Pemberitaan bahwa PSBB akan dilonggarkan atau direlaksasi yang begitu viral dan menuai pro dan kontra sama saja dengan ide gila dan tidak masuk akal, bahkan cenderung menjadi provokatif bagi masyarakat. Situasi pada level grass root menjadi kebingungan tentang opini PSBB dilonggarkan.
Paling tidak ada 5 alasan, mengapa ide pelonggaran PSBB itu termasuk ide yang gila dan tidak normal di tengah perjuangan bahkan pertarungan melawan dan menghentikan penyebaran virus Corona ini.
Pertama, kebijakan pemerintah tentang penerapan PSBB, rasanya belum genap dua bulan, sejak Presiden Jokowi mendeklarasikan keputusan ini. Bahkan, implementasinya juga masih belum merata di di seluruh wilayah Indonesia. Artinya, tidak bersamaan memberlakukannya. Sangat mungkin ada yang baru memulai.
Kemudian, tiba-tiba bermunculan gagasan PSBB dilonggarkan. Karena penerapannya saja masih menuai resistensi dari masyarakat dengan tidak mengikuti semua protokol yang sudah diatur oleh pemerintah.
Kedua, grafik pertambahan kasus masih tinggi,dan belum memberikan tanda-tanda penurunan yang serius. Walaupun angka kesembuhan terus meningkat lebih kencang dari yang meninggal, tetapi penambahan kasus positif setiap hari masih mengkhawatirkan. Jadi, mengusulkan PSBB dilonggarkan, itu sama saja bohong dengan segala perjuangan yang sudah dan sedang terus dikencangkan.
Ketiga, memasuki momen lebaran atau Idul Fitri yang menggoda masyarakat untuk mudik, menjadi titik atau area kritis munculnya klaster-klaster baru penyebaran virus corona ini bila penerapan PSBB dilonggarkan. Harus diakui bahwa, lebaran menjadi simpul penentu kemampuan Indonesia untuk menghentikan penyebaran virus ini.
Artinya, bila saja semua masyarakat mengikuti protokol untuk tidak mudik, dan lebih baik dirumah saja seperti yang sudah dijalani selama lebih dua bulan ini, maka hasilnya pasti signifikan baru penurunan grafik penambahan kasus positif setiap hari.
Tetapi sebaliknya, yang terjadi akan menjadi penderitaan yang semakin panjang kalau masyarakat tidak menjadi bagian kunci dalam melaksanakan protokol PSBB itu.
Keempat, melonggarkan PSBB ketika grafik penyebaran masih terus naik, sama saja melecehkan dan menghina para petugas medis yang sedang berjuang dengan penuh ketakutan untuk menyelamatkan para penderita yang sedang terpapar Covid-19, dan menjadi ujung tombak dalam ikut menghentikan penyebaran virus.
Artinya, melonggorkan PSBB sama saja akan menambah klaster atau pusat penyebaran dan membuat pekerjaan tim medis di negeri ini, serta tugas Gugus Tugas Covid-19 tidak ada gunanya.
Kelima, melonggarkan PSBB di tengah penyebaran yang masih sangat sporadis juga melecehkan jutaan warga yang selama hampir dua bulan setia berada di rumah, bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah hanya dengan harapan agar penyebaran virus terpotong rantai penyebarannya.