"Didi Kempot tidak wafat dan sang Ambyar nan Godfather-nya broken heart akan tetap hidup, bahkan konsernya akan digelar terus setiap hari".Â
Begitulah teriakan seorang kawan saya  mengirimkan pesan itu pagi ini segera setelah dapat kabar sang pakar lagu campur sari diberitakan meninggal dunia di Jawa Tengah sana.
Sungguh sebuah luapan emosi seorang penggemar berat dari masetro Didi Kempot, yang sedih antara percaya dan tidak atas kematian penyanyi unik yang fenomenal ini dengan penggemar berlapis dari atas hingga ke bawah. Betapa tidak kaget karena tidak ada tanda-tanda beliau sakit. Malah berkonser terus dari kota ke kota. Pun konser di Jakarta sudah direncanakan beberapa waktu kedepan.
Betul Didi Kempot sudah wafat jasadnya sejak pagi, dan sore ini sudah dimakamkan di sana. Tetapi sesungguhnya, Didi Kempot masih hidup dan masih terus melakukan konser. Tidak lagi hanya sekali sebulan atau sesuai pesanan. Konsenya akan terus berlangnsung setiap hari dan setiap saat di dalam hari dan sanubari para "Ambyarr Community" yang sangat viral akhir-akhir ini.
Didi Kempot yang merupakan nama artinya, semakin hidup setelah jasadnya mati dan dikuburkan. Karena jejak dan semua karya seni dan musiknya menjadi legasi yang terpatri dalam hati dan pikiran setiap anggota "ambyar".
Saya ingat, sebelum PSBB diberlakukan, dan setiap jumpa dengan kawan saya ini, separoh percakapan kami adalah tentang Didi Kempot yang sangat fenomenal. Bahkan kawan ini memiliki segudang koleksi lagu-lagi Didi Kempot yang setiap saat diputarkan sambil membahas kiprah laki-laki yang unik ini.
Begitulah dunia musik dan seni dan gaya hidup. Didi Kempot dengan gaya campursarinya dan selalu didominasi oleh bahasa dan lagu Jawa seakan menjadi pengisi ruang kehampaan kebutuhan publik yang nampak kosong dalam segala dinamika, susah dan senang, bahkan hati yang patah-patah bagi banyak orang.
Dia hadir dengan bahasa musik yang lirik dan gayanya begitu familiar bagi siapa saja bahkan dari berbagai latar belakang, suku dan ras. Didi Kempot menjadi perekat sosial pada garis yang dibentangkannya.
Ini tak main-main, Ambyar Community seakan sangat kuat menjadi sebuah social power di tengah publik yang sarat beban sosial. Pandemi Covid-19 menjadi sebuah takaran dan ukuran untuk mengujinya. Lihat hasilnya, Didi Kempot menggelar koser secara online dan dana miliaran rupaih hanya dalam hitungan dua jam terkumpul untuk membantu program penghentian penyabaran virus Corona.
Sangat mudah dimengerti ketika lalu dia memiliki agenda yang sangat padat untuk konser dimana-mana di setiap kota di Indonesia. Untuk mengisi kekosongan dan kebutuhan publik yang banyak mengalamai kesulitan hidup dengan setumpuk masalah dan problem hidup. Kahadiran konser Didi Kempot menjadi obat untuk merevitalisasi bahkan mennyembuhkan hati dan pikiran yang sudah luka bahkan sudah patah serta hancur berkeping-keping.Â
Didi Kempot mungkin terlalu lelah untuk terus memberikan karya terbaiknya buat para penggemar "ambyarnya", dan kelelahan itu mungkin yang mengantar dia untuk berhenti sampai disini. Betul itu, dan sangat manusiawi. Tetapi betulkah Didi Kempot sudah mati dan wafat ?
Jawabannya betul jasadnya sudah mati dan wafat, tetapi legasinya menjadikan dia tetap hidup dan tetap melakukan konser setiap hari, di dalam hati sanubari dan pikiran para penggemar bertanya yaitu "AMBYARR COMMUNITY".Â
Paling tidak, itulah yang saya maknai dari teriakan teman baik saya ketika Didi Kempot dikabarkan meninggal dunia !
Selamat jalan ke alam keabadian Didi Kempot. Kau tetap hidup !
Yupiter Gulo, 5 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H