Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Rp 405,1 Triliun Digelontorkan Presiden Joko Widodo, Mengapa Menkeu SMI Justru Pesimis?

2 April 2020   14:31 Diperbarui: 2 April 2020   14:49 1865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru satu hari Presiden RI Joko Widodo menggelontorkan dana jumbo lebih 400-an triliun rupiah untuk menghadapi dampak Covid-19, tetapi justru Menteri Keuangan SMI mengeluarkan skenario tentang pertumbuhan ekonomi yang bisa memburuk hingga minus 0,4% dan rupiah akan menyentuh angka 20.000 rupiah per dolar AS.

Lho, koq sepertinya bertentangan dan kontradiktif dengan semangat yang yang muncul dengan dana sebesar 405 triliun yang sudah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk segera di eksekusi.

Artinya, semangat gelontoran dana yang diberikan oleh Presiden Jokowi telah mengakomodir segala kemungkinan yang akan terjadi dengan skenario yang paling buruk. Tetapi, dengan "sikap pesimis" dari Menkeu SMI membuat semangat dana besar menjadi absurd.

Harus diakui bahwa ketika Presiden Jokowi pada hari Selasa mengumumkan dana yang akan digelontorkan untuk menghadapi dampak dari wabah Covid-19, publik menyambut dengan sangat antusias, gembira dan bersemangat untuk bersatu dan bersama melawan virus corona di Indonesia.

Ini Baru dari sisi pemerintahan dengan skenario penggunaan dana yang tidak tanggung-tanggung besarnya. Dan dipastikan multiplier effeck nya akan jauh lebih besar dengan partisipasi penuh dari dunia industri dan dunia usaha serta masyarakat secara umum.

Akan tetapi, dengan sikap pesimis yang disampaikan oleh Menkeu, kendati dijelaskan atas nama KSSK atau Komite Stabilitas Sektor Keuangan, tetapi saja menjadi tidak produktif bagai perjuangan membakar semangat juang seluruh komponen bangsa ini menghadapi Covid-19.

Yang hendak mau dijelaskan sesungguhnya adalah dengan gelontoran dana jumbo oleh Jokowi, menjadi jawaban atas skenario pesimis yang sudah dikemukakan oleh Menkeu ke publik. 

Seharusnya, skenario itu disampaikan sebelum Presiden mengumumkan dana yang disiapkan untuk memperkuat perekonomian nasional paling tidak hingga akhir tahun buku 2020.

Banyak teman-teman dilingkungan praktisi dan akademisi yang menilai, paparan dari Menkeu SMI menganulir habis-habisan jiwa dan semangat apa yang disampaikan Jokowi pada satu hari sebelum SMI menyampaikan analisis pesimistis yang telah menjadi konsumsi publik.

Seorang teman mengatakan, sebaiknya analisa itu harusnya disampaikan oleh para pengamat saja, dan jangan pihak Menkeu atau KSSK apalagi BI dan OJK. 

Karena hanya menurunkan semangat kebersamaan dan kesatuan untuk mengawal penggunaan dana yang disediakan oleh Jokowi sebesar Rp 405,1 trilun itu.

Penguatan Ekonomi Rp. 220,1 Trilun

Mengikuti penjelasan orang nomor satu di Indonesia ini, dana sebesar Rp 405,1 triliun itu dialokasikan untuk 4 kelompok besar, yaitu Rp. 75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp. 110 triliun untuk perlindungan sosial, Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit untuk usaha rakyat, dan Rp. 150 triliun untuk program pemulihan ekonomi nasional.

https://nasional.kompas.com/
https://nasional.kompas.com/
Artinya untuk pemulihan ekonomi saja secara langsung berada di angka sekitar Rp. 220,1 triliun. Jumlah yang sebenarnya jauh lebih besar bila multiplier effeck nya dihitung. 

Dan angka ini akan diyakini mampu menopang penguatan dinamika ekonomi Indonesia, terutama mereka yang dianggap sangat terimbas, yaitu UMKM dan sektor informal.

Saya menduga, angka ini belum lagi kalau diperhitungkan akselarasi yang akan dibangun dan dilakukan oleh dunia usaha dan industri secara langsung. Dikandung maksud, kalau disinergiskan dalam implementasi, harusnya sikap pesimisme dari Menkeu SMI tidak harus sampai skenario terburuk demikian.

Belum lagi bagian anggaran dan dana yang juga akan dialokasikan oleh setiap Pemerintahan Daerah, akan menambah sinergis dan multiplier efek yang mendorong dinamika dan penguatan ekonomi Indonesia.

Memang akan menjadi soal, kalau implementasi dari semua program penggunaan dana demikian tidak terkontrol dengan bertanggungjawab, maka bisa saja kehancuran negeri ini sudah di ambang pintu besar.

Rp 20.000 Perdolar dan Pertumbuhan Minus 0,4%

Menkeu dalam paparan yang disampaikan kepada publik sehari setelah Jokowi mengumumkan peluncuran dana jumbo tersebut, pada hari Rabu 1 April 2020, Menkeu SMI menyampaikan dua skenario pesimis tentang kondisi perekonomian Indonesia.

Pertama skenario berat, dan kedua skenario sangat berat. Walaupun yang banyak diangkat oleh media adalah skenario terberatnya, yaitu nilai rupiah bisa meluncur hingga Rp 20.000 per dolar AS dan pertumbuhan eknomi bisa minus persen.

Sebuah skenario yang sangat menakutkan atau menakut-nakutin publik. Seperti diberitkan oleh banyak media daring, antara lain kontan.com.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 bisa menyentuh negatif 0,4%. Ini merupakan skenario terberat dampak dari wabah virus corona (Covid-19).

Walaupun kemungkinan-kemungkinan kejadian berat akan terjadi, karena ada banyak faktor diluar kendali pemerintah dan juga masyarakat, tetapi dengan keputusan politik yang sudah disetujui oleh DPR dengan tambahan dana Rp 405,1 trilun, lebih dari cukup untuk membangun, mendorong dan mengembangkan sikap optimisme masyarakat.

Dengan skenario yang dirilis oleh Menkeu bersama dengan KSSK, akan mempengaruhi sikap masyarakat melihat masa depan penyelesaian dampak Covid-19 ini.

Bersatu Indonesia Bisa

Sebulan sudah lewat masa kritis bagi bangsa ini mensikapi seluruh dinamika penyebaran wabah virus corona. Kendati agak terlambat dan menimbulkan kontaksi serta pro dan kontra, tetapi secara framing telah membentuk sikap yang betul dari masyarakat untuk bahu membahu menghadapi bahaya Covid-19.

Tidak melalukan lock down tetapi  kKebijakan yang agak soft yaitu Social Distancing, lanjut ke Physical Distancing dan dimulai lagi dengan PSBB, telah mendorong masyarakat untuk pro active dan improvisatif dalam membentengi diri dan komunitasnya mencegah penyebaran virus ini lebih dahsyat.

Inisiatif masyarakat perlu terus dikawal, dipelihara dan didorong agar masa kritis bisa dilewati dengan cepat tanpa berlarut larut.

Keputusan Presiden Jokowi untuk memilih dan menerapkan PSBB, Pembatasan Sosial Berskala Besar harus didukung, dan dikawal oleh siapapun di dalam negeri ini kalau tidak mau menjadi korban.

Nampak sikap saling mengkoreksi, mensupport, dan peduli sesama anak-anak bangsa ini. Ada begitu banyak kegiatan sosial yang positif yang dilakukan secara sporadis dan spontanistas oleh masyarakat menjadi konfirmasi yang sangat baik bahwa bangsa ini tidak mau terancam oleh pandemi Covid-19.

Semua masyarakat ingin segera Covid-19 ini berlalu dari tanah negeri nusantara tercinta ini.

Jadi, skenario pesimis yang dipublikasikan oleh KSSK melalui Menkeu SMI tidak harus mengekang semangat anak-anak negeri ini untuk menyatukan segala sumber daya yang dimiliki dan segera melewati wabah ini dengan bergandengan tangan, betautan hati, dan menuju Indonesia baru yang lebih baik !

Semoga !

Yupiter Gulo, 2 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun