujudnyatakan Indonesia menjadi salah satu negara maju pada tahun 2045.
1. Terpuruknya keadaan ekonomi hingga minus 5,32%.
Inilah kenyataan objektif yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Fakta yang tidak perlu ditutupin tetapi dibuka seluas-luasnya agar masyarakat tahu persis apa yang sedang terjadi dan tidak terus menyalahkan situasi dan mencari kambing hitam.Â
Sebab, setiap orang harus disadarkan dan ditantang memikirkan solusi serta beragam jalan keluar agar bisa melewati situasi sulit tanpa menimbulkan "korban" yang tidak berguna.
Itu sebabnya saat memulai pidatonya, Jokowi memaparkan situasi empiris yang sedang dihadapi dengan fakta dan data yang ada, antara lain :
- Sebanyak 215 negara sedang menghadapi masa sulit di tengah pandemi Covid-19. Catatan WHO, sampai 13 Agustus 2020 terdapat lebih 20,4 juta kasus di dunia, jumlah kematian sebanyak 744.000 jiwa.
- Negara miskin, Â berkembang, termasuk negara-negara maju sedang mengalami kemunduran karena terpapar Covid-19.Â
- Negara-negara maju bahkan minus sampai 17-20 persen.Â
- Krisis perekonomian dunia terparah dalam sejarah. Â
- Di kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi negara kita masih plus 2,97 persen, tapi di kuartal kedua  minus 5,32 persen.
Inilah kondisi nyata yang sedang dihadapi oleh republik ini yang penuh dengan problem dan kesulitan serta rintangan nan tantangan. Orang yang hendak membajak tanah pertanian harus mengerti tentang situasi nyata ini.Â