Bukanlah seorang Jokowi kalau tidak berada di tengah-tengah rakyatnya. Entah itu sekedar untuk salaman, menyapa, bagi-bagi sesuatu. Atau tiba-tiba langsung berada di suatu warung dan makan di sana berbaur dengan banyak rakyat "jelata" tanpa risi. Ngopi ala kadarnya, dan bahkan makan dengan menggunakan "garpu adam" yaitu dengan tangan langsung.
Itulah gaya seorang Jokowi yang tidak berubah sejak dulu. Baik ketika menjadi orang nomor satu di Kota Sola, di DKI Jakarta dan sekarang saat menjadi orang nomor satu di republik ini. Bukan saja ketika tidak ada problem besar di dalam bangsa ini, tetapi juga ketika ada masalah yang memprihatinkan, seperti saat pandemi Covid-19 memporak-porakndakan tatanan kehidupan Indonesia genap dua bulan saat ini.
Seperti diberitakan oleh kompas.com, aktifitas Jokowi untuk membagi-bagi sembako langsung ke rumah tangga rakyatnya terjadi pada ahad lalu di tiga rumah keluarga di wilayah Sempur Bogor.Â
Kendati banyak yang memuji tetapi juga banyak yang protes dan "menyindir" tindakan Jokowi ini dengan berbagai alasan. Hanya saja yang mengkritisi datangnya bukan dari rakyat kelasa bawah, tetapi dari kelas atas-atas.
Apapun alasan dari kritisi terhadap Jokowi turun langsung ke lapangan di tengah-tengah rakyat, bagi saya itu tidak penting. Ada hal yang jauh lebih utama dan penting dari tindakan dan kebisaan Jokowi untuk turun ke lapangan menemui rakyat yang dipimpinnya dalam segala situasi dan kondisi. Dan utamanya saat ada musibah, ada bencana dan ada wabah.
Pesan utamanya sangat jelas, dan sederhana. Di mengerti oleh rakyat yang mayoritas penghuni "planet negeri ini" bernama Indonesia. Jokowi hendak memastikan bahwa dia hadir di tengah-tengah rakyatnya yang sedang menderita, mengalami musibah dan membutuhkkan penguatan dari pemimpinnya.
Itulah sesungguhnya yang dilakukan oleh Jokowi dengan datang langsung ke rumah tangga rakyatnya. Tiga keluarga di wilayah Bogor sebagai simbol yang kaya makna dan semangat bagi seluruh rakyat Indonesia. Dia hendak berterika, saya ada bersama kalian dalam masa sulit menghadapi pandemi Covid-19. Dia mau menegaskan jangan kuatir, kita akan bersama-sama melawan virus aneh si Corona ini.
Masyarakat butuh itu pada saat segala sesuatu sedang sulit. Sistem ekonomi kehidupan menjadi stagnan. Sumber pendapatan bukan saja berkurang, tetapi banyak yang hilang, sirna ditelan oleh virus corona. Dan Jokowi memahami itu, karena sang Presiden ini juga pernah mengalami dan melewati masa sulit dalam hidupnya ketika dia belum menjadi apa-apa di sekitar kota Solo di sana.
Sesungguhnya yang harus dikritisi, diterikan adalah saat Jokowi, sang Presiden RI ini sedang terus berada  bersama rakyatnya, dimanakan para petinggi lain dari negeri ini? Dimanakah para petinggi Partai Politik dan para "penguasa di  Senayan" dan lembaga-lembaga lainnya yang selama ini mereka ada karena dukungan rakyat "jelata" republik ini?
Betul, dimana mereka saat banyak rakyat sedang terus berjuang untuk mempertahankan agar keluarga mereka tetap makan setiap hari saat semua sumber penghasilan terputus akibat penyebaran virus Corona ini?