Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tidak Berguna Meributkan Istilah, Indonesia Bersatu Memilih PSBB

2 April 2020   09:37 Diperbarui: 2 April 2020   18:42 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com

"Lockdown itu apa sih? Orang enggak boleh keluar rumah, transprotasi harus semua berhenti baik itu bus, kendaraan pribadi, sepeda mobil, kereta api, pesawat berhenti semuanya. Kegiatan-kegiatan kantor semua dihentikan. Kan kita tidak mengambil jalan yang itu. Kita ingin tetap aktivitas ekonomi ada, tapi masyarakat kita semua harus jaga jarak aman, social distancing, physical distancing itu yang paling penting" - Joko Widodo, Presiden RI

Kalimat yang sangat tegas, lugas dan sederhana diatas dikemukakan oleh orang nomor satu di negeri ini yaitu Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, yang disampaikan selesai melihat langsung pembangunan rumah sakit darurat Covid-19 di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau, Rabu tanggal 1 April 2020.

Hanya orang yang tidak normal atau orang yang memiliki hidden agenda yang tidak bisa mengerti dengan benar pesan dari Jokowi untuk tidak menerapkan apa yang dikenal dengan istilah Lockdown. Dan Presiden negeri ini lebih memilih menerapkan apa yang sekarang dikenal dengan PSBB, Pembatasan Sosial Berskala Besar.

PSBB merupakan evolusi dari kebijakan social distancing, kemudian physical distancing yang sudah semakin tersosialisasi di tengah-tengah masyarakat walaupun beragam modifikasi dan improvisasi di lapangan sesuai dengan keadaan kondisi serta kebutuhan masing-masing.

Nampaknya, Presiden sudah membuat perhitungan risiko yang "matang" dan dengan PSBB kegiatan dan dinamika perekonomian akan tetap terjadi berjalan dengan sejumlah area kritis di buat batasan demi pencegahan penyebaran Covid-19. Dan nampaknya pembatasan itu sungguh sangat tidak sulit dilakukan dan manusiawi.

Misalnya penerapan bekerja, belajar dan beribadah dari rumah di daerah yang rawan. Masyarakat yang terpaksa keluar rumah juga diingatkan untuk displin menjaga jarak satu sama lain. Selain itu masyarakat juga diingatkan untuk selalu menjaga kebersihan. "Jadi kalau kita semua disiplin melakukan itu, jaga jarak aman, cuci tangan tiap habis kegiatan, jangan pegang hidung mulut atau mata, kurangi itu, kunci tangan kita, sehingga penularannya betul-betul bisa dicegah," ucap Jokowi. Kompas.com

Disiplin Menjadi Kebutuhan Saat ini

Kata kuncinya adalah disiplin dalam melaksanakan semua keputusan pemerintah. Tanpa disiplin maka apapun pilihan keputusan yang diambil sama saja bohong, dan tidak akan ada gunanya.

Karenanya, maka kesadaran yang super tinggi dari masyarakat untuk mendisiplinkan diri masing-masing menjadi kebutuhan saat ini. Ketika pencegahan penyebaran virus corona dilakukan dengan penuh disiplin hasilnya akan efektif.

Harus diakui, masyarakat negeri ini jauh dari disiplin yang benar. Sangat terkenal dengan ketidakdisiplinan dalam banyak hal. Dan ketika wabah virus yang sudah me-global ini, menjadi ujian akan perilaku disiplin untuk melawan virus ini. 

Kematian yang sudah terjadi sebagai akibat Covid-19, dan cara penyebarannya yang masih "misterius", serta belum ada obat yang tepat untuk mematikan virus ini, menjadi faktor yang mendorong masyarakat untuk tidak bermain-main dengan semua protokol yang sudah ditetapkan opleh pemerintah. Baik pusat maupun daerah dan wilayah.

Mempersoalkan Istilah Tidak Berguna

Di berbagai media dan forum, banyak sekali diskusi tentang istilah terkait dengan lockdown sebagai jalan terbaik mencegah penyebaran virus corona. Diskusi yang terjadi semakin bias dan nampak tidak ada gunanya, karena tidak menjadi konkrit melawan virus ini. Dan malah sebaliknya, mencipatkan berbagai friksi ditengah-tengah publik. 

Tak hanya itu saja, bahkan nuansa dan bau kepentingan politik ditengah-tengah wabah Covid-19 tidak bisa dihindari. Mengail di air keruh, mungkin itu yang cocok menggambarkan perdebatan tentang berbagai istilah yang muncul saat ini. Seperti darurat kesehatan, darurat sipil dan darurat militer. Ini menjadi area yang sangat tidak produktif untuk mendorong publik bersatu melawan virus ini.

Barangkali pesan bijaknya adalah hentikan perdebatan tentang istilah yang digunakan memberantas pandemi Covid-19 ini. Karena sama sekali tidak ada guna dan manfaatnya. Dan malah lebih banyak mudaratnya ketimbang hasil positifnya. Juga saatnya menghentikan membanding-bandingkan Indonesia dengan negara lain. Belajar dari negara lain boleh dan bagus, tetapi membandingkan untuk melemahkan semangat bangsa ini, lebih baik dihentikan saja.

Lebih berguna untuk mendukung habis semua keputusan Presiden untuk mencegah wabah virus ini. Dengan segala kelemahan dan kekurangan, harusnya setiap masyarakat, kelompok berinisiatif dan berimprovisasi secara positif dan produktif untuk implementasi pilihan PSBB yang sudah diputuskan oleh Presiden RI.

Kalau jujur kita mengakui, ada banyak kemajuan yang berarti ditengah-tengah masyarakat dalam menjalankan work from home, learning from home dan praying from home. LIhat saja berapa juta siswa dan mahasiswa serta karyawan lembaga pendidikan yang sekarang beraktivitas di rumah saja. Belum lagi karyawan pemerintahan, dan juga sejumlah karyawan perusahaan. 

Ini menjadi fakta yang harusnya menjadi sumber kekuatan untuk tidak undur lagi dalam mendukung kebijakan PSBB yang sudah ditetapkan oleh Presiden RI.

Semoga badai Covid-19 segera berlalu!

Yupiter Gulo, 2 April 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun