Kebijakan persiapan dan/atau pemberlakuan tata kehidupan baru yang di kenal dengan "kenormalan baru" menjadi pintu kunci agar dinamika ekonomi Indonesia tidak terjebak dan apalagi kejeblok hanya karena ketidakpatuhan masyarakat mengikuti protokol kesehatan dengan PSBB, social distancing. Sebab, bagian ini akan menjadi arena yang penuh dengan warna abu-abu yang kalau tidak hati-hati disikapi oleh pemerintah akan berdampak serius bagi masa depan ekonomi bangsa ini.
Hal yang hampir sama juga mulai terjadi d isejumlah negara di dunia yang sudah terpapar dengan Covid-19. Pelan-pelan dinamika ekonomi kembali pada jalur yang lebih berhati-hati. Dan ini semua menambah keyakinan investor tentang dampak wabah covid-19 ini sudah pelan-pelan menurun dan akan segera berlalu.
Disempurnakan dengan indikator pasar uang di mana IDR atau nilai rupiah semakin kokoh terhadap dolar AS, maka kekhawatiran terhadap ekonomi Indonesia semakin menurun. Tidak berarti sudah mulus. Karena dinamika menuju kenormalan baru hidup ekonomi sedang menuju ke sana dengan berbagai terobosan kebijakan dari pemerintah Indonesia.
Kekuatiran dari Menkeu RI, Sri Mulayani Indrawati juga semakin jauh dari dugaannya semula. Utamanya rupiah yang akan menuju pada 17.500 hingga 21.000 per dolar AS semakin tidak terbukti hingga sekarang karena rupiah semakin perkasa saja.
New Normal Life, nampaknya akan juga menjelaskan dinamika dari Bursa Efek Indonesia dari IHSG Rp 5000-an menuju ke Rp 6.000-an. Sesuatu yang sangat wajar dan menjadi target perburuan dari para investor. Ketimbang harus "menganggurkan" dananya tinggal terlelap di tabungan saja, mendingan menginvestasikannya pada sejumlah saham yang terbaik yang ada di BEI.
Jadi, nasehatnya adalah jangan menunggu sampai IHSG menembus Rp 6000-an baru membeli saham. Tetapi saatnya beli saham agar ketika IHSG sudah berada di Rp 6000an, investasi Anda sudah mendapatkan cuan dan profit hingga tahun depan.
Pertanyaan sejumlah rekan-rekan tentang berapa lama IHSG akan kembali ke kenormalan baru? Tentu saja sangat tergantung dari semua faktor kunci yang mempengaruhinya. Baik secara umum maupun secara mikro. Baik secara global dan terutama secara internal dalam negeri Indonesia.
Untuk mendapatkan gambaran sederhana, perhatikan pergerakan harga saham sejak tiga bulan terakhir. Dan Anda akan bisa memahami tentang jiwa dari pesan saya, yaitu "beli sakarang atau tidak sama sekali".
Pergerakan IHSG Maret - Juni 2020, dikutip dari google.co.id:
- Rp 5.093,73, Selasa, 8/6/2020
- Rp 4.716,40, Kamis, 30/4/2020
- Rp 4.811,83, Senin, 6/4/2020
- Rp 3.937,63, Selasa, 24/3/2020
- Rp 5.361,25, Senin, 2/3/2020
- Rp 5.942,49, Kamis, 20/2/2020
- Rp 6.057,60, Kamis, 30/1/2020
- Rp 6.325,41, Selasa, 14/1/2020
- Rp 6.180,10, 11 Desember 2019
- Rp 6.039,54, 3 November 2017
- Rp 6.660,62, tanggal 26 Januari 2018
Puncak IHSG anjlok terjadi pada Selasa 24 Maret 2020 dan berhenti di angka Rp 3.937,63 kendati beberapa kali dilakukan trading halt oleh SRO di BEI. Tetapi tidak lama karena terus kembali IHSG kembali ke angka di atas Rp 4000-an. Dan pelan-pelan menaik hingga menembus angka Rp 5.070,56 pada Selasa 9 Juni 2020 kemarin.